Menceritakan seorang laki-laki bernama Revaldo Xavier pria mandiri, pintar dan tampan yang bersikap dingin. Dia tinggal sendirian sebatang kara karena terpisah dari orang tuanya sejak usia dini karena suatu tragedi.
FIKSI FIKSI
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marsha membuka matanya secara pelan-pelan, penglihatannya terasa buram namun hanya sekejap sebab setelahnya dirinya langsung bisa memandang langit-langit ruangan dengan jelas.
"Aws—sakit kepalaku" ucapnya sambil memegang bagian samping kepalanya.
Dirinya lalu mengadarkan pandangannya ke arah jendela ruang rawatnya sambil bergumam. "Aku dimana?"
"Kamu di Rumah Sakit sha."
Marsha mendengar itu sontak kaget sambil membuka matanya lebar-lebar, suara seseorang yang membuat dirinya seperti ini sekarang itu terdengar jelas di indera pendengarannya saat ini.
Dirinya lalu berbalik menatap ke arah lawan pandangannya tadi dengan rasa dada yang sedang memompa nafas sangat cepat. Dirinya makin membuka lebar matanya dengan badan yang sudah mematung tidak percaya."Aldo." lirihnya
"Hai sayang, udah siuman ya."
Ucap Aldo sambil tersenyum manis lalu dirinya mendekat ke arah ranjang Marsha untuk mencium kening sang empu.
Mereka saling bertatapan beberapa detik sebelum Marsha tersadar lalu mencubit lengan Aldo dengan tatapan yang sudah siap menangis.
"Aws.. aws—sakit banget sha. aws" ringis Aldo sambil melepas tangan Marsha yang masih setia mencubit lengannya itu.
Sedangkan Marsha saat ini sudah menatap tajam keberadaan Aldo dengan kelopak matanya yang sudah mengantungkan banyak air mata dan siap untuk terjun menuju ke arah dua pipi chubby-nya itu.
Aldo tersenyum melihat itu, dirinya lalu memencet sebuah tombol yang berada di pinggir ranjang Marsha agar bagian atas ranjang itu naik dengan otomatis hingga orang yang berada di atasnya terduduk dengan sendirinya.
Merasa Marsha sudah terduduk dengan nyaman, Aldo lalu membawa Marsha kedalam dekapannya yang terasa sangat nyaman menurut Marsha. Di dalam dekapan itu Marsha menangis sejadi-jadinya karena mengingat semua hal yang terjadi pada darinya sedari semalam hingga siang tadi sebelum akhirnya dirinya tidak sadarkan diri.
"Lanjutin nangisnya gausah ditahan-tahan, I get what you mean."ucap Aldo sambil tangannya mengelus pucuk kepala Marsha dan menciumnya sesekali.
Setelah beberapa menit. Tangis Marsha sudah mereda, Aldo melihat itu lalu melepas dekapannya untuk memberi ruang ketenangan untuk Marsha.
"Maafin aku buat kamu kayak gini." ucap Aldo sambil tersenyum sedih. "Aku gak bermaksud sampai buat kamu masuk rumah sakit sayang." lanjutnya sambil tangannya mengelus pipi basah Marsha.
Sayang? Dia lupa udah mutusin gue tadi malem?
Marsha menatap tajam tepat di wajah Aldo. "Apa maksud kamu mutusin aku semalam, hah?." ucap Marsha dengan nada kesal.
Aldo tersenyum kecut dirinya lalu menundukan kepalanya agar berani berbicara. "Aku cuman mau kamu bahagia sha," ucapnya pelan.
"Tapi bahagia aku tuh di kamu Aldo." jawab dengan perasaan kesal seorang Marsha.