***
Seperti saat Yongbae mendapatkan adegan ciuman pertamanya, begitu tahu kalau istrinya hamil, pria itu juga menelepon Jiyong. Kwon Jiyong ada di rumahnya ketika pria itu menelepon, tengah berbaring di ranjangnya, menatap ke langit-langit kamar dengan berbagai skenario mengerikan dalam kepalanya. Lisa berkencan dengan keponakannya, yang bahkan saat itu belum lahir, rasanya menjadi mimpi paling buruk yang pernah Jiyong alami. Lebih buruk dari sekedar berita kencan artis favoritnya. Lebih buruk dari perselingkuhan yang mantan pacarnya pernah lakukan.
Begitu di telepon, Jiyong menemui Yongbae ke rumahnya. Berkata kalau ia ingin ikut merayakan kehamilan itu, meski sebenarnya pria itu datang untuk membagi cerita mengerikannya. Hyorin sudah tidur saat Jiyong datang, jadi agar tidak menganggu nyonya rumahnya, mereka bicara di halaman belakang. Dengan beberapa wine dan buah. "Istriku melarang rokok di rumah sekarang," katanya, karenanya mereka harus bicara diluar— sebab Jiyong tidak bisa menahan dirinya agar tidak menghisap tembakau itu malam ini.
"Sepertinya dia benar-benar datang dari masa depan," kata Yongbae, mengingat Lisa yang beberapa bulan lalu memberitahunya tentang Dong Katsu.
"Tidak, dia berbohong," balas Jiyong. Enggan mempercayai kalau Lisa benar-benar dari masa depan. "Selama ini dia berbohong dan kebohongannya jadi semakin parah," kata pria itu, lebih ingin meyakinkan dirinya sendiri.
"Oh ya? Aku pikir kau mempercayainya," komentar Yongbae. Wajar saja Yongbae berfikir begitu, sebab Jiyong menghabiskan setiap harinya bersama Lisa, selama hampir satu tahun terakhir. Meski Jiyong sering beralasan kalau mereka terpaksa begitu karena pekerjaan.
"Tidak, sekarang tidak lagi, dia pembohong," geleng Jiyong. "Kau tahu apa yang dia katakan tadi sore? Katanya, dia berkencan dengan keponakanku," cerita Jiyong.
"Keponakanmu? Siapa? Dami noona hamil juga?"
"Tidak! Karena itu aku bilang dia berbohong! Mana bisa dia mengencani keponakanku? Itu mustahil. Aku tidak punya keponakan," protes Jiyong, pelan-pelan membuat Yongbae sadar kalau Jiyong mempercayai Lisa. Pria itu percaya kalau Lisa benar-benar mengencani keponakan Jiyong— nanti di masa depan.
Jiyong meletakkan selembar foto yang tadi Lisa berikan. Menunjukan foto gadis itu pada temannya. "Katanya, anakmu yang nantinya akan memotret mereka," cerita Jiyong.
"Ini keponakanmu? Dia tampan sekali. Sedikit mirip denganmu, hanya sedikit. Kelihatannya dia tinggi, Minjoon hyung juga tinggi," komentar Yongbae. "Lisa tidak punya foto anakku?" susulnya ingin tahu.
Jiyong melirik sinis padanya, kemudian memaksa Yongbae untuk percaya kalau Lisa hanya seorang penipu ulung. Mereka tidak boleh mempercayainya. Bagaimana bisa ia bersaing dengan keponakannya sendiri? Jiyong tidak ingin mempercayainya.
"Kenapa bersaing?" tanya Yongbae. "Keponakanmu saja belum lahir? Kau tahu kapan dia akan lahir? Kenapa sudah cemburu pada anak yang bahkan belum ada?" herannya kemudian. "Tapi... Lisa masih berkencan dengan keponakanmu sekarang? Maksudnya saat dia tiba-tiba datang ke sini?"
"Tidak, mereka sudah putus."
"Kenapa?"
"Aku harus tahu kenapa mereka putus?"
"Kau pasti bertanya, apa alasannya? Kenapa mereka putus? Selingkuh?"
"Orangtuanya tidak setuju," jawab Jiyong, akhirnya memberitahu Yongbae apa yang diketahuinya.
"Orangtuanya? Orangtua keponakanmu? Dami noona? Kenapa? Kenapa dia tidak setuju?" tanya Yongbae, dan kali ini Jiyong tidak tahu jawabannya. Bahkan Lisa tidak tahu alasannya. Mungkin karena aku miskin dan ibuku... Begitu lah— hanya itu yang Lisa katakan.
Jiyong mendengus. Mengatakan semuanya tidak masuk akal. Mengaku kalau ia tidak bisa memahami segalanya. Pria itu amat terganggu, hingga sebuah pertanyaan muncul— bagaimana kalau ternyata dia putriku? Dan Dami noona mengetahuinya? Karena itu dia melarang putranya berkencan dengan Lisa?— Jiyong terus penasaran. Terus bertanya-tanya. Ia ingin tahu segalanya tapi tidak seorang pun bisa menjawab pertanyaan itu.
"Kalau kau tidak mendekati ibunya, dia tidak akan jadi putrimu. Kalian tahu siapa ibunya, kan? Jauhi saja perempuan itu," tenang Yongbae. "Lagi pula, sepertinya Lisa tahu dia bukan putrimu. Dia mengizinkanmu menginap. Kalau dia tahu kau ayahnya, dia tidak akan tidur denganmu."
"Aku tidak pernah tidur dengannya," kata Jiyong. "Minggu-minggu pertama, kalau aku menginap, dia tidur di sofa. Lalu setelah itu, dia membeli ranjang baru. Sekarang ada dua ranjang di rumahnya," cerita pria itu. "Dia benar-benar menjaga jarak dariku. Awalnya hanya, jangan menyukaiku, lalu sekarang dia akan bilang, jangan menyukaiku, aku mantan pacar keponakanmu. Aku masih menyukai keponakanmu, pasti begitu."
"Ah... Dia membiarkanmu menginap karena kau yang membayar rumahnya?"
"Dia membiarkanku melakukan apapun selain menyukainya," ketus Jiyong. "Karena berterimakasih, hanya karena berterimakasih," susulnya tetap ketus.
Esok paginya, meski masih terganggu, Jiyong tetap perlu bertemu Lisa lagi. Seperti biasanya, gadis itu datang menjemputnya. Datang ke rumahnya dengan semua pakaian yang sudah lebih dulu diambilnya dari butik, kemudian mengantarnya ke pop up store yang baru saja akan diresmikan. Mereka tidak banyak bicara ketika bertemu. Jiyong menghindari Lisa, sedang gadis itu berusaha untuk tetap profesional. Lisa hanya melakukan pekerjaannya, dengan baik seperti biasanya.
Hari itu, selama Jiyong sibuk bekerja, Lisa pun sama. Ia temui beberapa orang yang terlibat, mengatur jadwal dan rencana lainnya. Ketika awalnya gadis itu hanya jadi budak yang mengekor kemana pun Jiyong pergi, setelah satu tahun berjalan, gadis itu mulai lihai menyelesaikan urusannya. Mulai lihai juga membuat rencana-rencana baru untuk Jiyong. Pekerjaannya layak untuk dipuji, meski awalnya Jiyong hanya membantunya karena kasihan.
Tapi setelah acara hari ini selesai dengan baik, terbilang sukses, pada malam harinya saat orang-orang beristirahat sebuah berita muncul. Berita yang cukup berisik untuk membangunkan semua orang. G Dragon tersandung kasus narkoba— lagi. Informannya seorang perempuan, mengaku pernah berkencan dengan Jiyong, lalu mengatakan kalau mereka berdua sering memakai obat terlarang itu bersama. Tapi alih-alih pihak kepolisian yang mengabari Jiyong tentang pengakuan itu, justru reporter lah yang melaporkannya.
Lisa yang lebih dulu melihat beritanya. Ia menelepon Jiyong begitu membaca beritanya, tapi di internet kekacauan sudah lebih dulu terjadi. Belum sempat mereka melakukan apapun, ratusan berita sudah lebih dulu dirilis, jutaan komentar sudah lebih dulu ditulis. Beberapa pengiklan pun sudah mulai menghubungi, ingin kontrak mereka dibatalkan. Padahal malam belum berakhir, belum sampai sepuluh jam sejak berita pertamanya dirilis.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashes
FanfictionI can't hold you like the ashes You're spreading out Searching for your scent to call you back I can't see you through the flash My eyes are blurred Searching for your flashback in my mind 🎶 Ashes - Zior Park ft. Ai Tomioka