Menceritakan seorang laki-laki bernama Revaldo Xavier pria mandiri, pintar dan tampan yang bersikap dingin. Dia tinggal sendirian sebatang kara karena terpisah dari orang tuanya sejak usia dini karena suatu tragedi.
FIKSI FIKSI
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiga bulan telah berlalu—Orang-orang terdekat Aldo mulai mengikhlaskan kepergian Aldo menghadap sang ilahi rabbi untuk terlebih dahulu. Mereka juga sudah mulai terbiasa dengan tiadanya Aldo di kisah hidup mereka sekarang dan seterusnya, semuanya juga mulai fokus dengan tujuan mereka masing-masing saat ini.
Disisi keluarga Mahendra, mereka semua sekarang sedang menyibukkan diri masing-masing. Mahendra sendiri yang masih saja menyelidiki tentang Aldo sedari dulu, sekarang sudah menghentikan penyelidikannya sebab tak kunjung mendapatkan cahaya titik terang katanya.
Sedangkan Shani, sekarang dirinya banyak waktunya untuk merawat Eca—anak bungsunya itu karena di umur sekarang anaknya itu sedang aktif-aktifnya. Wanita sempurna itu juga menyempatkan dirinya untuk merawat bisnis fashion keluarganya yang sudah lama dirinya titipkan untuk di urus oleh saudaranya sebab dirinya yang sibuk merawat anak bungsunya dulu.
Lalu untuk Angel, dirinya sekarang sudah masuk kelas 12 di jenjang sekolah menengah atas. Disela-sela dirinya berpendidikan, dirinya juga masih mengelola Restoran warisan dari Shani—ibundanya itu.
Sementara untuk Zean, saat ini dirinya sedang diberi pembelajaran oleh Mahendra. Anak laki-laki itu sedang diasingkan ke luar Jakarta bersama dengan Rhea—wanita yang dirinya hamili itu, tidak tahu sampai kapan hanya Mahendra yang tahu, sedangkan Shani hanya mengikuti tanpa protes kepada suaminya sebab dirinya juga setuju akan hal itu.
Lalu bagaimana dengan perjodohan Zean? Perjodohan Zean dan Marsha sudah kandas semenjak Surya mengetahui kelakuan bejat Zean. Lebih parahnya hubungan Surya dan Mahendra sebagai seorang teman juga kandas, masalah anak-anak mereka berdampak pada pertemanan yang sudah dijalin dua pria paruh baya itu sejak dahulu kala.
Marsha, semenjak perjodohannya resmi dibatalkan dan tidak akan pernah dilanjutkan. Dirinya pergi menuju ke negeri sakura jepang untuk melanjutkan pendidikan atasnya mengikuti jejak Kathrin—sahabat kecilnya disana.
Jika dibilang mendadak Marsha pergi kesana jawabannya adalah tidak karena..
"Sayang, kamu beneran kuliah di jepang?" tanya Marsha yang kepalanya sedang bersandar di dada bidang Aldo.
"Iyalah, ngapain aku bohong. Disana kan sekalian aku kerja." jawab Aldo dengan santai.
Marsha mendongakan kepalanya menatap Aldo sendu."Kalok aku kangen kamu gimana?"
"Kan bisa video call sha, apa susahnya?" jawab Aldo masih santai.
Marsha reflek mencubit perut Aldo hingga sang empu meringis."Ihh kamu mah, beda tau rasanya—" ucapnya kesal. "Ketemu langsung sama cuman saling tatapan di handphone." lanjutnya.
Aldo terkekeh dan menggaruk kepalanya yang tak gatal."Terus kamu maunya gimana? Mau aku tetep disini gitu?"
"Ya—engga gitu, tapi aku dulu pernah punya keinginan kuliah di Jepang. Sampai sekarang sih tapi—"