Part 76 : Bunga Terakhir

606 166 17
                                    

Shani keluar dari dalam dapur menuju gazebo belakang rumah membawa teh jahe untuk Mahendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shani keluar dari dalam dapur menuju gazebo belakang rumah membawa teh jahe untuk Mahendra. Tadi, Mahendra—suaminya kambuh penyakit Asam Lambungnya, setelah memberikan obat kepada laki-laki itu, Shani beranjak membuat minuman hangat untuk mengurangi produksi asam lambung keberlanjutan.

"Minum ini dulu, Mas. Biar perutnya enakan."

Mahendra yang sedikit lemas itu meminum teh yang dibawa Shani tadi.

Mahendra tersenyum, "Makasih, Sayang."

Shani tersenyum sembari menerima cangkir teh dari tangan Mahendra setelah pria itu meminumnya.

"Ini asam lambung kamu naik pasti gara-gara minum kopi tadi pagi." ujar Shani biasa saja, tetapi di telinga Mahendra itu sedikit menakutkan.

"Kayaknya iya deh." jawab Mahendra.

Shani hanya menghela nafasnya sembari menggelengkan kepalanya. "Nanti aku beliin kopi khusus aja deh kamu."

"Kalok disuruh berhenti minum kopi, pasti berat banget buat berhenti." sambungnya.

Mahendra merasa badannya mulai enakan, laki-laki itu duduk tegap menatap Shani yang menatap ponsel pribadinya.

"Lagi ngapain sih?" Mahendra menyenderkan kepalanya di bahu istrinya.

"Eumm—ini, disuruh ngecheck bahan buat produk baru di pabrik." ujar Shani, "Padahal udah aku bilang. Aku udah serahin semuanya masalah bahan ke orang pabrik, tapi Mas Thohir gak mau kalok gak langsung di check aku."

Mahendra tersenyum mengelus pucuk kepala Shani, "Yaudah gasih, gausah dibuat repot. Mas Thohir gitu juga, karena pengen double check aja kepada ibu Shareholder Natio's yang mengerti masalah perkainan ini"

Mas Thohir—sepupu dekat Shani, CEO baru Natio's—Brand Fashion milik keluarga besar Shani. Wanita setengah baya itu sekarang melepaskan diri dari jabatan tertinggi di perusahaan keluarganya itu, sekarang Shani hanya ingin menikmati hidup sambil merawat dengan sebaik mungkin keluarga kecilnya.

"Padahal aku cuman pemegang saham sekarang, tapi kenapa aku harus ikut turun check kualitas produksi," kesal Shani.

Mahendra tertawa kecil melihat Shani mengerucutkan bibirnya, tangannya terangkat merangkul erat pinggang ramping Istri sempurnanya itu.

"Nanti minta gaji ke Mas Thohir aja." ujarnya, sekarang giliran Shani yang menyenderkan kepalanya, "Mending sekarang kita ke kamar, bikin adek buat Eca."

Shani beranjak menatap Mahendra sinis, "Inget! udah tua."

"Masih bisa, Sayang. Ayo deh!" Mahendra tertawa dengan wajah tanpa dosa.

Shani menatap tajam Mahendra yang sedang bersiap menggendong tubuhnya menuju ke kamar tidur.

"Jangan mendekat, Mas."

Go and Go AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang