Imbuhan di-, ke- dan Percakapan

7.6K 338 22
                                        

Pagi, semua ^_^ 

Kelas yang akan dibahas hari ini adalah penggunaan imbuhan di- dan ke- sebagai kata depan. Pengetikan yang rapi pada naskah itu mempengaruhi daya tarik cerita, lho. Pembaca yang kritis akan malas membaca cerita dengan pengetikan yang salah di sana-sini, typo di sana-sini. Nah, pembaca aja males, bagaimana dengan editor? Tuh, kan. Makanya yang namanya pengetikan yang baik dan benar itu penting! Nggak cuma alur cerita kita aja yang penting. :D 

Kata depan di- dan ke- ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Pada prinsipnya, penulisan di dan ke ada dua macam, yaitu sebagai awalan dan sebagai kata depan.

1. Penulisan di- sebagai kata depan harus ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Biasanya, di- sebagai kata depan merupakan penentu tempat dan merupakan jawaban dari pertanyaan, "Di mana?"
Misalnya: di rumah, di kantor, di jalan, di gudang, di pantai dan lain-lain.

2. Penulisan di- sebagai awalan harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: dibaca, diminum, diangkat, ditonton dan lain-lain.

3. Penulisan ke- sebagai kata depan harus ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Biasanya, ke- sebagai kata depan menyatakan arah atau tujuan, dan merupakan jawaban atas pertanyaan, "Ke mana?"
Misalnya, ke kantor, ke pasar, ke rumah teman, ke pesta dan lain-lain.

4. Penulisan ke- sebagai awalan harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: ketiga, ketua, kekasih, kemanusiaan dan lain-lain.

Nah, ada juga pedoman lain yang bisa digunakan untuk membedakan kata di- dan ke-, apakah berfungsi sebagai awalan ataukah kata depan.

1. Umumnya di- dan ke- ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, yang berarti sedang berfungsi sebagai kata depan, jika di- dan ke- tersebut dapat diganti dengan kata dari, dan terasa sangat lazim.

Misalnya:
di sini, ke sini ~ dari sini
di kantor, ke kantor ~ dari kantor
di pasar, ke pasar ~ dari pasar
di Jakarta, ke Jakarta ~ dari Jakarta

2. Ke- pada kata kemari, meskipun menunjukkan arah, harus ditulis serangkai karena ke- pada kata kemari tidak lazim diganti dengan kata di- dan dari.
kemari ~/~ di mari (tidak lazim), dari mari (tidak lazim)

3. Cara penulisan kata keluar, ada dua macam. Jika merupakan lawan kata dari masuk, maka ditulis serangkai. Jika sebagai lawan kata dari ke dalam, maka ditulis terpisah. Tergantung konteks kalimatnya.

Contoh:
Pak Fulan baru saja keluar kelas
Pak Fulan berangkat ke luar negeri.
Dia sudah keluar dari kantor tempatnya bekerja selama ini.
Dia memandang ke luar ruang.
Nah, itu dia, sedikit pedoman untuk membedakan penulisan di dan ke sebagai kata depan dan sebagai awalan.

Sumber : http://www.mondayflashfiction.com/2014/09/bagaimana-membedakan-di-dan-ke-sebagai.html

Lalu teori lain yang akan kita bahas adalah penggunaan tanda petik ("") dalam percakapan atau dialog. Ini beberapa contoh yang mimin Orionara dapatkan dari salah satu blog keceh.

1) Harus memakai huruf kapital pada huruf pertama di kata pertama.

Contoh:
• "Kamu mau kemana?"
• "Jangan begitu. Itu tidak baik."

2) Harus menggunakan koma untuk memisahkan kutipan langsung dan "siapa yang berbicara"

Contoh:
• Anjasmara berkata, "Siapa kamu? Berani-beraninya kamu menatapku seperti itu."
• Angga berbisik di telinga Amanda, "Aku mencintaimu."

3) Tidak menggunakan tanda koma jika "siapa yang berbicara" diletakkan di belakang dan didahului tanda seru dan tanda tanya

Contoh:
• "Aku muak melihatmu!" jerit Amanda sambil berlari.
• "Siapa wanita itu?" tanya Ibu kepada Ayah.

4) Kita menggunakan koma jika "siapa yang berbicara" diletakkan di belakang kutipan dan tidak ada tanda tanya dan tanda seru.

Contoh:
• "Jangan pulang kalau kamu tidak menang," kata Pak Ali tegas dan mantap.
• "Aku mencintaimu," jerit Adi dari kejauhan.

5) Kita tidak perlu memakai koma jika tidak ada unsur "siapa yang berbicara"

Contoh:
• "Aku memang pelacur." Amanda menangis tersedu-sedu. "Tapi aku tetap wanita biasa."
• "Entahlah, Bu." Pak Bardi menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Aku sendiri juga bingung menghadapi dirinya."

6) Kita memakai koma, jika "siapa yang berbicara" diapit oleh bagian pembicaraannya jika "siapa yang berbicara" diikuti oleh gerakan-gerakan dan awal kata pada kutipan kedua tidak memakai huruf kapital.

Contoh:
• "Aku memang pelacur, " Amanda berkata sambil menangis tersedu-sedu, "tapi aku tetap wanita biasa."
• "Entahlah, Bu," kata Pak Bardi pelan ketika menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, "aku sendiri juga bingung menghadapi dirinya."

7) Kita tidak memakai koma, jika "siapa yang berbicara" diapit oleh kutipan, tetapi kutipan berikutnya bukan merupakan bagian dari kutipan terdahulu.

Contoh:
• "Majulah kalau kamu berani," kata Bandi. "Kamu pikir aku takut sama kamu."
• "Jangankan Nancy. Bahkan Monica bisa aku jadikan pacar dengan mudah," seru Christop sambil menepuk dada. "Siapa, sih, yang tidak tidak tahu Christop. Playboy cap tangan tiga.

Sumber : https://octacintabuku.wordpress.com/2015/03/11/penggunaan-tanda-kutip-pada-dialog/


Penyusun: yooahra03

Editor: 

Serba-Serbi KepenulisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang