53

313 59 2
                                    

***

Mendekati Jennie jadi bagian yang paling sulit bagi Lisa. Ia tidak bisa memperlakukan Jennie seperti orang asing, tapi tidak juga bisa menganggapnya keluarga. Jennie tidak menyukainya, hampir membencinya. Bisa jadi karena bagi Jennie, Lisa terlihat seperti ibunya. Bisa juga karena sekarang ayah gadis itu terus memperhatikan Lisa. Terus mengikuti Lisa, seperti seorang penggemar yang mendambakan idolanya.

Senyum Jennie selalu pudar setiap kali Lisa mendekatinya. Seolah Lisa adalah pusaran air yang merebut semua kebahagiaannya. Ditambah kepribadian Lisa yang tidak cukup berpengalaman untuk memulai pertemanan lebih dulu. Gadis itu kaku, juga canggung. Merasa dirinya tidak punya alasan untuk mendekati Jennie lebih dulu.

Lebih mudah berbaur dengan rekan kerja daripada mendekati Jennie— nilai Lisa. Sebab saat bekerja, ia punya segudang topik untuk dibicarakan. Tidak seperti ketika ia harus bicara pada Jennie, rasanya otaknya mendadak jadi kosong setiap kali berhadapan dengan wanita itu. Meski hampir setiap minggu ia datang ke cafe tempat Jennie bekerja, mereka hampir tidak pernah bicara. Lisa hanya datang untuk duduk dan memperhatikan Jennie dari jauh, memikirkan cara untuk membantu gadis itu, nanti setelah ia dilahirkan.

Setelah sibuk pindah rumah— ke rumah kekasihnya— akhirnya Lisa punya waktu luang untuk pergi menemui ibunya. Ia datang ke cafe seperti pengunjung lainnya. Mengantri di belakang kasir, menunggu gilirannya memesan. Jennie tengah berdiri di meja kasir sekarang, tapi gadis itu bertukar posisi dengan temannya saat melihat Lisa mengantri di belakang pelanggan yang baru saja ia selesaikan pesanannya.

Sekarang ada kasir lain yang melayani Lisa. "Tolong antarkan pesananku ke meja," pinta Lisa, yang langsung diiyakan oleh orang yang mencatat pesanannya. Lisa duduk sendirian sekarang, mengambil kursi di sudut cafe setelah memesan secangkir teh dengan dua potong kue.

Baru saja Lisa duduk, dua orang perempuan dan seorang laki-laki menghampirinya. Mereka datang dari kursi lain, lalu dengan sopan bertanya apa Lisa benar-benar asisten G Dragon yang hamil itu. Tentu Lisa mengiyakannya, sejak pertama kali berita kehamilannya muncul di berita, Lisa banyak mendapatkan pertanyaan serupa.

"Berita kalau kau di... uhm... dilecehkan itu tidak benar, kan?" tanya seorang perempuan, kedengaran ragu dengan pertanyaannya sendiri.

"Tidak, itu tidak benar," tenang Lisa, lagi-lagi ini buka kali pertamanya ditanyai begitu. "Kami sudah lama berkencan dan berita tentang pelecehan itu tidak benar," susulnya.

"Kalau berita kehamilanmu, itu juga tidak benar?" kali ini si pria yang bertanya, dan untuk kesekian kalinya, Lisa bisa menjawab pertanyaan ini lima kali dalam sehari. Bahkan lebih, tergantung seberapa banyak orang yang ia temui.

"Berita kehamilannya sungguhan," kata Lisa. "Aku sudah hamil empat bulan sekarang," susulnya, tapi tidak membiarkan seorang pun menyentuh perut ratanya. Ia benci sentuhan itu, membuatnya ingin segera mandi kalau seseorang menyentuh perutnya karena penasaran. "Meskipun perutku tidak besar, tapi bayinya sehat, dokter bilang semuanya sehat. Terimakasih sudah ikut memperhatikanku," kata Lisa, menjawab rasa penasaran orang-orang yang melihatnya. Sepintas dilihat Lisa tidak seperti seorang perempuan hamil dengan baby bumb-nya. Tubuhnya hampir tidak berubah, ia tetap kelihatan ramping seperti sebelumnya.

Beberapa orang bilang, bayinya bersembunyi karena tahu sang ibu tidak menyukainya. Karena tahu sang ibu tidak menginginkannya. Tapi dokter bilang perut Lisa tetap rata karena otot perutnya yang terlalu kencang, juga karena bentuk rahimnya yang sedikit berbeda dari kebanyakan wanita lain. Kondisinya tidak umum seperti perempuan kebanyakan, tapi dokter bilang ia dan bayinya baik-baik saja. Tidak ada masalah, selain rumor dan kebencian yang disebarkan orang-orang anonymous dalam internet.

AshesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang