Materi ini mungkin belum banyak dibahas di internet atau buku. BigSist sendiri mendapatkan sharing ilmu ini dari Om Saut Poltak Tambunan (profilnya bisa dilihat di bawah):
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Saut_Poltak_Tambunan
Apalah Arti Sebuah Nama?
.
Nggak semua penulis mementingkan nama dalam karakterisasi.
Bunga mawar akan tetap wangi meski diberi nama lain, kata Shakespeare.
Mungkin itu yang menjadi pegangan mereka.
Padahal, sebagai penulis, kita berbicara melalui SIMBOL. Segala hal dalam tulisan haruslah memiliki makna. Minimal ada keterkaitan dengan cerita.
Kenapa karakter San Chai begitu melekat pada penonton?
Namanya berarti rumput liar. Dan dia sering mengatakan, "Walau terinjak, aku akan berdiri tegak. Seperti rumput liar." Namanya juga menyuarakan karakternya sebagai mahasiswi miskin yang kuliah di antara mahasiswa-mahasiswa kaya.
Contoh nama yang tak seimbang dengan karakter, misalnya: seorang rampok yang hobi memperkosa korban, kadang membunuh korban dan memutilasinya, bernama MUHAMMAD.
Bisa dilihat kejanggalannya?
Atau putri keraton Jawa namanya Lady Millicent Osbourne.
Bisa dilihat kejanggalannya?Oya, sangat penting juga untuk riset di sekeliling. Data nama-nama barat yang mulai dikenal dan apakah nama tersebut sesuai dengan lidah orang yang hidup di daerah yang menjadi setting cerita.
Tambahan dari Mbak Asmitay Dessya:
1. Saya selalu turn off dengan karangan yg nama orangnya luar biasa panjang dan rempong. Kecuali Anda nulis cerita orang Thailand atau Afrika, ya. Tiga kata saja udah panjang buat saya. Apalagi kalau cuma disebut sekali. Lol. Sekali.
2. Saya sering geli-geli-ajijay dengan nama yg bule-jawa. Biasanya namanya jg jadi paaaanjang. Sementara dlm cerita jg gak jelas dia peranakan atau tdk. Di indonesia sendiri, yg namanya sering kebule2an itu biasanya orang palembang dan sumbar. Ini di luar konteks keagamaan, ya. Roby, Boy, Edward, Daniel, itu nama2 yg biasa saya temui di sumsel dan sumbar, terutama generasi yg lahir sebelum tahun 90an
3. Saya gak masalah dengan gelar raja2 yang panjang. Saya pernah bereksperimen dg hal seperti itu. Inget ya, gelar. Bukan nama pribadi.
4. Nama orang bisa saja simbolisme dr karakternya, atau kadang, faktor kemudahan utk diingat. Nama 'Sani' di Badai (karangan saya) gak punya arti apa2, sejauh saya telusuri di internet. Memang namanya saya comot dari orang dunia seni di indonesia. Saya suka aja dg nama itu. Ringkas dan gampang diingat. Bahkan dari semua karangan personal yg saya tulis, rasanya cuma 2 judul yg nama2nya sarat simbolisme
5. Kadang 'faktor kemudahan' itu lebih utk saya. Saya ga ingat nama2 di karangan2 saya. Jadi nama yg langsung berasosiasi dg artinya, kadang membantu. Misalnya 'vanida' itu nama thai yg kalo gak salah artinya cantik. Di Badai, tokoh satu2nya yg 'cantik' adalah vanida. Cantik dan rese. Namanya jg terkesan indonesia. Jadi gampang diingat krn karakter dan nama orang nyambung. Buat saya lho, gak tau apa orang lain gampang inget nama vanida atau gak.
6. Nama dengan 2 suku kata jauh lebih mudah diingat, menurut saya.
7. Dalam dunia kepengarangan bule, ada 'aturan' bahwa sebaiknya dalam 1 karangan nama2 orangnya tidak berakhiran sama. Konon sih biar yg baca gak bingung, apalagi kalau gendernya sama. Mungkin seperti Marrie dan Carrie. Saya rasa di indo gak terlalu berlaku karena kebanyakan nama orang indo berakhiran sama. Santi dan Wati. Andra dan Chandra. Yah, kalau ga penting2 amat, cari nama lain aja jika khawatir pembaca bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serba-Serbi Kepenulisan
SonstigesDikumpulkan dari diskusi Komunitas Novel Online Indonesia. Semua hal menyangkut kepenulisan.