11

332 70 5
                                    

***

Memperkenalkan Lisa pada orang-orang di villa ternyata tidak seberapa sulit. Gadis itu tidak banyak bicara, tapi ia bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan padanya— dengan sangat meyakinkan. Gadis itu tersenyum, menyapa semua orang yang Jiyong kenalkan padanya. Mereka bicara dan orang-orang itu percaya akan semua kebohongannya.

"Dong Yongbae tidak ada di sini?" tanya Lisa, berbisik pada Jiyong.

"Tidak, dia baru saja pindah agensi," pelan Jiyong, juga berbisik.

Lisa menganggukan kepalanya. Lalu kembali diam saat Jiyong asik berbincang dengan teman-temannya. Seperti sebuah manekin, Lisa hanya diam di sebelah Jiyong. Tersenyum ketika seseorang melihatnya, tapi tetap diam, tidak bergabung dalam obrolan yang tidak dipahaminya. Lisa tidak tahu apapun tentang musik, juga dunia yang Jiyong tinggali sekarang. Daripada membuat suasana canggung, gadis itu lebih memilih untuk diam. Berusaha memahami apa yang orang-orang bicarakan, tanpa menunjukan ketidaktahuannya.

"Kalau bosan, kau boleh jalan-jalan," kata Jiyong, di tengah-tengah obrolan. "Tapi kembali lah sebelum makan malam. Setelah makan malam akan ada beberapa acara, mungkin games," susulnya.

"Ya," angguk Lisa, lantas dengan sopan ia bangkit dari duduknya. Berdiri untuk pergi berjalan-jalan di sekitaran villa itu.

Baru setelah Lisa pergi, Lee Soohyuk juga beberapa kenalan yang lain menjejali Jiyong dengan pertanyaan paling pentingnya— dia kekasihmu? Kau menyukainya? Sejak kapan kalian berkencan?— semua pertanyaan yang meski Jiyong jawab dengan jujur, tetap tidak membuat teman-temannya percaya.

Lisa berjalan-jalan di sekitaran villa. Udara di sana tidak sesegar udara di beberapa villa yang pernah dikunjunginya. Meski begitu, udaranya tidak terlalu buruk. Ia bermaksud untuk mandi sekarang, setelah beberapa hari tidak mengganti pakaian dalamnya, rasanya ia benar-benar perlu mandi— meski dingin.

Sembari merogoh sakunya, mengambil kunci mobil Jiyong di sana, gadis itu melihat ke sekeliling. Beberapa gadis tengah menari di dekat kolam renang. Begitu juga beberapa pria, di sudut lain kolam renangnya. Lepas mendapatkan pakaiannya, juga peralatan mandi milik Jiyong— yang kelihatannya selalu ada di mobil— Lisa pergi ke kolam renang itu. Toilet pasti ada di sekitaran kolam renang, pikirnya.

Ia tidak memperhatikan sekitarnya ketika melewati para pria yang menari itu. Meski mendengar pria-pria itu membicarakannya— berhenti menari karena terinterupsi olehnya— Lisa tetap melangkah. Mencari kamar mandi yang ia butuhkan. Para gadis pun berhenti menari saat melihatnya, tarian mereka juga terganggu oleh kedatangannya.

Lisa sangat cantik hingga semua orang terpana melihatnya— bukan begitu situasinya. Ya, Lisa kelihatan cantik, meski tanpa riasan. Tapi semua orang berhenti karena tidak pernah melihatnya sebelumnya. Siapa itu? Trainee baru? Aku baru melihatnya. Siapa namanya? Datang dari mana dia? Untuk apa dia di sini? Apa dia akan debut? Kenapa tiba-tiba kita kedatangan trainee baru? Ah! Sial! Saingan kita bertambah lagi— berbagai bisikan masuk ke telinga Lisa sekarang.

Akhirnya ia menemukan kamar mandinya. Tempatnya berada di sebelah dapur terbuka, sebuah kamar mandi besar dengan westafel dan bathtub. Pintu kamar mandi itu terbuka, dengan tiga orang perempuan di dalamnya, tengah merias wajah mereka. Lisa berdiri sekarang, bersandar ke dinding sembari menunggu gilirannya memakai toilet.

Gadis-gadis itu kemudian keluar, sebentar mereka berhenti untuk melihat Lisa, dari atas kepalanya sampai ke ujung kaki. Lisa balas melihat mereka, kemudian sadar kalau seorang di paling kiri adalah ibunya— Jennie. Tidak seorang pun tersenyum melihat Lisa ada di sana. Tidak seorang pun menyambutnya.

Tatapan sinis penuh kebencian itu normalnya akan menggangu siapapun yang menerimanya. Tapi Lisa sudah terlalu sering menerimanya— dari orangtua teman-temannya. Ia tidak lagi terluka dengan tatapan itu. Hari ini pun sama, ia sama sekali tidak terganggu dengan tatap sinis gadis-gadis itu.

Justru, sesuatu yang lain lah yang mengganggunya. Jennie ibunya, terlihat sangat menyebalkan sekarang. Melihat ibunya yang masih berusia delapan belas, benar-benar bukan sesuatu yang mudah. Terlebih karena wanita itu menatap sinis padanya.

"Kenapa dia tiba-tiba ikut MT? Seseorang membantunya? Kita kedatangan anak titipan lagi? Atau justru pelacur," cibir Jennie, sembari melangkah meninggalkan Lisa yang masih berusaha menyesuaikan dirinya.

Di dalam toilet, setelah mengunci pintunya, baru Lisa bisa bersuara. "Dia benar-benar ibuku? Augh! Yang benar saja!" katanya, menolak mempercayai apa yang baru saja ia lihat. "Tapi mulutnya sama-sama menyebalkan seperti Nyonya Kim," keluhnya kemudian.

Lisa menghabiskan hampir tiga puluh menit di kamar mandi. Ia butuh waktu lama untuk mengeringkan rambutnya, meski miliknya tidak seberapa panjang. "Harusnya aku membeli beberapa krim wajah," komentarnya, setelah melihat wajahnya tidak lagi lembab.

Ia keluar sekarang, membawa paper bag berisi pakaian kotornya kemudian melangkah akan kembali ke mobil. Akan meletakkan pakaian kotornya di sana. Ia melangkah melewati jalan yang sama, dekat kolam renang tapi kali ini ia tundukan kepalanya untuk membaca pesan yang Jiyong tinggalkan. Hanya beberapa jadwal mereka besok.

Saat melangkah, tidak diketahuinya kalau seorang menghampirinya. Seorang pria, lebih tinggi darinya, tiba-tiba berhenti di depannya. Karena tidak menyangka akan kedatangan orang itu, Lisa menabraknya. Membuat kopi yang pria itu bawa tumpah mengenai pakaiannya.

"Oh! Maaf," seru Lisa, sama-sama terkejut seperti pria yang tiba-tiba menghadang jalannya. Gadis itu mengulurkan tangannya, mengusap pakaian pria yang basah karena kopi. Ia menoleh ke sekeliling, mencari sesuatu yang bisa membantunya membersihkan kopi dingin itu.

"Tidak apa-apa, tidak-" pria yang sebelumnya sama terkejutnya seperti Lisa, juga sama canggungnya karena tumpahan kopi, ikut membersihkan bajunya. Meski apa yang mereka lakukan sekarang, hanya membuat kausnya semakin kotor.

"Ya! Kenapa kau menyentuh kekasihku?" seorang gadis menegur Lisa sekarang.

Lisa tidak mengenalnya, tapi Jennie yang berdiri beberapa meter dari mereka, hanya menunjukan wajah sinisnya. Ia tatap Lisa dengan mata sinisnya, mengangkat sedikit ujung bibirnya seolah tengah berkata— rasakan itu, sialan!

"Ah? Maaf aku tidak sengaja-"

"Get away from him!" usir gadis tadi, dengan tatap marahnya yang berlebihan.

Lisa bergerak mundur sekarang, menjauhi si laki-laki yang bahkan tidak bisa mengatakan apapun di depan kekasihnya. "Maaf," kata Lisa, berusaha untuk tidak terlalu menarik perhatian di sana. Tidak ingin terlibat lebih jauh dengan orang-orang di sekitaran kolam renang itu. Apa aku akan dirundung anak-anak ini?— tebak Lisa, melihat semua tatap sinis penuh kebencian yang diarahkan padanya. Juga bisikan-bisikan kesal yang mempertanyakan darimana asalnya, siapa yang membawanya dan apa alasan ia berada di saja.

"Hei Lisa!" kali ini suara lainnya, terdengar mendekati mereka semua, berasal dari dalam villa.

Sekali lagi Lisa menoleh, melihat seorang wanita yang datang. Seorang bernama Tiffany yang tadi Jiyong kenalkan sebagai pelatih akting di agensi. "G Dragon mencarimu," katanya kemudian.

"Ya, aku akan ke sana," balas Lisa, sama sekali tidak tahu kalau panggilan itu akan jadi awal neraka untuknya— atau mungkin hanya lingkaran api kecil?

***

AshesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang