Menceritakan seorang laki-laki bernama Revaldo Xavier pria mandiri, pintar dan tampan yang bersikap dingin. Dia tinggal sendirian sebatang kara karena terpisah dari orang tuanya sejak usia dini karena suatu tragedi.
FIKSI FIKSI
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marsha dan Zean sudah sedari tadi berada di Grand Indonesia, mereka berdua hari ini sedang mencari cincin untuk pertunangan mereka yang akan dilaksanakan kurang dari sebulan lagi.
Ya, Zean lah tadi yang ditunggu oleh Marsha dirumahnya atas perintah sang ayahanda. Tetapi sedari di Mobil hingga sampai sekarang Marsha diam tak mengeluarkan banyak kata, dirinya hanya bersuara disaat tertentu saja tetapi benar-benar tidak banyak.
Saking diamnya Marsha, dalam memilih cincin pertunangan saja tadi Zean—calon suaminya lah yang memilih karena Marsha yang menyerahkan semua hal itu pada Zean. I don't care about that at all Marsha tak peduli sama sekali, mengikuti Zean saat ini saja dirinya sudah terpaksa dan membuat badmood apalagi disuruh memilih cincin untuk pertunangan yang dirinya tak pernah inginkan ini.
"Makan yuk aku lapar?"
tanya Zean kepada Marsha yang sudah sangat badmood saat ini.
Tanpa menjawab pertanyaan Zean, Marsha berjalan ke arah sebuah restoran jepang yang juga berada di lantai tiga mall itu meninggalkan Zean dibelakangnya.
"Cih, sok cuek ini cewek. Awas aja lu nanti" gumam Zean tersenyum smirk, lalu berlari mengejar calon istrinya itu yang telah jauh meninggalkan dirinya.
Marsha dan Zean berjalan dengan santai. Zean terlihat sedang sangat senang sedangkan Marsha, diring mengeluarkan tatapan yang sangat menjengkelkan karena dirinya mengeluarkan tatapan tajam seperti ingin menerkam orang-orang. "Papi ngapain jodohin gue sama orang yang gue gak suka ini sih" batinnya kesal.
"Marsha."
Panggil seseorang dengan nyaring, Marsha mendengarnya reflek memutar badannya menoleh ke arah sumber suara yang berada di arah lain tepatnya dari arah eskalator berada. Kaget rasanya melihat orang yang memanggil dirinya itu. "Kak Daniel." gumamnya dengan mata yang melebar sempurna.
Marsha menatap bingung kedatangan Daniel, tetapi seperkian tatapannya berubah menjadi panik melihat seseorang dibelakang badan Daniel. "Aldo."
Aldo berjalan dengan santai dibelakang Daniel dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Marah, dingin, santai dan sedih menjadi satu dalam tatapan itu. Tatapan itu membuat seorang semakin panik, bagaimana caranya dirinya menjelaskan hal ini kepada orang berstatus pacarnya itu.
"Maksud lu ini apa sha, hah? bisa-bisanya lu jalan berduaan sama Zean di belakang Aldo, hah?" ucap Daniel dengan tatapan kesalnya.
"Kak Daniel, ini engga seper— eh.." ucap Marsha tapi tak terselesaikan sebab dirinya ditarik oleh Zean ke belakang badannya seperti pahlawan yang siap melindungi Marsha tetapi kesiangan.
"Udah sha, mending aku aja yang ngehadepin ini orang." ucap Zean dengan percaya dirinya.
Marsha menghempaskan tangan Zean yang memegangnya sedari tadi. "Apasih lu, gausah ikut-ikut deh."