Part 1 : Sedih

2.7K 185 0
                                        


Pada suatu Rabu pagi yang cerah dan sejuk ketika semua orang senang untuk memulai aktivitas masing - masing terdapat seorang pria tampan berdiri di depan pintu kosan sambil melamun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada suatu Rabu pagi yang cerah dan sejuk ketika semua orang senang untuk memulai aktivitas masing - masing terdapat seorang pria tampan berdiri di depan pintu kosan sambil melamun.

Pada suatu Rabu pagi yang cerah dan sejuk ketika semua orang senang untuk memulai aktivitas masing - masing terdapat seorang pria tampan berdiri di depan pintu kosan sambil melamun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nek doain aldo bisa kuat menghadapi hidup ini ya nek"  batinnya.

Pria itu adalah Revaldo Xavier atau yang biasa dipanggil Aldo. Pria muda yang meratapi hidupnya dan tidak tahu apa yang akan terjadi besok kepada kehidupannya. Dia sudah tidak memiliki siapa - siapa lagi di dunia ini.

Sebenarnya setelah neneknya pergi, Aldo yang saat itu duduk di bangku menengah pertama pindah ke Malang dan diasuh oleh putri neneknya yang kerap ia panggil Bukde Melati. tetapi Ia meninggalkan Malang semasa awal SMA dan kembali ke Jakarta untuk hidup mandiri.

Aldo merasa menjadi beban bagi Bukdenya, apalagi setelah kepergian pamannya yang dipanggil terlebih dahulu oleh Yang Maha Kuasa, ia merasa tak ingin lagi menjadi beban bagi Bukdenya karena dia juga punya kewajiban sendiri untuk menafkahi 2 anak kandungnya, Tetapi disisi Bukde Melati ia tidak pernah berfikiran seperti yang difikirkan oleh Aldo karena ia sudah menganggap Aldo sebagai adiknya.

Karena dorongan tersebut, ia kembali ke Jakarta dengan membawa uang hasil kerja paruh waktunya dan hasil beberapa kejuaraan futsal serta perlombaan bidang akademik yang ia menangkan saat berada di Malang. 

Jika dihitung - hitung uangnya hanya dapat digunakan untuk pembayaran kost dua bulan ke depan. Oleh karena itu, Aldo harus mencari pekerjaan paruh waktu sepulang sekolah agar bisa bertahan hidup.

"Woy!, pagi pagi ngelamun bae lu bocah". ucap seseorang berteriak dari seberang kost.

"Woy bocah!" lanjutnya orang itu.

Dengan segera Aldo langsung buyar dari lamunannya.

"Heh, hehehee biasa bang lagi meratapi hidup". Setelah kaget dengan nada keras tetangganya yang sering dia panggil Bang Irwan, Aldo membalasnya sambil nyengir.

"Yailah, santai bae bro. Jalanin aja ini hidup, bukan malah melamun. Ngelamun gak dapet apa - apa". Ucap tetangga Aldo itu

"Hehe iyasih bang"

Go and Go AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang