61

209 49 4
                                    

***

Hari ini Lisa membawa putri serta keponakannya untuk menemui Yongbae. Tidak ada alasan khusus kenapa ia harus membawa Alice juga Eden, gadis itu hanya tidak ingin meninggalkan dua anak itu tinggal di rumah bersama perawat mereka. Orangtua Jiyong punya acara mereka sendiri hari ini, Dami dan suaminya pun sama.

Di rumah Yongbae, tiga orang anak bermain, sementara Lisa duduk di sofa sembari memperhatikan anak-anak itu. Tuan rumahnya tengah menyajikan minuman, sedang Hyorin ada di sebelah Lisa, juga memperhatikan tiga anak-anak itu bermain.

"Tidak biasanya kau datang ke sini tanpa Jiyong," komentar Hyorin, mengutarakan hal yang membuat Yongbae juga penasaran.

"Jiyong oppa sedang sibuk," kata Lisa, masih sembari memegangi paper bag yang ia bawa dari rumah. "Hari ini dia ada meeting dengan agensi barunya, lalu nanti malam masih akan ke studio, menemui Seunghyun oppa," susulnya. "Tidak ada waktu kalau harus menunggu dia pulang, jadi aku ke sini sendirian," katanya kemudian.

Yongbae kemudian datang dengan jus jeruknya. Ia letakan jus itu di atas meja, kemudian menegur bayinya yang menjahili Eden. Rumahnya jadi benar-benar berisik karena ada tiga bayi di sana— meski Alice masih terlalu kecil untuk bisa bermain dengan kakak-kakaknya.

Lisa mengulurkan paper bagnya pada Yongbae sekarang. Pria itu melirik isinya, melihat sebuah hadiah yang dibungkus rapat lengkap dengan pita dan kartu ucapannya. Ia juga memasukan sebuah album foto kecil di sana. Yongbae menatap gadis itu ketika melihat isinya.

"Siapa yang ulangtahun?" tanya Yongbae, lantas mengoper paper bag di tangannya pada Hyorin.

"Tidak ada, aku hanya ingin meninggalkan jejak, kalau aku pernah ke sini," katanya, kali ini membuat Yongbae menarik lagi paper bag itu sebelum Hyorin melihat isinya.

"Apa maksudmu? Kau akan pergi?" tanya Yongbae, jelas membuat istrinya sendiri kebingungan.

"Tidak tahu," geleng Lisa. "Kemungkinan begitu? Ulangtahunku 27 Maret, tahun depan," katanya kemudian.

Hyorin kebingungan, dan jadi lebih bingung lagi saat Lisa menarik Yongbae untuk melangkah keluar bersamanya. Pergi ke balkon kemudian menutup pintunya. Sebentar ia tahan pintu itu agar tidak terbuka, agar Hyorin tidak mengekorinya. Yongbae mengulangi pertanyaannya, sekali lagi.

"Aku tidak tahu," kata Lisa, mengulang jawaban yang sama. "Jiyong oppa juga tidak tahu. Tapi sebentar lagi ibuku akan hamil. Aku tidak tahu dia akan benar-benar hamil atau tidak. Aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi setelahnya. Tidak ada petunjuk sama sekali. Tapi, kalau nanti aku pergi, aku titip hadiah itu untuk Jiyong oppa. Album fotonya, oppa bisa menyimpannya," jelasnya. "Alice juga... Bisa kah oppa memperhatikannya juga?" susulnya, kali ini dengan suara yang bergetar.

Hyorin memperhatikan dari tempatnya duduk. Luar biasa penasaran, terlebih ketika melihat Lisa berjongkok di lantai balkonnya. Memeluk lututnya sendiri, kemudian menangis di sana. Wanita itu kemudian mendekat, sedang suaminya kelihatan bingung. Yongbae hanya membungkuk, menyentuh bahu Lisa, menyuruhnya untuk berdiri.

"Ada apa ini?" Hyorin bertanya, sebelum ia salah paham akan apa yang terjadi diantara dua orang itu. Tidak mungkin mereka berselingkuh, Hyorin berharap hal itu tidak akan terjadi.

"Sebentar lagi ibunya Lisa hamil, sekarang dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya," kata Yongbae, baru mengoper lagi paper bag yang Lisa ulurkan padanya.

"Ibunya yang hamil, kenapa kalian- kau akan kembali ke masa depan?" tanya Hyorin, kali ini melihat pada Lisa.

Dua wanita itu sekarang bertukar tatap. Lisa tidak pernah tahu kalau Hyorin mengetahui rahasianya. Yongbae tidak pernah memberitahunya, kalau ia menceritakan semua yang terjadi pada istrinya.

Sekali lagi, Lisa harus mengulang ketidaktahuannya. Ia ulangi ketakutannya, ia ulang juga kekhawatirannya. "Ibuku sangat menderita karena kakekku hanya mencintai nenekku. Karena itu... Kalau nanti, semisal aku tiba-tiba pergi, tolong bantu Jiyong oppa," pintanya.

"Kau tidak tahu apa yang akan terjadi pada Jiyong di masa depan?" tanya Hyorin dan Lisa menggeleng.

"Tidak ada satupun berita tentangnya. Dia tidak pernah muncul lagi. Mungkin dia mengerjakan sesuatu yang lain di belakang panggung? Atau jadi serius berbisnis, aku tidak tahu apapun tentangnya. Aku tahu apa yang terjadi pada kalian semua, tapi tidak ada informasi apapun tentangnya," katanya, dengan jelas menunjukkan kekhawatirannya.

"Tapi dia masih hidup, kan?" tanya Yongbae dan sekarang Lisa menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu jawabannya. "Kau bilang dia masih hidup!" seru pria itu, ingat kalau Jiyong pernah menanyakan hal yang sama dan Lisa bilang pria itu masih hidup.

"Aku berbohong," Lisa menundukan kepalanya. "Aku tidak tahu, aku rasa dia masih hidup, tapi aku tidak tahu berita apapun tentangnya. Di masa itu aku hanya gadis biasa, bagaimana aku bisa tahu hidup bintang besar sepertinya? Aku bertemu kalian saja karena kebetulan Dong Katsu-"

"Eden," Yongbae menyela alasannya. "Kau berkencan dengan Eden, dia tidak pernah mengatakan apapun tentang pamannya?"

"Dia memberitahuku tentang kematian kakek dan neneknya, tapi tidak mengatakan apapun tentang pamannya. Aku bahkan tidak tahu kalau Alice sepupunya! Aku kira mereka berkencan," jawab Lisa.

"Kapan? Bagaimana? Kematian mereka?"

"Kakeknya meninggal lebih dulu, saat Eden kelas 6. Lalu neneknya dua tahun kemudian. Dua-duanya karena sakit," pelan Lisa.

Lama mereka mengobrol. Sampai hari mulai gelap, dan Jiyong menelepon. Hanya ingin memberitahu Lisa kalau ia sudah dalam perjalanan untuk menjemput istrinya itu. Jiyong punya janji akan menemui Seunghyun di studio rekamannya, namun ia menyempatkan waktunya untuk menjemput Lisa lebih dulu. Menjemputnya, kemudian mengantarnya ke rumah. Hanya ingin memastikan kalau gadis itu tiba di rumah dengan selamat. Hanya ingin memastikan kalau gadis itu masih ada dalam hidupnya.

***

AshesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang