TOKYO DOME—Hari ini adalah hari dimana Marsha beserta timnya akan menggelar pameran di salah satu Art Exhibition terkenal di area tertutup terbesar di pusat kota Tokyo Jepang.
Sedari awal hall itu dibuka, banyak sekali pengunjung yang mampir dan melihat secara detail pameran yang dibuat oleh Marsha dan teman-teman kampusnya itu. Hingga beberapa dari pamerannya sudah siap diboyong oleh orang lain, artinya akan dibeli.
Marsha sedang berdiri di luar ruangan, gadis itu menengok ke arah kanan dan kiri seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.
"Mana sih Aldo, kok belum dateng-dateng." gumamnya menatap orang berlalu lalang, Pemuda tampan juga sahabatnya itu berjanji padanya akan datang secepatnya kemudian menemani dirinya hingga Exhibition itu selesai.
"Kakak!"
Suara yang Marsha sangat kenal, Marsha menoleh ke arah suara datang tadi dan terlihat Papi, Mami dan Adiknya sedang berjalan menuju ke arah dirinya berdiri.
"Congrats ya sayang." Anin memeluk Marsha, ia bangga sekali sebagai seorang ibu karena anak sulungnya itu bisa berpartisipasi dalam salah satu Art Exhibition paling terkenal di Jepang.
Marsha tersenyum sambil membalas pelukan Anin, "Makasih mami sayang."
Setelahnya Surya dan Erlan juga menyalurkan rasa kebanggaannya pada Marsha. mereka kemudian duduk di sofa dalam ruangan sambil sedikit berbincang. Namun di tengah-tengah berbincang, Marsha masih saja seperti orang bingung selalu menatap ke arah pintu masuk ruangan pamerannya menunggu kedatangan Aldo.
"Kamu kenapa sih kak? kok kayak orang lagi bingung gitu?" tanya Erlan, sedari tadi ia melihat kakaknya itu bingung.
"Ah—e.. enggak, kakak gak lagi bingung kok." jawab Marsha kikuk.
Anin menyerngitkan alisnya, ia menelisik tatapan Marsha. "Lagi nunggu siapa kamu? kamu gak bisa bohongin mami ya." ucapnya duduk di dekat anak sulungnya itu.
Marsha tertawa kecil, ia lalu melirik papinya sebentar lalu menatap Anin. "Nunggu Aldo." ucapnya tanpa bersuara, hanya dengan mimik bibir.
Anin kaget, "Aldo disini?" bisik Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go and Go Again
RomanceMenceritakan seorang laki-laki bernama Revaldo Xavier pria mandiri, pintar dan tampan yang bersikap dingin. Dia tinggal sendirian sebatang kara karena terpisah dari orang tuanya sejak usia dini karena suatu tragedi. FIKSI FIKSI