Malam telah datang menghampiri, lalu dirinya menyelimuti sebagian dari muka bumi termasuk taman di tengah kota Jakarta yang dikelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit khas kota metropolitan ini.
Terduduk seorang gadis di kursi kayu yang telah didesain sebagai tempat istirahat jika ada pengunjung taman ini sedang penat.
Sedari tadi dia sudah terduduk disana hanya di temani sebuah cahaya dari lampu yang pas berada di atas kepalanya dan tanpa ada kegiatan apapun. Dirinya hanya ingin merenung di dalam keheningan karena kadang keheningan bisa membuat kita bisa mengungkapkan kegundahan di dalam hati dan fikiran diri kita.
Gadis itu lalu bernafas dan mengeluarkan dengan kasar. "Huft kenapa jadinya kayak gini" batinnya dengan tatapan sendu sambil mengingat apa yang dia lalui dua hari kebelakang.
"Masa aku dikhianati, apa ini karma untuk masa lalu aku" gumamnya.
"tapi kenapa Atin ga jujur aja kalok dia juga suka sama Aldo" lanjutan gumamnya.
"Kemarin bilangnya nganggep Aldo kakak" ucapnya lalu mengusap wajahnya agak kasar.
Apakah itu Marsha? ya itu adalah Marsha, ia yang sedang menyendiri di taman ini. Dia masih memikirkan atas apa yang dirinya lihat di rumah sakit tadi kemarin.
Kemarin dia tak menjadi menjenguk Kathrina bukan karena ada kepentingan keluarga seperti yang dirinya bilang ke Indah tetapi alasan benarnya adalah karena kepentingan hati yang tak tahan melihat pemandangan Kathrina yang berpelukan dengan sang idaman hati Aldo.
Padahal satu hari sebelumnya mood-nya sangat bagus karena dirinya mulai semakin dekat dengan Aldo sebagai seseorang yang dirinya suka bukan sebagai seorang sahabat, tetapi dengan sekejap keadaan malah mencekam dan membuat mood-nya sangat buruk seperti saat ini.
"Kayaknya aku harus mundur" ucapnya kepada diri sendiri sambil melihat ke depan dengan pandangan yang sangat lemah.
"Mundur ngapain" ucap seseorang dari belakang punggungnya.
Marsha yang mendengar ucapan orang itu sontak kaget dan langsung menoleh kebelakang dimana sudah terpampang seseorang cowok tampan, tinggi juga putih dengan kedua tangannya yang masuk ke masing-masing kantong saku celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go and Go Again
RomanceMenceritakan seorang laki-laki bernama Revaldo Xavier pria mandiri, pintar dan tampan yang bersikap dingin. Dia tinggal sendirian sebatang kara karena terpisah dari orang tuanya sejak usia dini karena suatu tragedi. FIKSI FIKSI