46

271 53 7
                                    

***

Sekarang di New York, begitu tiba tidak ada mobil yang menjemput mereka. Reporter juga fans yang biasanya menunggu di bandara pun tidak di sana. Tidak seorang pun dari mereka tahu kalau Jiyong akan tiba di New York pagi ini. Mereka sengaja terbang lebih awal dari seharusnya untuk sekedar berjalan-jalan. Staff yang harusnya membantu Jiyong untuk pekerjaannya besok lusa, baru akan terbang besok pagi. Saat ini, hanya ada Jiyong bersama asistennya.

Kalau biasanya— di depan reporter juga fans— ada seorang manager lapang yang mendorong troli koper mereka, hari ini Jiyong sendiri yang mendorong trolinya. Sedang di sebelahnya, Lisa melangkah dengan santai dengan tangan penuh makanan. Ada dua gelas kopi di tangan kirinya, sedang yang kanan memegang sepotong waffle dengan krim dan beberapa potong strawberry.

"Kau senang?" tanya Jiyong, melihat kekasihnya melangkah riang dengan wafflenya.

Lisa menggangguk mengiyakannya. Ia tidak pernah berjalan di bandara sesantai pagi ini. Tidak pernah juga membeli waffle seperti hari ini. Jangankan berjalan sambil mengigit camilannya, bahkan membeli kopi pun tidak. Di saat Jiyong dan rekan-rekannya berjalan dengan kopi mereka, biasanya Lisa akan berlaga sibuk. Melakukan sesuatu yang bisa menyelamatkannya dari kewajiban menyapa orang-orang.

"Asisten G Dragon menyebalkan, dia sangat tidak ramah, tersenyum saja tidak!" begitu komentar yang orang-orang tulis diawal-awal kemunculannya, di bandara bersama Jiyong. Tidak seperti Jiyong yang sudah biasa bertemu kamera, Lisa membencinya bahkan sampai hari ini.

"Sangat senang sampai tidak membagi wafflemu denganku?"

"Ish! Aku sudah bilang kita harus beli dua tadi," sebal Lisa, tapi tetap mengulurkan tangan kanannya, membiarkan Jiyong mengigit sedikit wafflenya.

"Kopi," minta Jiyong, setelah ia mengigit dan menelan wafflenya.

Sekarang Lisa mengulurkan tangan kirinya, membiarkan Jiyong meminum kopinya tanpa mengeluarkan gelas itu dari pegangannya. Keduanya berjalan sampai ke tempat penyewaan mobil, di sana Jiyong hanya duduk. Sedang Lisa yang melakukan semuanya, bicara pada resepsionis menyewa sebuah mobil untuk mereka.

Begitu dapat sebuah mobil, baru mereka meninggalkan bandaranya. "Kita langsung ke hotel?" tanya Jiyong, yang harus mengemudi.

"Oppa tahu tadi ada orang-orang yang memotretmu?" tanya Lisa, duduk di sebelah pengemudinya sambil menatap keluar jendela.

"Tentu saja," santai Jiyong. "Dua jam lagi fotonya akan tersebar kemana-mana, asistenku tidak bekerja dengan baik hari ini," susulnya.

"Aku sengaja membiarkan mereka," balas Lisa. "Ini liburan pertama kita, aku menyimpan memorinya di internet," kata gadis itu.

"Kalau kau mau, aku bisa mengunggah fotomu, foto kita," kata Jiyong tapi Lisa langsung menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau di telepon banyak orang hanya untuk mengklarifikasi foto yang Jiyong unggah.

Meski orang-orang tahu mereka berkencan, tidak pernah ada pernyataan resmi tentang hubungan itu. Sebagian penggemar masih ada yang percaya kalau mereka hanya asisten dan artist yang bekerja bersama. Ia memeluk dan sesekali mencium dahi Lisa di depan reporter, tapi tidak pernah sekali pun membicarakannya di depan kamera. Asistenku— itu yang selalu Jiyong katakan, setiap orang-orang bertanya siapa Lisa sebenarnya.

"Tidak mau, aku akan menuntutmu kalau oppa mengunggah fotoku," ancam Lisa, dan keduanya tahu Lisa tidak akan bisa melakukannya.

Tiba di hotel, Lisa lagi yang menemui resepsionisnya. Kalau Lisa mau membayar lebih, mereka bisa saja masuk ke kamarnya saat itu juga. Tapi sambil tersenyum, gadis itu menghampiri Jiyong. "Waktu check-innya masih jam dua belas nanti," kata gadis itu, membuat Jiyong mengerutkan dahinya. Pria itu selalu bisa masuk ke kamar hotel kapan pun ia mau.

AshesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang