Part 81 : Perasaan Apa Ini?

910 162 8
                                    

Aldo menatap dinding kaca yang mengitari satu dari sepertiga ruangan kerjanya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aldo menatap dinding kaca yang mengitari satu dari sepertiga ruangan kerjanya itu. Indera penglihatannya menatap suasana di balik kaca bening itu, terlihat dengan jelas dari atas lalu lintas kota Metropolitan ini cukup padat walaupun hujan sedang mengguyur dengan sedikit besar.

Mata Aldo memang menatap kemacetan itu, tetapi fikirannya sedang berlabuh kepada suatu hal yang selama ini sempat hilang namun sebulan kebelakang kembali berkecamuk di dalam otak dan hatinya.

Marsha..

Ya, semenjak kembalinya wanita itu ke hadapannya waktu itu, keadaan hati Aldo seperti berguncang mendadak. Ada rasa beda,

Ada rasa beda dengan yang sebelum-sebelumnya saat bertemu Marsha sepulang dari Swiss waktu itu. Biasanya ia hanya tenang dan santai, tapi sebulan ini tidak seperti itu adanya. Dadanya berdebar kencang, sering gugup saat ia tak sengaja menatap mata indah Marsha saat ia sedang mengunjungi wanita itu dan keluarganya di apartemen.

Berbicara tentang Marsha dan keluarganya, sudah hampir dua bulan lamanya mereka pindah dari Jepang dan kembali ke Indonesia. Mereka sudah hidup di apartemen milik Aldo, dalam jangka waktu itu tidak ada hal-hal buruk yang menimpa mereka semua.

Anin keadaannya dalam sebelum belakang semakin membaik, terapi yang direkomendasikan oleh Shani benar-benar membuat wanita paruh baya itu kesehatannya meningkat cukup jauh. Banyak peningkatan yang bisa dilihat, dari badannya yang sudah mulai bisa digerakan, kemudian bibirnya yang sudah seperti semula. Dokter berkata jika Anin bisa saja akan sehat seperti semula tanpa cacat dalam waktu yang dekat, yang terpenting wanita itu jauh dari kata stress seperti halnya yang terjadi di Jepang waktu itu.

Erlan sekarang kembali bersekolah dengan riang.

Marsha sendiri, ia sedang mentuntaskan kuliahnya yang sudah di ujung akhir. Di sela-sela itu juga, di pagi hari ia akan berangkat bekerja di sebuah toko bunga dekat apartemen punya teman Maminya dan Shani. Ia mendapat pekerjaan itu setelah memohon kepada Shani agar diberikan sebuah pekerjaan, jujur saja dalam lubuk hatinya ia merasa tidak enak jika akan terus-terusan bergantung pada keluarga Aldo. Cukup perawatan Anin dan biaya sekolah Erlan saja yang di danai keluarga super kaya raya itu, selebihnya biar menjadi urusan Marsha. 

Marsha Lenathea Surya...

Ya, nama lengkap wanita yang membuat Aldo sekarang cukup bingung. Lebih tepatnya, bingung dengan perasaan seperti apa yang berada di dalam hatinya,

"Ya tuhan! What's happening to me!" Gumam Aldo mengacak rambutnya frustasi.

Perasaan apa ini? Apa dia sedang jatuh cinta?

Fikirannya tentang Marsha seketika lenyap, ponselnya yang berada di atas meja kerjanya berdering. Terlihat dari layar ponsel Bundanya—Shani sedang melakukan panggilan padanya.

"Hallo, Bun."

"Ada dimana, Bang?" tanya Shani dari sebrang, Aldo juga bisa mendengar bahwa Bundanya itu sedang berada di dapur.

Go and Go AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang