17

287 64 4
                                    

***

Di agensi, siang ini Jiyong bermain ping pong dengan temannya, Lee Soohyuk. Awalnya Lisa menonton pertandingan ping pong itu, tapi karena kedua pemainnya diam, Lisa jadi bosan. Beberapa kali gadis itu menguap, tidak tahan melihat permainan yang senyap itu. Hanya suara bola membentur meja yang bisa Lisa dengar.

"Aku ke toilet sebentar," bohong Lisa, tidak lagi bisa menahan bosannya, tidak lagi bisa menahan kantuknya.

Gadis itu melangkah pergi. Lantas, beberapa menit setelah pintu tertutup, Soohyuk mengambil bola yang Jiyong pukul. Menggenggam bola oranye itu, kemudian menatap lawannya. "Ada apa? Kalian bertengkar?" tanya Soohyuk dan Jiyong menggeleng.

"Dia belum melupakan mantan pacarnya," jawab Jiyong. "Tadi, di tempat gym, dia memandangi foto seorang pria," katanya kemudian.

"Kau cemburu?"

"Mana mungkin?!"

"Kau cemburu," komentar Soohyuk. "Kau menjadikannya asistenmu karena menyukainya, iya kan? Ya! Kalau kau menyukai seorang perempuan, jangan mengajaknya bekerja denganmu. Bagaimana kalau kalian putus nanti?"

"Ya! Kau yang lebih dulu membawa kekasihmu ke sini, kau tidak berhak mengomentariku," balas Jiyong.

"Siapa yang menyuruhmu mengikutiku? Kau tidak tahu betapa menyesalnya aku- augh! Lupakan saja," kata Soohyuk, lantas memberi tanda agar Jiyong berjalan ke kursi penonton, mengambil air mineral mereka di sana. "Bagaimana mantan pacarnya? Tampan? Siapa? Kau mengenalnya?" tanya Soohyuk kemudian.

"Tidak tahu. Yang aku tahu mereka putus karena tidak direstui."

"Lalu apa masalahnya? Kau bilang ibumu menyukainya? Kalau orangtuamu merestui kalian, laki-laki itu bisa apa? Dia kalah telak," santai Soohyuk, sedang Jiyong menggelengkan kepalanya.

"Ibuku menyukainya karena dia sopan, hanya sebagai asistenku. Itu bukan restu. Lagi pula, untuk apa aku perlu restu sekarang? Aku belum akan menikahinya," kata Jiyong. "Selain itu, dia juga sering mengatakan sesuatu yang menggangguku."

"Apa?"

"Jangan menyukainya, dia melarangku menyukainya. Jangan tanya aku apa alasannya, aku juga tidak tahu," sebal Jiyong. Terus bercerita, tanpa mengatakan kalau Lisa datang dari garis waktu yang berbeda.

Sedang disaat yang sama, Lisa berjalan berkeliling gedung agensi itu. Tidak ada tujuan yang pasti, tapi setelah ia melihat arah kemana ruang latihannya, Lisa berjalan ke sana. Siapa tahu, ia bisa melihat Jennie di sana.

Satu persatu pintu ruang latihan ia intip. Melihat dari kaca kecil di tiap pintunya, ingin tahu siapa saja yang latihan di dalam. Baru setelah ia melihat tiga pintu, ditemukannya Jennie ada di balik pintu keempat. Gadis itu berlatih dengan beberapa orang lainnya. Ia banyak dipuji di ruang latihan. Meski tidak bisa mendengar suara Jennie, tapi gerak tari gadis itu benar-benar memukau. Lisa tidak percaya kalau ibunya bisa menari. Lisa tidak pernah menduga akan melihat ibunya melakukan gerak-gerak cantik itu. Apa jadinya kalau ibunya benar-benar debut? Lisa jadi luar biasa penasaran karena terlanjur melihatnya.

Lisa menonton sampai latihannya selesai. Sekarang gadis-gadis di dalam ruang latihan itu akan keluar, jadi sebelum ketahuan gadis itu buru-buru melangkah pergi. Lisa melarikan diri, meski tidak benar-benar berlari. Ia masuk ke dalam lift, lantas berhenti di depan seorang pria yang familiar— Song Mino.

"Kita bertemu lagi," kata pria itu, menyapa Lisa dengan wajahnya yang kelihatan lelah.

"Oh? Ya," pelan Lisa. Sekarang, gadis itu memunggungi Mino, berdiri menatap pantulan dirinya sendiri di pintu lift.

"Kenapa membohongiku?" tanya Mino kemudian. "Kau bilang, kau anak pelatihan. Ternyata asistennya Jiyong hyung?" susulnya, seolah kebohongan itu adalah masalah besar di antara mereka.

"Aku tidak membohongimu," tenang Lisa, tetap menatap pantulan wajahnya di pintu lift. Menunggu liftnya berhenti di lantai Jiyong berada. "Kau sendiri yang memutuskan aku anak pelatihan, aku tidak mengatakan apapun," kata Lisa, karena Mino tidak mengatakan apapun.

"Kau memberitahu Jiyong hyung? Apa yang kau dengar di villa?"

"Kau ingin aku memberitahunya?" kata Lisa, balas bertanya. "Berapa usiamu?" tanyanya kemudian, lupa kalau ia pernah memastikan umur pria itu sebelumnya. Mino berusia 20 tahun saat itu. Hanya berjarak dua tahun dari ibunya. Awalnya, Lisa khawatir Jennie hanya dimanfaatkan— korban grooming, sebab ia hanya seorang anak dibawah umur.

"Aku benar-benar menyayanginya," Mino tiba-tiba berkata. Mengakui perasaannya, alih-alih menjawab pertanyaan Lisa. "Apapun yang dia katakan, aku benar-benar menyayanginya. Meski dia hanya ingin memanfaatkanku," susulnya, bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.

Jiyong dan Soohyuk ada di depannya sekarang. Barang-barangnya, Jiyong bawa semua itu sendiri. Lisa tidak jadi keluar, karena sekarang Jiyong masuk. "Toilet mana yang kau pakai?" bisik Jiyong, setelah mereka berdiri berdampingan di dalam lift.

"Aku tersesat," pelan Lisa. Disusul suara Mino yang mengajak Jiyong berbincang. Bertanya apa pria itu punya waktu untuk mengobrol sebentar.

Jiyong menyanggupinya, lalu sekarang mereka pergi ke kafetaria. Soohyuk pun ikut bersama mereka, duduk di satu meja untuk empat orang. Suasananya tidak seberapa menyenangkan sekarang, tapi Jiyong tetap memperlakukan Lisa dengan baik. Tetap ia ambilkan piring nampan untuk gadis itu, mengambilkan juga sendok dan sumpitnya.

Mino lebih dulu mengambil makanannya, lalu Soohyuk, Jiyong dan Lisa yang terakhir. "Yang ini enak," kata Jiyong, memberi Lisa beberapa petunjuk untuk mengambil makanannya.

"Ya," angguk Lisa, mengikuti Jiyong mengambil semua makanan yang pria itu bilang enak. Meski ia tidak seberapa suka sosis. Sedari kecil, Jennie terlalu sering memberinya mie instan dan sosis. Jadi kini gadis itu tidak lagi menyukainya.

Begitu duduk, Lisa mengambil kursi di sebelah Jiyong, sebab hanya itu kursi yang tersisa. Tanpa memikirkan apapun, gadis itu mulai makan. Sedang Jiyong dan Mino berbincang. Soohyuk pun tidak mengajaknya bicara, jadi Lisa tidak mengatakan apapun.

Dengan volume yang tidak seberapa keras, Mino memutar sebuah lagu yang sama, dua kali. Lagu yang pertama kali ia putar, punya suara Jennie di dalamnya. Sedang lagu kedua, Lisa tidak tahu siapa penyanyinya. "Bagaimana menurutmu, hyung?" tanyanya kemudian, meminta Jiyong memilih satu yang lebih baik dari dua versi lagu itu.

"Itu lagumu, mana yang lebih kau suka?" tanya Jiyong, sama sekali tidak curiga.

"Yang kedua."

"Kalau begitu pilih yang kedua. Itu suaranya Hoyeon kan?" santai Jiyong, tetap makan, tanpa menganggu gadis di sebelahnya.

"Hm... Ini Hoyeon," angguk Mino. "Tapi hyung, kalian berkencan?" tanyanya kemudian, melihat Jiyong kemudian Lisa bergantian.

"Tidak," bersamaan, Jiyong dan Lisa mengatakan hal yang sama.

***

AshesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang