Menceritakan seorang laki-laki bernama Revaldo Xavier pria mandiri, pintar dan tampan yang bersikap dingin. Dia tinggal sendirian sebatang kara karena terpisah dari orang tuanya sejak usia dini karena suatu tragedi.
FIKSI FIKSI
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malamnya—Kathrina dan Angel sedang berjalan menyusuri beberapa ruangan Ciputra Hospital Jakarta sambil mengedarkan pandangannya mencari ruangan yang mereka berdua cari.
Setelah mendapat kabar meninggalnya Aldo, mereka berdua serta seluruh keluarganya ikut bertolak menuju Jakarta bersama Mahendra dengan memakai private jett kepunyaan perusahaan Utomo Group. Utomo dan istrinya yang memang mendapat kabar Aldo terakhir itu langsung sedih, sosok pemuda tampan pekerja keras yang mereka temui sejak lama itu sekarang sudah meninggalkan mereka terlebih dahulu.
Sesampainya di Jakarta keluarga Utomo semuanya berpencar, mereka semua saat ini sedang berbagi tugas.
Mahendra berangkat pergi menuju ke kantor maskapai pesawat yang jatuh sebagai perwakilan keluarga Aldo untuk mengindentifikasi apakah Aldo adalah salah satu korban dari tragedi itu atau tidak walaupun Reksa sudah menginformasikan padanya bahwa Aldo adalah salah satu korban tetapi dirinya masih belum terima dan harus bertanya langsung kepada pihak yang menangani hal itu.
Disisi lain Kiyandra dan Renandra beserta keluarganya sedang berada di rumah Mahendra bersama Bu Mega, Irwan dan beberapa ART dirumah itu. Mereka ditugaskan untuk bersiap-siap mengadakan acara doa bersama untuk mendiang Aldo yang akan keluarga Utomo laksanakan setelah mendapat informasi valid dari Mahendra malam nanti.
Mereka semua menunjukan effort lebih untuk seorang Aldo, bagaimana tidak pemuda tampan yang telah meninggalkan mereka selama-lamanya itu adalah sosok orang yang sangat spesial dimata mereka semua. Sebab itu semua hal yang sangkut pautnya dengan mendiang Aldo akan mereka ambil alih dan mereka yang akan melakukannya.
Sedangkan Shani sedang berada di Rumah Sakit. Sesampainya di Jakarta tadi sore, dirinya mendapat kabar bahwa Marsha—calon menantunya jatuh sakit secara tiba-tiba. Hal itu membuat dirinya harus langsung pergi mengecek keadaan Marsha takut terjadi apa-apa.
"Gimana keadaan Marsha nin?" Tanyanya kepada Anin yang sedang tertunduk lesu di sofa ruangan rawat Marsha—anak sulungnya.
"Alhamdulillah baik-baik aja kok kata dokter shan, Marsha cuman kecapean dan penyakit maag-nya lagi kambuh karena pasokan makanan yang masuk ke dalam minim." jawabnya sambil tersenyum yang dibuat-buat. "Dia mogok makan soalnya sedari malam, udah tau perutnya gak bisa diajak kompromi." lanjutnya.
"Kok bisa mogok gitu?"
"Emm—ini dia lagi ga nafsu aja makan." jawab Anin, dirinya juga ikut merahasiakan hubungan Marsha dengan Aldo sebab itu adalah permintaan langsung dari Aldo juga.
Shani menatap Anin dengan seksama. "You are fine right?" tanyanya dan dibalas Anin dengan mengangguk.
"Aku baik-baik kok." jawab Anin dengan senyuman seperti biasa saja padahal pada faktanya dirinya saat ini sedang kacau balau, Marsha yang tiba-tiba sakit dan belum siuman hingga saat ini ditambah Pemuda tampan nan baik Aldo—calon mantu idamannya meninggal dunia dengan jasad yang terkubur di dasar laut.