66

243 50 7
                                    

***

Hari ini, sepulang kerja, Lisa mengunjungi ibunya di rumah mewahnya. Ketika datang, Jennie sudah menunggunya sambil minum teh di halaman belakang. Wanita itu sempat keheranan, ketika mendengar putrinya akan datang mengunjunginya. Lisa tidak pernah begini sebelumnya. Ia tidak pernah berkunjung, hampir tidak pernah juga menghubunginya lebih dulu.

"Kenapa kau ke sini? Kau tidak hamil kan?" tanya Jennie, setelah pelayan yang mengantarkan Lisa masuk, meninggalkan mereka berdua di halaman belakang.

"Tidak," pelan Lisa, meraih tehnya kemudian menyesapnya. "Bagaimana harimu, eomma? Menyenangkan?" susulnya membuka pembicaraan.

"Sejak kapan kau penasaran tentangku? Tidak seperti dirimu yang biasanya. Kau masih sakit? Karena efek kecelakaanmu kemarin?" heran Jennie, tapi Lisa justru berdecak. Mengatakan kalau ia hanya ingin bersikap seperti seorang putri yang lebih baik, sedikit lebih perhatian.

Sebentar mereka berbincang tentang hari ini. Jennie memberitahu Lisa kalau dirinya pergi belanja tadi siang, mengaku juga kalau ia makan makanan enak untuk sarapan dan makan siangnya. Tapi gadis itu melewatkan makan malamnya, sebab ingin makan malam bersama suaminya. Sedang Lisa mengatakan kalau ia kelelahan karena harus kembali bekerja setelah sakit. Ia makan sarapan dengan nasi dan telur yang Jiyong buatkan, kemudian makan siang di kantin perusahaannya. Soal makan malam, Lisa hanya membeli sepotong roti dalam perjalanannya ke rumah mewah itu.

Obrolan mulai menyenangkan sekarang. Keduanya mulai lebih banyak bicara sekarang. Sampai Lisa punya kesempatan untuk melemparkan pertanyaannya. "Suamimu sekarang, dia mantan pacarmu, iya kan?" tebak Lisa, dan Jennie terdiam. "Eomma, kau bahagia menikah dengannya, sekarang?" susulnya.

"Hm... Aku bahagia," pelan Jennie. "Aku merasa buruk karena kalian tidak bisa menerima satu sama lain, tapi... Maaf sayang, aku menyukainya, sangat menyukainya," akunya kemudian. "Dia marah padaku, dia tidak menyukaimu, semuanya karenaku. Setelah apa yang aku lakukan padanya, wajar saja kalau dia bersikap begitu. Aku minta maaf, karena kali ini, aku ingin memilihnya. Bukan berarti aku meninggalkanmu, aku hanya-"

"Dulu eomma meninggalkannya karenaku, iya kan?" potong Lisa. "Dia bukan ayah kandungku, karena itu eomma meninggalkannya?" tebaknya dan dengan hati-hati Jennie menganggukan kepalanya.

Ketika tahu kalau dirinya hamil, Jennie meninggalkan semuanya. Ia tinggalkan Jeju, ia tinggalkan juga Seoul. Ia tinggalkan kekasihnya, ia tinggalkan juga pekerjaannya, segalanya. Pergi ke sebuah kota kecil, hanya ia bersama janin dalam perutnya.

"Saat itu aku punya seorang teman," cerita Jennie. "Tapi dia melarikan diri. Dia meninggalkan putrinya, suaminya, meninggalkanku juga. Aku tidak tahu kemana dia pergi, tidak ada yang tahu kemana dia pergi. Suatu malam, dia menghilang begitu saja, tanpa pamit. Ketika tahu kalau aku mengandungmu, aku ingin memberitahunya. Tapi bagaimana caranya? Dia menghilang. Suaminya juga kecelakaan, karena mencarinya. Situasinya kacau sekali, jadi rasanya kehamilanku, keberadaan kita di sana, hanya akan memperburuk keadaan. Karena itu aku memutuskan untuk pergi. Ayah tirimu, yang tidak tahu apapun, jadi korban dari semua kejadian itu, jadi tolong mengertilah, kalau dia masih marah sekarang. Meski begitu, dia memperlakukanku dengan baik. Jadi jangan mengkhawatirkanku," ceritanya kemudian.

"Ayah kandungku bukan suami temanmu itu kan?" tanya Lisa dan Jennie menggelengkan kepalanya.

"Meski bukan orang baik, aku tidak akan menggoda suami temanku sendiri," kata Jennie. "Tapi ayah kandungmu, mungkin tidak akan bisa mengatasinya kalau tahu aku hamil. Seorang temannya menghilang, lalu temannya yang lain meninggal karena kecelakaan, kalau aku memberitahunya tentang kehamilanku juga, kalau aku memberitahunya tentang keberadaanmu, aku rasa dia bisa kena serangan jantung," susulnya kemudian.

AshesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang