29

417 67 16
                                    

***

Jennie lahir di tengah-tengah keluarga kaya raya. Tapi demi seorang pria berengsek, ibunya meninggalkan semua kekayaaan itu. Tipikal cerita Romeo dan Juliet, sang ibu meninggalkan keluarganya untuk hidup bersama kekasihnya yang bukan apa-apa. Sayang, pada hari Jennie lahir, sang ibu pergi. Kelahirannya membawa malapetaka. Kelahirannya, mengantarkan sang ibu ke surga.

Sejak dilahirkan, Jennie kehilangan sosok ibu serta ayahnya. Ibunya meninggal saat melahirkannya, lalu ayahnya tidak bisa menerima kenyataan itu. Ayahnya membenci Jennie. Meski tetap menghidupinya, tidak sekali pun pria itu menggendong putrinya. Tidak sekalipun sang ayah sudi menatap putrinya.

Kakek dan neneknya pun sama. Tidak seorang pun menyayanginya. Semua orang membencinya, semua orang marah padanya, karena kelahirannya membawa pergi seorang kekasih, seorang anak. Ia hidup dalam pengasingan, di rumahnya sendiri. Sepanjang tinggal di rumah orangtuanya, rutin Seunghyun lihat, cerita seorang gadis yang berusaha mendapatkan perhatian ayahnya. Jennie melakukan segalanya, mulai dari hal baik sampai sebaliknya, hanya untuk mendapatkan perhatian itu.

"Seunghyun oppa bilang, tujuan ibuku bukan debut, dia tidak ingin debut," kata Lisa, masih duduk di sofa dengan posisi yang sama. Ia menumpangkan kakinya di atas milik Jiyong, lalu merasakan tangan pria itu diatas kakinya, sesekali juga bergerak untuk mengusap rambutnya. "Orang-orang di agensi tahu kalau mereka bertetangga. Mereka tahu kalau dua orang itu saling kenal. Jadi, mereka menghubungi Seunghyun oppa, saat ibuku menolak untuk debut," ceritanya.

"Kenapa dia menolak untuk debut? Kalau dia memang pernah ditawari untuk debut," tanya Jiyong, yang sebelumnya sama sekali tidak tertarik dengan rencana anak-anak pelatihan di agensinya.

"Kalau dia debut lalu terkenal, ayahnya akan melihatnya dimana-mana."

"Lalu? Bukan itu tujuannya? Dia bisa dapat perhatian ayahnya kalau wajahnya muncul dimana-mana."

"Tapi ayahnya juga bisa jadi semakin muak karena melihatnya dimana-mana, aku rasa waktu itu dia takut," jawab Lisa, yang sekali lagi merasakan tangan Jiyong mengusap rambutnya, lalu pipinya. "Lalu sekarang dia menyesal karena menolak kesempatan itu, karena itu dia mendekati Mino? Tapi kenapa dia tidak menemui Seunghyun oppa saja? Kelihatannya Seunghyun oppa lebih berpengaruh," komentar gadis itu kemudian.

"Kau pikir mendekatinya itu mudah?"

"Aku bisa-"

"Itu karena kau kekasihku," potong Jiyong.

Lisa mendengus mendengarnya, "tidak ada hubungannya, kalian sedang bertengkar," katanya kemudian.

"Tidak ada yang bertengkar," geleng Jiyong. "Kami hanya sama-sama sibuk," katanya, membela diri.

"Seunghyun oppa bilang kalian bertengkar, karena oppa cerewet," santai Lisa. "Berbaikan lah dengannya, biarkan dia melakukan apapun yang dia mau. Dia sudah besar... Perhatikan aku saja, aku masih kecil... Perhatikan aku, ya? Perhatikan aku," rengek gadis itu, sekarang bergerak mengguncang bahu Jiyong, lalu memeluknya.

"Augh! Kau yang harusnya memperhatikanku," balas Jiyong, juga memeluk tapi tidak seberapa lama sebab ia ingin menciumi kekasihnya itu.

Lisa tertawa karena ciuman bertubi-tubi yang Jiyong berikan. Gadis itu menghindari bibir kekasihnya, tapi Jiyong tetap berhasil mencium wajahnya. Pria itu memeluknya, menahan Lisa agar tidak pergi kemana-mana. Meski Lisa memang tidak pernah berencana untuk pergi.

Cinta memenuhi apartemen itu, tapi mereka harus berhenti sebab seseorang menekan bel rumahnya. "Siapa? Kau menunggu seseorang?" tanya Jiyong, tapi Lisa menggelengkan kepalanya. Ia tidak punya teman selain teman-teman Jiyong, mereka tidak akan berkunjung tanpa menghubungi pria itu. Lagi pula, hanya Yongbae yang pernah datang.

"Mungkin ibumu? Kemarin ibumu bilang akan mengantarkan lauk ke sini," jawab Lisa, sementara Jiyong berjalan keluar untuk membukakan pintunya. Kecuali tahu siapa yang datang, Jiyong tidak membiarkan Lisa membukakan pintu. Khawatir ada reporter atau justru fans gilanya yang datang. Meski selama ini, kejadian mengerikan tidak pernah terjadi.

"Oh?" Jiyong membuka pintu apartemen itu. Sedang Lisa bangkit dari sofa untuk melihat siapa yang datang. "Noona," katanya, bersamaan dengan wajah Kwon Dami yang muncul di depan Lisa.

"Masuk lah," suruh Jiyong, sambil mengambil barang bawaan kakaknya.

"Eomma menyuruhku mampir mengantar lauk," kata Dami, melangkah masuk lalu tersenyum pada gadis yang sekarang membeku ditempatnya. "Ini Lisa? Hai," sapa ramah wanita itu, membuat Lisa tiba-tiba jatuh ke lantai.

"Ah! Aku terpleset," kata Lisa, yang sebenarnya merosot jatuh karena lututnya tiba-tiba lemas. Sambil berusaha bangkit, dengan canggung gadis itu terkekeh. Ia hindari tatapan Dami, sedang Jiyong hanya menatapnya keheranan.

Kwon Dami yang Lisa ingat, tidak tersenyum ketika melihatnya. Mereka kelihatan sama, sekarang atau dimasa depan, Lisa mengenalinya. Tapi ia punya kenangan buruk tentangnya. Hari itu adalah hari wisudanya. Eden yang sudah lebih dulu lulus datang untuk membawakannya bunga. Mengantikan Jennie yang lebih memilih pergi ke Inggris bersama suaminya.

Semua berjalan lancar hari itu, ia mendapatkan gelarnya, mendapat bunga dari kekasihnya, mendapat beberapa bingkisan dari teman-temannya. Mereka bersenang-senang, kemudian Eden yang saat itu sudah bekerja mentraktir semua orang untuk pergi ke pantai. Merayakan kelulusan kekasihnya.

Di pantai, segalanya terlihat indah. Bahkan cangkang kerang yang terdampar berhasil membuat Lisa bahagia. Itu adalah hari terbaik baginya. Namun seolah ada kutukan yang menyertainya, pagi setelah mereka semua sarapan, Kwon Dami datang bersama supirnya. Tiba-tiba muncul di depan penginapan, lalu menamparnya. Bahkan sebelum Lisa sempat memberi salam padanya.

"Bagaimana bisa kau melakukan ini pada kami? Sampai mati aku tidak akan memaafkanmu. Jangan menemui putraku lagi, jangan berfikir untuk mendekatinya," kata Dami, terlihat begitu marah, sukses mempermalukan Lisa di depan semua orang dalam lobby penginapan itu.

Selanjutnya Lisa ingat Eden bertengkar dengan ibunya. Ia tidak ingat persis pertengkarannya, namun sejak pagi itu, ia tidak pernah bertemu Eden lagi. Eden tiba-tiba menghilang. Pria itu berhenti bekerja, mematikan teleponnya, pindah juga dari apartemennya. Baru satu tahun setelahnya, Lisa tahu kalau Eden pergi keluar negeri, Dong Katsu yang memberitahunya.

Amarah Dami sebenarnya tidak seberapa keji. Tidak sedramatis adegan-adegan di TV, tidak ada air yang dilempar ke wajahnya, tidak ada segepok uang yang dipukulkan ke kepalanya. Lisa bahkan tidak diberi kesempatan untuk bicara. Tidak diberi waktu untuk mencerna situasinya.

Namun hari itu menjadi titik balik dalam hidupnya. Sebab setelahnya, rumor menyebar— Kim Jennie jadi simpanan ayahnya Eden, Kim Minjoon. Seperti saat di sekolah dasar, Kim Jennie tidur dengan ayah teman sekolahnya, cerita yang sama juga mengakhiri masa kuliahnya. Setelahnya Lisa kesulitan mencari kerja, karena rumor itu. Karena berita tentang ibunya itu. Lebih dari dua tahun ia terjebak dalam lubang hitam kerja sambilan, sampai akhirnya ia dapat pekerjaan— yang ternyata dari pengaruh ayah tirinya, Lee Jaewook. Meski sekarang pekerjaan itu tidak lagi ada artinya karena Lisa terdampar ke masa lalu.

"Aku melihat foto Lisa di galeri hari ini, dress-nya lumayan, dimana kalian membelinya? Tidak bisa kah kau mengirimnya ke tempatku? Aku punya sesuatu yang akan sempurna untuknya," kata Dami, tidak tahu kalau sekarang Lisa sedang menahan gemetar karena ingatannya sendiri. "Apa event selanjutnya? Biarkan aku mendadaninya," pinta sang kakak, pada adiknya yang masih memperhatikan Lisa. Luar biasa penasaran akan tingkah gugup yang sekarang gadis itu tunjukan.

***

AshesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang