50

256 57 7
                                    

***

Satu minggu di New York, dua minggu di Seoul, total tiga minggu gadis itu menjauhi semua orang. Iya, baik, tidak, aku ingin sendirian hari ini, aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir, aku di rumah tapi jangan ke sini— selama tiga minggu terakhir, hanya itu pesan yang Jiyong terima dari kekasihnya. Semua tawarannya ditolak, semua usahanya gagal, Jiyong tidak berhasil menghibur seseorang yang tidak ingin dihibur.

Yang bisa dilakukannya, hanya memperhatikan gadis itu dari jauh. Setidaknya memastikan ia tetap makan setiap harinya. Lebih dari itu, Lisa tidak memberinya kesempatan. Bahkan kakak dan ibunya pun gagal membantu Jiyong. Lisa tidak mau menemui siapapun selama tiga minggu terakhir ini.

Berkali-kali Jiyong hampir kehilangan kesabarannya. Tapi gadis itu terlalu menyedihkan untuk dimarahi. Bahkan saat ditegur karena pekerjaannya, Lisa hanya bisa meminta maaf dengan kepala yang tertunduk. Tiga minggu, gadis itu kehilangan semangatnya, senyumnya, suaranya. Tiga minggu, Lisa terlihat sangat lesu seolah dirinya bisa pingsan kapan saja. Membuat siapapun yang ingin menyuruhnya, menegurnya, langsung mengurungkan niatannya— karena kasihan.

Ia bahkan tidak menemui Eden, tidak juga membalas pesan dari Dami. Tidak mengomentari video-video Eden yang Dami kirim padanya. Sikapnya yang tiba-tiba berubah, tiba-tiba mengurung dirinya sendiri, benar-benar menguras tenaga kekasihnya.

"Kalau sampai akhir pekan ini dia tetap begitu, aku akan menyeretnya ke rumah sakit," yakin Jiyong, lagi-lagi hampir kehilangan kesabarannya. Ia tidak lagi bisa mendambakan seorang anak sekarang. Prioritasnya berubah— mengembalikan Lisa seperti semula, atau setidaknya berhasil membuat gadis itu bicara, jadi mereka bisa menyelesaikan masalahnya— hanya itu yang diinginkannya sekarang. Ia merindukan kekasihnya, sangat merindukannya hingga merasa hampir gila karenanya.

Beruntung, Jiyong tidak perlu menyeret siapapun sekarang. Di hari yang tidak ia duga sebelumnya, di Kamis pagi yang mendung, Lisa datang ke rumahnya. Gadis itu datang sangat pagi, menekan bel rumahnya, kemudian masuk saat pintunya dibukakan. Meski tahu kode pintunya, Lisa tetap tidak berani menerobos masuk.

Nyonya Kwon yang membukakan pintu untuknya. Wanita itu sudah dengar apa yang terjadi, kemungkinan Lisa hamil sampai pemberontakan yang dilakukannya. Beberapa kali Nyonya Kwon sempat menghubungi Lisa, ia juga mengunjunginya, namun gadis itu menolak perhatiannya. Maaf Bibi, aku ingin sendirian— gadis itu melemparkan alasan yang sama pada semua orang.

Lisa segera dibawa masuk ketika datang. Gadis itu dipeluk dengan tas belanja di tangannya. Dua minggu Lisa tidak mampir ke rumah itu, meski harus menjemput Jiyong untuk bekerja, gadis itu akan memilih unutuk menunggu di mobil. Seolah baru saja mendapatkan lagi putrinya yang hilang, Nyonya Kwon memeluknya. "Syukurlah kau kembali," pelan Nyonya Kwon, dalam pelukannya. "Apa yang ingin kau makan sekarang? Aku akan membuatkannya untukmu," tawarnya, luar biasa senang.

"Terimakasih," pelan Lisa, balas memeluk tapi tidak seberapa lama. "Aku mau bertemu Jiyong oppa dulu," susulnya kemudian.

"Jiyong? Oh iya, dia ada di kamarnya, akan aku panggil- tidak, naik lah ke atas... Setelah bertemu dengannya, turun lah untuk sarapan, ya?" kata Nyonya Kwon dan Lisa menganggukan kepalanya. Bersedia untuk makan pagi di sana.

Lisa mengetuk pintu kamar Jiyong sebelum masuk. Tapi karena tidak ada jawaban, gadis itu mendorong pintunya. Jiyong masih tidur sekarang, terlihat begitu lelah di atas ranjangnya. Dengan hati-hati, Lisa mendekatinya, ia mengusap rambut pria itu, kemudian duduk di tepian ranjangnya.

Butuh beberapa menit sampai Jiyong menyadari kehadirannya. Ia sempat terkejut, tapi dengan cepat senyumannya mengembang. Daripada Nyonya Kwon, Jiyong jauh lebih senang sekarang. Pria itu tidak langsung bangun, ia menggeliat, bergerak di ranjangnya, meletakan kepalanya ke pangkuan kekasihnya. Jiyong peluk pinggang di depannya sekarang, dengan suara yang masih serak, ia ungkapkan kerinduannya. Beruntung karena Lisa tidak mendorongnya sekarang. Selama tiga minggu penuh, Lisa menolak sentuhannya.

AshesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang