***
Lisa mengantar Jennie pulang setelah gadis itu mandi dan menghilangkan aroma alkohol dari tubuhnya. Ia biarkan Jennie mengambil pakaiannya. Membiarkan juga gadis itu mencibir bajunya yang tidak seberapa. Lemari besar Lisa, sebagian besar terisi oleh baju kekasihnya, bukan miliknya.
Gadis itu mengantar sampai ke rumah Jennie. Ia hentikan mobilnya di depan rumah Jennie, kemudian turun untuk menemui orangtua gadis itu. Jennie melarangnya, tapi Lisa terlalu penasaran, ingin melihat pria yang selama ini mengganggu ibunya. Ingin melihat kakeknya.
"Ayahmu perlu tahu dimana kau tidur semalam, diam saja, akan aku pastikan kau tidak dimarahi," tegas Lisa, berlaga tidak tahu bagaimana Jennie hidup selama ini.
Lisa menggenggam pergelangan tangan Jennie, memaksa gadis itu untuk melangkah masuk ke rumah bersamanya. Sedikit Lisa mendorong Jennie, menyuruh gadis itu menekan kode pintunya. Menyuruh Jennie untuk masuk ke rumahnya, memanggil ayahnya. Tapi gadis itu justru menarik tangannya. Akan melangkah pergi, menunjukan raut kesalnya yang tidak bisa ia tahan. Jennie sangat membenci sikap Lisa sekarang. Ingin ia kabur dari gadis itu, tapi Lisa sudah lebih dulu menekan bel rumahnya.
Seorang pria yang belum terlalu tua membukakan pintunya. Pria itu tidak setua ayahnya Jiyong. Kalau Jennie 19 tahun, sepengelihatan Lisa, pria di depannya sekarang baru berusia empat puluh. Tidak akan lebih dari empat puluh lima tahun. Pria itu cukup tinggi, sedikit lebih tinggi dari Jiyong. Kulitnya putih pucat, dengan tatapan sendu yang membuatnya terlihat selalu sedih.
Melihat Lisa di depan pintunya, mata pria itu bergetar. Ingin ia katakan sesuatu, namun dirinya hanya bisa gemetar. Tangannya terulur, ingin menyentuh pipi Lisa tapi gadis itu langsung menghindar. Bergerak mundur, lalu menoleh pada Jennie, melihat pada Jennie yang juga kelihatan bingung. Seolah Jennie tidak pernah melihat pria itu sebelumnya.
"Tuan Kim?" bingung Lisa, berfikir kalau pria di depannya mungkin saja bukan ayahnya Jennie. Bukan kakeknya, mungkin tamu atau seorang penyusup.
"Lalice?" kata pria itu, membuat Lisa semakin bingung dibuatnya.
Kim Junghyun, ayahnya Jennie tiba-tiba memeluk Lisa. Menangis, mengatakan kalau ia sangat merindukannya. Tersedu dengan bilang kalau Lisa sudah pergi terlalu lama. Memohon agar Lisa kembali ke rumah itu, kembali padanya. Lisa yang bingung tentu memberontak. Berusaha melepaskan pelukan itu dari tubuhnya, dengan bantuan Jennie.
Jennie menarik Lisa, mendorong juga ayahnya yang terus mendekap gadis itu. Membuat keributan sampai seorang pria muncul, berlari menghampiri kemudian melerai mereka dengan kekuatannya. Pria itu hampir memukul Kim Junghyun, agar bisa membebaskan Lisa dari dekapannya— Choi Seunghyun yang datang.
Mereka berhasil dilerai, Jennie kemudian mengambil barang-barangnya yang jatuh. Seunghyun juga membungkuk untuk mengambil tas Lisa, lantas ia bawa gadis itu pergi dari sana. Sedang Jennie, menabrak bahu ayahnya kemudian menggerutu masuk ke kamarnya. Mengunci pintu kamar itu dan memakai earphonenya, berusaha tidak peduli pada pintu kamarnya yang sekarang diketuk, lalu dipukul. Kim Junghyun menyuruhnya untuk keluar.
Lisa dibawa ke rumah Seunghyun. Di persilahkan untuk duduk di ruang tamu rumah itu, kemudian seorang pelayan menghampiri mereka. "Teh, bawakan kami teh," kata Seunghyun, ikut duduk di sebelah Lisa. "Kau baik-baik saja?" tanya pria itu, sementara Lisa masih mengatur nafasnya. Masih menenangkan dirinya.
Ia menganggukan kepalanya. Mengatakan kalau dirinya hanya terkejut karena tiba-tiba dipeluk. Karena tiba-tiba diperlakukan begitu oleh seorang yang baru saja ditemuinya. "Aku hanya datang untuk mengantar Jennie pulang, semalam Jennie menginap di rumahku," kata Lisa, setelah merasa dirinya cukup tenang. Meski pria itu kakeknya, Lisa tetap saja terkejut kalau tiba-tiba ia dipeluk sangat erat begitu.
"Dia menginap di rumahmu?" tanya Seunghyun dan Lisa mengangguk, mengatakan kalau semalam Jiyong mengajak Jennie makan bersama, lalu dengan sengaja ia membuat gadis itu mabuk.
"Wah... Setelah membuatnya mabuk, kau tahu apa yang terjadi padanya?" sekali lagi Seunghyun bertanya dan kali ini Lisa menganggukan kepalanya.
"Ayahnya bangkrut. Rumah mereka disita. Jennie tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, tapi daripada dia harus berpisah dengan ayahnya, dia memilih keluar dari agensi. Agensi bilang dia akan debut sebentar lagi, tapi dia khawatir ayahnya akan sendirian kalau dia debut."
"Bukannya dia harusnya debut? Dia harus bekerja untuk membayar hutang ayahnya. Rumahnya disita pasti karena hutang ayahnya?" heran Seunghyun, tidak bisa memahami keputusan Jennie.
"Dia tidak tahu. Dia hanya anak-anak, dia hanya ingin tinggal bersama ayahnya," kata Lisa. "Seumur hidupnya dia hanya berusaha mencari perhatian ayahnya, keputusannya sekarang... uhm... bagaimana mengatakannya? Bisa diprediksi? Kekanakan, sangat menggambarkan dirinya. Dia berlaga dewasa, tapi semua yang dilakukannya sangat kekanakan. Tidak ada yang membimbingnya, tidak ada yang mengajarinya. Tidak hamil dan memakai narkoba saja sudah hebat," jawab gadis itu. "Atau dia hanya belum melakukannya?" ragunya kemudian.
Lisa bertamu setidaknya dua jam di rumah itu. Jiyong sama sekali tidak menghubunginya, mengira kalau sekarang Lisa sedang menghabiskan waktunya bersama Jennie. Hari mulai sore saat Lisa berpamitan untuk pergi kemudian melangkah ke mobilnya. Tiba di depan mobilnya, gadis itu melihat Jennie berlari ke arahnya.
Rambutnya berantakan dan dahinya terluka. Gadis itu menerobos keluar dari rumahnya, tanpa alas kaki. Menghampiri Lisa kemudian menangis, mengatakan kalau Lisa harus menolong ayahnya. Memohon agar Lisa tidak membiarkan ayahnya mati sendirian di rumah itu. Lisa yang kebingungan berlari masuk ke rumah Jennie. Sedang Seunghyun yang masih ada di teras rumahnya juga ikut menghampiri mereka.
Saat masuk ke rumah itu, semua perabotannya terlihat usang. Lalu kini perabot-perabot lama itu ditempeli stiker penyitaan. Di dinding ruang tengahnya, ada sebuah foto pernikahan besar. Sepintas dilihat neneknya terlihat seperti dirinya, pantas saja Kim Junghyun terkejut melihatnya. Lisa memakluminya sekarang, tapi tidak ada waktu untuk melihat-lihat. Di lantai dua, di dinding sebelah pintu kamar, Kim Junghyun tengah membenturkan dahinya ke dinding. Berkali-kali hingga terlihat darah merembes masuk ke wallpaper dindingnya.
Lisa menjauhkan pria itu. Mendorong kakeknya, sampai pria itu jatuh ke lantai. Ia tidak tahu cara lain untuk menghentikannya. Hanya ingin ia jauhkan Kim Junghyun dari dinding rumahnya. Seunghyun menyusul di belakangnya, baru kemudian Jennie yang masih tersedu-sedu datang. Wajahnya merah padam karena ketakutan. Tangisnya tidak bisa ia sembunyikan. Alih-alih seorang remaja nakal yang sering merundung teman-temannya, Jennie kelihatan sangat rapuh sekarang. Seperti seorang gadis kecil yang menangisi mainan rusaknya.
Seunghyun menahan ayahnya Jennie di lantai, sementara Lisa cepat-cepat menelepon ambulans. Kim Junghyun berteriak, memberontak ingin dilepaskan. Mengatakan kalau ia akan mati di depan Jennie, seperti yang istrinya lakukan. Mengatakan kalau ia akan membiarkan Jennie membunuhnya seperti yang anak itu lakukan pada ibunya.
Lisa berusaha menahan dirinya. Ia berusa jadi orang dewasa di sana. Tidak ia pukul Kim Junghyun, tidak ia maki pria itu. Kenapa dia sangat kejam pada ibuku?!— amarah tertahan di tenggorokannya, sebab Jennie terus menangis sembari menutup telinganya. Terus meminta seseorang menyelamatkan ayahnya. Seunghyun yang mengambil peran itu. Membentak Kim Junghyun, menyuruhnya untuk diam. Menyuruh pria itu untuk segera menyadarkan dirinya sendiri.
Sampai akhirnya Kim Junghyun melemah, meringkuk di bawah Seunghyun yang hampir menindihnya. Mulai menangis. Seunghyun hampir mendudukinya, menahan kaki pria itu dengan berat tubuhnya, sedang dada Kim Junghyun ia tekan ke lantai dengan tangannya. Mendengar tangis Jennie, Seunghyun tidak mungkin memukuli pria itu.
Kim Junghyun terisak. Menangis, mengatakan kalau ia sangat merindukan Lalice— istrinya. Apa nama neneknya Lalice? Lisa tidak pernah tahu. Jennie tidak pernah memberitahunya, siapa nama kakek dan neneknya. Bahkan ketika gadis itu mendapat sedikit warisan untuk tambahan membeli rumah mereka— Lisa tidak pernah diberitahu siapa kakek dan neneknya.
Begitu ambulans datang, Lisa yang menemani Jennie ke rumah sakit bersama ayahnya. Sedang Seunghyun dilarang untuk ikut bersama mereka. Situasinya akan jadi sangat ramai kalau Seunghyun terlibat. Karenanya, Lisa menemani Jennie masuk ke dalam ambulans, sedang mobilnya ia tinggalkan di depan rumah Jennie.
***
aku nemu ide buat bapaknya lisa pas lagi ngantri kasir Indomaret 😭😭😭 rasa rasa pengen ngasi spoiler 📈📈📈
Cluenya Liz Gillies - Okay
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashes
FanfictionI can't hold you like the ashes You're spreading out Searching for your scent to call you back I can't see you through the flash My eyes are blurred Searching for your flashback in my mind 🎶 Ashes - Zior Park ft. Ai Tomioka