***
Lisa memberitahu Seunghyun tentang apa saja yang Kim Junghyun lakukan padanya. Mulai dari mengajaknya bertemu, terus menghubunginya sampai apa saja yang pria itu katakan padanya— tentang Jennie. Meski berbincang dengan suara yang pelan, keduanya tetap larut dalam obrolan itu. Membicarakan Kim Junghyun seolah pria itu adalah musuh bersama mereka. Menjelek-jelekkan orang lain, seolah hanya ada mereka berdua di sana.
Keduanya baru diam ketika melihat Jennie datang menghampiri mereka. Mengantarkan makan siang juga kopi yang Lisa pesan di kasir tadi.
"Oh? Penyanyi demomu, bagaimana dengannya?" tanya Lisa, tiba-tiba punya ide saat Jennie datang, meletakan piring spaghetti pesanannya di atas meja. Tentu ia bicara pada Seunghyun, setelah menoleh untuk menatap Jennie.
"Kau mau kerja sambilan?" tanya Seunghyun, kali ini pada Jennie. Pria itu tidak berharap banyak, ia hanya ingin membantu Jennie. Kasihan melihat gadis itu sekarang jadi pelayan di cafe, dan jadi lebih kasihan lagi setelah mendengar cerita Lisa tadi. Meski keduanya sama-sama tidak menyebutkan nama Jennie dalam obrolannya.
"Tidak, aku sibuk," kata Jennie, mengaku kalau ia sudah punya banyak pekerjaan paruh waktu sekarang. "Dan tolong jangan melakukan ini lagi," susulnya, kali ini meletakan lagi setumpuk uang yang tadi Lisa berikan padanya. Menaruh uang-uang itu di atas meja, kemudian mengambil selembar paling atas. "Yang ini kompensasi karena kelancanganmu," ucapnya, ingin menyimpan selembar uang lima puluh ribu milik Lisa tadi.
"Ah... Ternyata dia sibuk, akan aku tanyakan pada Jiyong oppa dia punya kenalan lain atau tidak," tenang Lisa. Meski Jennie kelihatan membencinya sekarang, gadis itu kembali mengulurkan uang yang Jennie taruh. Mendekatkan uang itu pada Jennie yang masih berdiri di sana. "Aku pesan dua kopi lagi, satu spaghetti, dua kentang goreng-"
"Augh! Eonni, kenapa kau menyebalkan sekali?" heran Jennie, kesal karena Lisa bertingkah seolah tidak mendengarnya.
"... dua kentang goreng, dan satu makaroni. Ah! Dua tiramisu cake, dua cheesecake, oppa kau ingin memesan lagi?" tanyanya, lantas memberitahu Jennie kalau sekarang manager cafenya tengah memperhatikan mereka. Membuat gadis itu mau tidak mau harus mengambil lagi uang yang Lisa berikan, kemudian memproses pesanan gadis itu. Jennie tidak berada di posisi bisa merundung Lisa sekarang.
Jennie pergi setelah Seunghyun selesai memesan. "Padahal tadi dia mau mencatat dan mengantar pesananku ke sini, ada apa dengannya? Dia membencimu?" tanya Seunghyun, setelah Jennie menghilang dibalik pintu khusus staff.
"Dia merasa aku merebut ayahnya," pelan Lisa, membicarakan Kim Junghyun yang terus mengikutinya. Sekarang, Jennie kesal karena ayahnya lebih sering memandangi Lisa daripada melihatnya. "Dia juga marah karena aku menyuruhnya mengirim ayahnya ke rumah sakit jiwa," katanya kemudian.
"Orang aneh, kenapa dia bersikap begitu? Padahal ayahnya jahat," komentar Seunghyun.
"Anak kecil biasanya begitu," kata Lisa. "Ketakutan terbesar anak kecil biasanya takut kehilangan cinta orangtuanya. Dimarahi separah apapun, saat kecil anak-anak akan selalu memaafkan orangtuanya. Karena mereka takut akan ditingkatkan kalau tidak melakukannya. Anak-anak akan segera meraih lagi tangan orangtua yang melepaskannya, karena orangtua itu dunia mereka. Baru setelah makin dewasa, makin besar, mereka mulai bisa berfikir. Mereka bertemu istilah KDRT, trauma masa kecil, sadar kalau saat kecil mereka banyak disakiti orangtuanya. Baru saat itu mereka marah, baru saat itu mereka membenci orangtuanya. Tapi dia masih berada di masa itu, dia masih takut kehilangan cinta ayahnya— yang aku sendiri ragu apa cinta itu pernah ada, rasanya tidak," ceritanya kemudian menghela nafasnya sendiri. Prihatin pada hidup ibunya yang begitu menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashes
أدب الهواةI can't hold you like the ashes You're spreading out Searching for your scent to call you back I can't see you through the flash My eyes are blurred Searching for your flashback in my mind 🎶 Ashes - Zior Park ft. Ai Tomioka