Dialog sebenarnya bukan hanya penting untuk tema #HisRom, tapi penting secara keseluruhan. Hanya saja, berhubung untuk menulis HisRom (atau setidaknya fantasi yang mendekati itu) kita diharuskan untuk keluar dari keseharian, maka variasi dialog akan jadi hal yang harus dilatih, sekaligus senjata nantinya kalau kita mau kembali ke tema modern.
.
Berikut beberapa tips dariku untuk meningkatkan dialogmu:
1. Tahu karaktermu.
Tiap karakter punya kebiasaan ngomong yang beda, bisa tahu kata yang beda, juga bisa perhatiin hal yang beda dalam topik serupa. Mari kita bandingkan 3 orang berbeda yang membicarakan cuaca:
.
A: "Wow! Langit begitu biru, burung-burung juga mulai ke selatan. Ini waktu yang tepat untuk berburu."
B: "Aku harus tetap ikut, Yang Mulia? Panas."
C: "Kau bisa membawa payung sepertiku. Aku juga tak ingin terkena sengatan matahari. Bisa merusak kulit."
.
Di sini, karakter A terasa lebih puitis, kalimatnya lebih teratur, dan "kecowokan" karena hobinya. Sementara itu, B lebih spontan, efisien, dan gak mau repot. Ini juga masih "kecowokan". Lalu C, kalimatnya teratur tapi tidak terlalu puitis, terasa berpendidikan, dengan fokusnya di kulit sehingga terasa seperti cewek.
.
Untuk membuat dialog yang lebih baik, penting untuk mencerminkan karakterisasi tiap karakter dalam dialog itu. Salah satu cara prakteknya, bisa kamu coba hilangkan "dialog tag", alias yang "kata A", "ucap C", dsb. yang menandakan siapa yang ngomong. Kalau setelah kamu hapus gak ngebingungin, itu artinya kamu sudah berhasil. Eh, tapi bukan berarti kamu gak boleh pakai "dialog tag", ya.
.
2. Tahu latarmu.
Latar sangat erat dengan waktu dan tempat, tapi ini bukan berarti kamu harus memakai aksen atau bahasa zaman baheula maupun bahasa negara lain. Ini lebih erat dengan budaya dan hal-hal yang bisa/tidak bisa diucapkan. Bahasa gaul tiap era beda, selalu berkembang. Tiap negara juga beda-beda, belum tentu semua punya bahasa gaul, atau sering pakai kayak kita. Makanya kenapa banyak buku terjemahan yang gak pakai bahasa gaul, karena emang budayanya beda :'D Belum lagi dengan obrolan ketika di tempat ramai dan sepi, pasti beda juga. Hal-hal rahasia gak mungkin dibicarain di pasar.
.
3. Variasikan dialog tag.
Sering pakai "kata A", "ucap B", "tanya C", dsb.? Bukan gak boleh, tapi jangan sering-sering juga. Biasakan untuk pakai dialog tag sebagai variasi sekadarnya, bukan yang utama. Daripada dialog tag, perbanyak narasi soal kegiatan atau ekspresi tokoh yang berdialog. Bahkan dialog terus tanpa tag/narasi di antaranya juga oke, untuk 4-5 percakapan. Itu akan bikin sahut-menyahutnya terasa, asal karakterisasimu sudah kuat.
.
Contoh dari yang tadi:
"Wow!" Pangeran A meregangkan tubuh dan menghirup dalam-dalam udara pagi. "Langit begitu biru, burung-burung juga mulai ke selatan. Ini waktu yang tepat untuk berburu."
.
"Aku harus tetap ikut, Yang Mulia? Panas," keluh B.
.
Putri C mengangkat roknya hati-hati. Dia tersenyum sambil mengangkat dagu. "Kau bisa membawa payung sepertiku. Aku juga tak ingin terkena sengatan matahari. Bisa merusak kulit."
.
"Bawa payung juga repot."
.
"Yang Mulia, Anda yakin sudah mengajari pelayan ini sopan santun kerajaan? Dia kelihatan sekali tidak terdidik."
.
"Oh, Tuan Putri. Bukankah kita tidak perlu merusak suasana cerah ini dengan hal-hal tak perlu?"
.
"Yang tak perlu itu Tuan Putri C."
.
Pangeran A menepak punggung B hingga dia mengaduh.
-------------------------------
[AKHIR KATA]
Meskipun masih banyak hal penting dalam pembuatan dialog, aku rasa hari ini cukup sekian dulu, supaya kita bisa meresapi. Akhir kata, ada baiknya kita tahu penulisan dialog yang benar sesuai EBI. Bisa banyak yang cerewet kalau penulisannya salah :p Bisa perhatikan contoh dan liat-liat lagi google sebagai referensi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serba-Serbi Kepenulisan
RandomDikumpulkan dari diskusi Komunitas Novel Online Indonesia. Semua hal menyangkut kepenulisan.
