Gaya Bahasa Teenlit

14.9K 624 40
                                        

Kelas teori kepenulisan pertama hari ini adalah GAYA BAHASA. Menyesuaikan tema bulan ini, yaitu teenlit, jadi hari ini MinWar akan membahas tentang gaya bahasa teenlit.

Memberdeul pastinya sudah nggak asing lagi dong, sama genre teenlit? Tapi apa sih, teenlit itu? Yang kayak gimana? Gaya bahasanya gimana?

Nanti kita bakal bahas itu bareng-bareng.
Dan untuk memulai kelas hari ini, Orionara akan memberikan beberapa teori mengenai genre teenlit itu sendiri.

Apa sih teenlit itu?
Teenlit merupakan singkatan dari Teen Literature. Kata teen diambil dari teenager yang artinya adalah remaja, sementara literature dapat kita artikan sebagai bacaan. Jadi singkatnya, teenlit dapat kita artikan sebagai bacaan untuk remaja dengan kisah yang menceritakan kehidupan remaja.

Meski begitu, seperti yang kita tahu, teenlit tidak hanya dibaca oleh para remaja, namun memang utamanya pangsa pasar untuk teenlit ini adalah remaja. Sementara untuk remaja sendiri bisa dikategorikan sebagai mereka yang berusia antara 13-19 tahun, yang merupakan murid-murid SMP-SMA dan awal kuliah.

Karena itulah, kisah yang diangkat di dalam teenlit, adalah kisah-kisah para remaja dalam rentang usia tersebut.

Lalu, cerita seperti apa yang masuk dalam genre teenlit?
Cerita yang masuk dalam genre teenlit, tentunya cerita yang mengangkat berbagai macam kisah remaja. Mengingat pangsa pasarnya yang adalah remaja, teenlit ini tentunya merupakan bacaan yang ringan namun tetap memiliki nilai yang berbobot.

Seperti apa saja contohnya?
Simple saja, kita semua pasti pernah mengalami masa remaja, kan? Dan saat itu, kita juga sudah punya masalah sendiri. Dari masalah sekolah, PR, sahabat, keluarga, impian bahkan mungkin pacar.
Kisah-kisah seperti itulah yang biasanya dingkat dalam teenlit. Apa saja yang berhubungan dengan kehidupan remaja.

Kalau gaya bahasa teenlit itu bagaimana?
Nah, itu yang akan kita bahas di sini, gaya bahasa teenlit.

Seperti yang kita tahu salah satu ciri khasnya teenlit adalah gaya bahasanya yang ringan, nggak berbelit-belit dan langsung mudah dipahami pembaca. Dan kebanyakan juga terkesan tidak baku alias bahasa sehari-hari. Tapi ada juga, author novel teenlit yang menggunakan bahasa baku.

Karena memang, author teenlit ini tidak selalu harus berusia remaja, melainkan juga ada yang sudah dewasa. Dan tentunya, cara pikir, gaya bahasa dan cara penyampaiannya juga sudah berbeda. Meski begitu, keduanya memiliki kesamaan, yaitu pangsa pasarnya, yang adalah para remaja.

Kembali pada gaya bahasa, tentu peran gaya bahasa ini sangat penting dalam sebuah novel teenlit. Dengan mengangkat kisah para remaja, dan target pembacanya adalah remaja, tentu lebih baik jika bisa menggunakan bahasa tidak baku, agar pembaca merasa lebih nyaman saat membacanya.

Namun untuk pembaca yang sudah memasuki akhir remaja atau dewasa, mungkin justru lebih nyaman jika membaca sebuah novel dengan gaya bahasa yang baku.

Ada beberapa macam penggunaan gaya bahasa dalam novel, diantaranya:

1. Menggunakan bahasa tidak baku untuk narasi dan percakapannya.
Contohnya:

(1)

Makin ke sini, makin gawat situasinya.
Mavin semakin enggak bisa paham dengan dirinya sendiri. Jelas-jelas usaha untuk mengajak Kimmy ngobrol, malah ditanggapi tak acuh oleh cewek itu. Tapi, justru itu yang membuat Mavin nyaris enggak bisa tidur apalagi tenang.
(LOVE STORM, Clara Canceriana dan Fei; Bentang Belia)

(2)

"Elo kata kamar gue ada tiang pemancar, nelepon aja harus masuk ke sini."
"Idih, suka-suka gue dong!" Mandy bangkit dari duduknya. Dia bergerak ke samping pintu, melirik Mavin sebelum benar-benar keluar dari sana. "Inget, ada karma yang berlaku,loh. Jadi sebelum nyesel, lebih baik bertindak cepet!"
(LOVE STORM, Clara Canceriana dan Fei; Bentang Belia)

Seperti yang kita lihat dari contoh di atas, penulis menggunakan bahasa tidak baku untuk narasi dan percakapannya.
Dari sudut pandang remaja, bahasa seperti ini kemungkinan akan terasa lebih nyaman karena terasa begitu akrab dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Beberapa kata tidak baku yang digunakan dalam narasinya adalah:
-Makin-Semakin
-Enggak-Tidak
-Ngobrol-Bicara
-Cewek-Gadis
-Nyaris-Hampir
-Malah-Justru

Dan kata tidak baku yang digunakan dalam percakapannya adalah:
-Aja-Saja
-Inget-Ingat
-Nyesel-Menyesal
-Cepet-Cepat

2. Menggunakan bahasa tidak baku untuk percakapan, tapi bahasa baku untuk narasi.
Contohnya:

"Oke, gue kira udah waktunya anak baik belajar. Good nite!" Rega berjalan ke pintu disusul tawa ringan Azka. Seperginya Rega, Azka menuju meja belajarnya. Seperti biasa menuntaskan tugas sekolahnya.
Mata Azka yang semula fokus pada deretan angka di buku fisika tiba-tiba beralih pada botol di atas meja. Lama ia menatap ke sana. Tangannya kemudian terjulur untuk mengambil botol itu. Sesuatu yang sulit dipercaya jika ia berpendapat kalau botol itu magis. Azka sendiri tak percaya. Namun hal itu tak menyurutkan keinginannya untuk mengisi botol itu lagi.
(BOUTEILLE, Aiu Ahra; Penerbit Sheila)

Dari contoh di atas, kita bisa melihat penulis (ehehe, maaf ambil contoh dari novel sendiri) menggunakan bahasa tidak baku untuk percakapan. Bagian narasi konsisten dengan bahasa baku, sedangkan pada dialog tetap gaya ala remaja yang tidak baku.

3. Menggunakan bahasa baku untuk percakapan dan narasi.
Contohnya:

"Kau sakit, Joy?" tanyaku begitu aku duduk di sebelahnya. Sebelah tanganku otomatis langsung memegang dahinya. Joy menggeleng pelan. Ketika melihat wajahku yang khawatir, dia memaksakan diri untuk tersenyum.
"Tidak apa-apa, Kana, aku hanya sedang tidak bersemangat, itu saja," Joy menjelaskan, masih dengan suara yang amat pelan.
(KANA DI NEGERI KIWI, Rosemary Kesauly;Gramedia Pustaka Utama)

Berdasar contoh di atas, kita bisa melihat bahwa sebuah karya novel teenlit juga bisa ditulis dengan gaya bahasa baku. Meski mungkin gaya bahasa ini terasa kurang nyaman untuk pembaca remaja, namun untuk pembaca remaja akhir atau dewasa, gaya bahasa ini mungkin memang lebih nyaman untuk dibaca.

Beberapa contoh kata baku yang digunakan adalah:
Kau,Kamu, -elo
Tidak apa-apa -Nggak apa-apa
Aku hanya sedang tidak bersemangat -Aku cuma lagi enggak semangat
Saja -aja

Untuk narasi sudah kerasa kan bakunya tanpa dijabarkan hehe...

Terlepas dari gaya bahasa yang digunakan baku atau tidak, alangkah baiknya jika kisah teenlit itu disampaikan dengan cara yang ringan, namun tetap memiliki nilai-nilai yang bisa diambil sebagai pelajaran bagi pembacanya.

Nah, sedikit pengalamanku menulis teenlit selama ini. Sejujurnya, yang selalu jadi masalah utamaku sendiri adalah gaya bahasa. Novel perdanaku 'Autumn Sky' berisi kalimat baku, baik itu di narasi maupun dialognya. Sempat diceramahi editor juga (sampai sekarang juga).
Dulu aku merasa itu fine-fine aja, tetapi setelah sekarang kubaca ulang aku sadar betapa kakunya tulisan itu, nah aku sendiri juga masih belajar dalam hal gaya bahasa menulis. Solusi untuk problem kayak gini bisa kita selesaikan dengan sering baca novel teenlit dari penulis yang sudah senior. Pelajari gaya bahasa mereka lalu coba terapkan dalam novel kita. Insya Allah pasti berkembang tulisannya ^^

Tapi menurutku pribadi gaya bahasa teenlit itu nggak mesti yang gaul-dan kekinian, asalkan mudah dipahami saja sudah cukup, mau itu non-baku atau baku sekalipun. Karena sejatinya teenlit hadir sebagai wadah cerita ringan, tidak terlalu menguras pikiran dan asyik untuk jadi bacaan santai.


Refferesi :
https://nyanyianbahasa.wordpress.com/2009/09/13/gaya-bahasa-teenlit-pilihan-dan-pembentukan-kata/

http://rayrowling.blogspot.co.id/2012/07/teenlit-apa-itu-teenlit.html


Penulis : Orionara yooahra03

Editor : Starlite AllyParker8

Serba-Serbi KepenulisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang