Bonus Lagi, Terakhir

410 45 15
                                    

***

Choi Seunghyun bermaksud baik. Tapi pria itu tidak tahu keseluruhan ceritanya. Ia pun tidak pernah bertanya bagaimana kisah lengkapnya. Hanya dari selembar hasil tes DNA, pria itu mempercayai ucapan Yongbae.

Awalnya tentu ia tidak percaya. Hasil tesnya menunjukkan kalau Lisa dan Kwon Alice punya hubungan keluarga, ibu dan anak. Lewat Yongbae, Seunghyun mengambil sampel DNA Alice, juga milik Jiyong yang terbukti sebagai ayahnya. Masalahnya- Alice lebih tua dari Lisa, bagaimana bisa seorang anak lebih tua dari ibunya sendiri? Karena hasil tidak masuk akal itu, Seunghyun mengecek ulang DNA-nya. Perlu tiga kali pengecekan, di tiga laboratorium berbeda, dua di Seoul dan satu di Texas, baru Seunghyun mempercayainya.

Sekarang, setelah tahu satu bab dari ceritanya- kalau Lisa juga Jiyong tanpa tahu bagaimana caranya melalukan perjalanan waktu- juga setelah ia tahu kalau Lisa adalah putrinya, pria itu membelikan Lisa sebuah rumah.

Ia suruh Lisa untuk keluar dari apartemennya, pindah ke sebuah rumah dua lantai yang sudah ia siapkan lengkap dengan halaman dan segala isinya. "Wah... Ayahku benar-benar kaya raya?" heran Lisa, masih terlalu canggung untuk bersikap selayaknya seorang anak. Seunghyun bahkan belum sempat bertemu dengan ibunya, bolehkah ia menerima rumah itu?- Lisa tidak bisa memutuskannya.

Tempat tinggalnya sekarang berada di sebuah kompleks perumahan kluster dengan lima unit di dalamnya. Keempat tetangganya juga orang-orang berada, generasi ketiga atau keempat dari keluarga konglomerat. "Aku hampir tidak berhasil mendapatkan rumah ini," kata Seunghyun, yang sekarang sudah lebih dari enam puluh tahun- meski tetap kelihatan tampan.

"Kenapa? Harganya mahal? Kau tidak sekaya yang Yongbae ceritakan, iya kan?" tanya Jiyong, tentu saja ikut melihat rumah barunya- hadiah dari ayah mertuanya.

"Ya! Lisa, aku tidak suka suamimu, bisakah kau menceraikannya saja? Aku tidak merestui kalian," kata Seunghyun. Masih berdiri di depan pekarangan rumahnya. Menunggu asisten Seunghyun datang membawakan kunci rumah itu.

Ini hari Sabtu. Mereka lebih dulu bertemu untuk sarapan bersama, sebelum memutuskan mendatangi rumah baru itu. "Sebagai ayahmu, aku tidak merestui kalian, dia menyebalkan sekali," gerutu Seunghyun, menunjuk-nunjuk Jiyong dengan tas tangannya. Kau terlihat seperti rentenir dengan tas tangan itu- begitu kata Jiyong tadi pagi, karenanya Seunghyun kesal sekarang.

"Sudah terlanjur, appa harusnya melarang kami lebih awal," kata Lisa, kemudian menutup mulutnya. "Oh! Barusan aku memanggilmu appa? Bagaimana? Kau menyukainya?" susulnya, sementara Jiyong hanya terkekeh. Tertawa geli melihat wajah Seunghyun yang sekarang memerah, tersipu hanya karena panggilan ayah yang baru saja Lisa katakan.

Mereka masih mengobrol, ketika secara kebetulan seorang perempuan menghampiri mereka. "Paman Seunghyun?" sapa gadis itu- Kwon Alice, yang tinggal di rumah depan. Seunghyun kesulitan mendapatkan rumah itu, sebab ia harus membujuk pemilik rumahnya untuk menjual properti itu padanya. Agar Lisa dan Jiyong, bisa tinggal dekat dengan putri mereka yang lebih tua.

Seunghyun bermaksud baik. Ia hanya tidak tahu kalau Alice tinggal bersama sepupunya. Ia juga tidak tahu kalau Lisa pernah berkencan dengan Eden. Jadi sekarang, selain membuat putri dan menantunya senang, Seunghyun juga membuat seseorang pria tersiksa.

"Whoa! Luar biasa!" seru Alice, ketika tahu kalau Lisa adalah putri pamannya. "Berarti sekarang namamu Lalisa Choi? Whoa... Bagaimana bisa kau menemukan ayahmu? Sulit di percaya," kata Alice, yang tadi meminta orang-orang itu untuk menunggu asisten Seunghyun di rumahnya. Mereka duduk di ruang tamu sekarang, dengan segelas kopi untuk masing-masing tamunya, sementara ia yang baru selesai lari pagi hanya menenggak air mineral. "Eden masih tidur sekarang, mau aku bangunkan? Dia pasti terkejut-"

"Tidak, jangan, biarkan dia tidur," potong Lisa, melirik Jiyong yang ada di sebelahnya.

"Ah... Tentu saja, salah satu dari mereka pasti cemburu," santai Alice. "Kalau begitu, Jiyong oppa juga akan tinggal di depan? Dengan Lisa? Kalian akan menikah?"

"Tidak boleh," celetuk Seunghyun.

"Kenapa? Lalu paman akan membiarkan mereka tinggal bersama tapi tidak menikah? Jangan begitu paman... Orangtuaku dulu juga begitu, tinggal bersama tapi tidak menikah. Lalu ibuku hamil dan semua orang panik. Untung saja putri mereka cantik sepertiku, jadi mereka tidak diusir dari rumah," cerita Alice, membuat Jiyong juga Lisa yang mendengarnya hanya bisa menahan diri mereka. Tidak boleh berkomentar. Tidak boleh ketahuan. "Kakekku bilang dia hampir memukuli putranya karena menghamili seorang perempuan sebelum menikah," susulnya, membongkar sebuah fakta yang tidak pernah Lisa dan Jiyong tahu.

"Tapi kenapa dia tidak memukulinya? Harusnya dipukul saja, bisa-bisanya dia menghamili anak orang lain sebelum menikahinya," tanya Seunghyun, juga tidak pernah mendengar cerita itu. Sembari membalas semua ejekan Jiyong pagi tadi. Seunghyun sudah cukup kesal karena Jiyong tidak menua, tapi laki-laki itu justru terus meledeknya.

"Oh? Asistenmu sudah datang hyung," kata Jiyong, menunjuk keluar jendela. Cepat-cepat mengakhiri pembicaraan yang membuatnya merasa luar biasa malu itu.

"Hyung? Oppa, dia calon mertuamu, panggil dia dengan sopan, iya kan paman? Tsk... Tsk... Anak-anak muda zaman sekarang sangat tidak sopan," komentar Alice, lantas menggandeng Seunghyun, memeluk lengan pria itu lalu mengantarnya keluar. Membiarkan Jiyong dan Lisa mengekor di belakangnya.

"Aku tidak tahan," bisik Lisa, melihat putri dan ayahnya yang kelihatan sangat akur itu.

"Kalau aku memukul kepala Seunghyun hyung, apa dia akan langsung mati?" tanya Jiyong, merasa dirinya jauh lebih kuat daripada seorang kakek ringkih yang jalannya perlu dibantu oleh cucunya sendiri- deskripsi itu hanya penilaian Jiyong.

"Aku baru bertemu ayahku, dan oppa sudah mau membunuhnya?" balas Lisa, tetap berbisik.

***
Udah ah mau mikirin cerita baru ehehe

AshesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang