Menceritakan seorang laki-laki bernama Revaldo Xavier pria mandiri, pintar dan tampan yang bersikap dingin. Dia tinggal sendirian sebatang kara karena terpisah dari orang tuanya sejak usia dini karena suatu tragedi.
FIKSI FIKSI
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Marsha baru saja merebahkan badannya, dirinya lalu menghela nafas lelah. "Huft-capek banget jalan-jalan. Tapi seru sih, lebih seru lagi kalok Aldo tadi ikut." gumamnya sambil tersenyum.
Marsha baru saja tiba di Vila, dirinya sedari tadi siang jalan-jalan bersama dengan keluarganya serta keluarga Zean. Marsha sebenarnya risih dengan Zean yang selalu dekat-dekat dirinya tetapi untung disana ada Angel yang selalu bersama dirinya.
Ting!
Suara notifikasi pesan masuk membuat indera penglihatannya yang sedari tadi menatap langit-langit kamar berubah menatap handphone-nya dengan senyuman yang mengembang melihat siapa yang mengirimkannya pesan, siapalagi kalau bukan Aldo.
Di dalam hatinya, Marsha berfikir Aldo ingin memberi kabar kepada dirinya bahwa sang empu telah sampai di Jakarta, tetapi hal itu salah 360 derajat.
Marsha membuka room chatnya dengan Aldo berlapiskan wajah tersenyum. Namun, senyuman yang mengembang sedari tadi seketika berubah menjadi rasa kaget dan sedih dengan dada yang terasa sesak tidak karuan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aldo memutuskan hubungan dengan dirinya secara tiba-tiba. Marsha menangis kejer dengan keadaan dada yang sangat sesak melihat itu, rasa semangat yang dirinya tampakan seketika berubah menjadi sebuah tangisan kehilangan.
Gadis itu lalu berinisiatif untuk menelfon Aldo-mantan kekasihnya sekarang itu tetapi nihil, pemuda tampan itu telah memblokir seluruh ruang komunikasi untuk dirinya bisa menghubungi Aldo.
Setelahnya, dirinya semakin menangis kejer sambil memeluk gulingnya dengan erat hingga pada waktunya Marsha membuka pintu kamarnya dan Anin-maminya itu masuk kedalamnya.
"Besok sampai di Jakarta kamu samperin Aldo, ajak dia ngomong baik-baik ya." memberikan nasehat anin dengan nada yang super lembut agar anak sulungnya itu tidak terprovokasi.
Ketakutan yang menghantui dirinya, hari ini benar-benar terjadi. Aldo lari dari kehidupannya dengan sekejap mata tanpa pamit secara jelas kepada dirinya.