Membuat Narasi Meyakinkan dalam Karya Fiksi oleh Gari Rakai Sambu

1.7K 58 4
                                        

Selamat pagi teman-teman! Tanpa terasa, sudah hari Selasa lagi. Artinya, hari ini kita bakal seru-seruan berteori-teori ria.


Sebelumnya, disclaimer dulu yuuk!


DISCLAIMER: Segala hal yang saya tulis pada panduan di grup ini adalah metode yang berhasil untuk saya. Tidak ada jaminan bahwa metode ini cocok untuk dipakai oleh teman-teman semua. Kuncinya, use if it works, don't if it doesn't. Ambil yang bermanfaat, yang nggak cocok silakan dibuang. Kalau saya mengatakan bahwa bentuk cerita adalah ABC, bukan berarti ABC adalah satu-satunya bentuk cerita yang ada di muka bumi. Tidak ada yang mutlak di dalam seni. Cerita punya banyak bentuk. Silakan gunakan bentuk cerita "ala saya", atau ala penulis lain, atau buatlah bentuk cerita yang paling pas menurut teman-teman. Pada akhirnya, seni bukan tentang benar atau salah. Seni adalah tentang cocok atau tidak cocok.


Sudah siap?


Baguuus!


Tema kita hari ini adalah membahas tentang penulisan narasi. Narasi adalah salah satu elemen paling penting di dalam karya fiksi karena dua hal:


1. Membuat pembaca merasa sebagai karakter utamaPenulis fiksi yang baik adalah pelayan yang baik.Siapa yang kita layani?Pembaca.Sebagai pelayan, sudah seharusnya kita mengetahui betul apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh orang yang kita layani. Dalam hal ini: pembaca karya fiksi.Secara umum, hanya ada satu hal yang dibutuhkan oleh pembaca fiksi: hiburan.Ya, mereka ingin merasa terhibur. Karya fiksi adalah salah satu bentuk media, dan fungsi media ada tiga:To inform (memberikan informasi)To educate (memberikan edukasi)To entertain (memberikan hiburan)Teman-teman bisa saja memasukkan informasi dan edukasi sebanyak apa pun ke dalam karya fiksi teman-teman, namun kalau tidak ada unsur hiburan, teman-teman sudah gagal.Kenapa? Karena tidak menyediakan apa yang sangat dibutuhkan oleh pembaca.Berikan hiburan terlebih dulu, selanjutnya teman-teman bisa memasukkan segala bentuk informasi dan edukasi ke dalam karya fiksi teman-teman. Itulah yang pembaca butuhkan.Lantas, apa yang mereka inginkan?Catat ini baik-baik: mereka ingin menjadi karakter utama.Yes!Pembaca tidak ingin berada di luar cerita sebagai penonton, namun mereka ingin berada DI DALAM cerita sebagai karakter utama.Mereka ingin sedih ketika karakter utama sedih, mereka ingin marah ketika karakter utama marah, dan mereka ingin jatuh cinta ketika karakter utama jatuh cinta.Kenapa Harry Potter menjadi begitu sukses?Karena J. K. Rowling berhasil membuat anak-anak di seluruh dunia merasa bahwa mereka adalah Harry Potter.Seperti itulah seharusnya kita membuat karya-karya fiksi kita.


2. Hal paling awal yang dinilai oleh redaksi di sebuah penerbitDulu, ketika masih menjabat sebagai editor fiksi di sebuah penerbit di Yogyakarta, saya dan tim memiliki beberapa bentuk penilaian untuk menyaring puluhan naskah yang masuk setiap bulan.Bagaimana kami melakukan penyaringan tahap pertama?Membaca narasinya.Pada saat itu, kami tidak melihat judulnya, ceritanya, siapa penulisnya, dan lain-lain kecuali narasinya.Kalau enak dibaca, lanjut penyaringan tahap berikutnya. Kalau tidak enak dibaca, langsung masuk kotak penolakan naskah.Setiap penerbit memiliki SOP yang berbeda-beda, namun saya yakin, jika teman-teman bisa membuat narasi yang benar-benar meyakinkan, maka penerbit manapun akan mudah "ditaklukkan".Sudah paham kan, kenapa teman-teman harus bisa membuat narasi yang meyakinkan?Yang perlu dicatat, teknik ini butuh waktu untuk bisa dikuasai. Jangan putus asa kalau teman-teman merasa tulisannya masih jauh dari sempurna. Terus berlatih, maka tulisan teman-teman akan semakin baik dari waktu ke waktu.Tidak ada yang instan. Semua butuh proses. Nikmati saja prosesnya.Sekarang, bagaimana cara membuat narasi yang meyakinkan?Bagaimana cara membuat pembaca masuk ke dalam cerita?Bagaimana cara membuat pembaca merasa sebagai karakter utama sebagaimana yang mereka inginkan?Saya punya tips sederhana. Tapi mohon dicatat sekali lagi, tips ini bukan cara satu-satunya. Ada begitu banyak cara lain yang bisa teman-teman gunakan.Tips ini pun bukan yang paling sempurna. Tapi setidaknya, teman-teman bisa memakai metode ini untuk latihan.Caranya sangat sederhana, teman-teman:Gunakan panca indra setiap membuat narasi.Tahu kan, apa saja panca indra?Ini dia:Mata, sebagai indra penglihatan. Telinga, sebagai indra pendengaran.Hidung, sebagai indra pembau/penciuman.Lidah, sebagai indra pengecap.Kulit, sebagai indra peraba.Mungkin ada yang tanya, "Gimana nih, maksudnya?"Saya kasih contoh sederhana:(a) Amelia ketakutan.(b) Amelia merasa jantungnya berdegup tak keruan tatkala melihat sekelilingnya berubah menjadi hutan yang begitu gelap. Ia mendengar lolongan serigala dari kejauhan, dan hal itu membuat keringat dingin semakin membasahi tubuhnya. Ia menghentikan langkah ketika mencium bau bangkai dari segala penjuru. Darah di tubuhnya nyaris berhenti ketika tangan kanannya digenggam oleh seseorang, atau sesuatu.Dari dua contoh di atas, mana yang paling bisa membuat teman-teman merasa ketakutan?Apakah (a) atau (b) ?Ya, tentu saja... paragraf (b) !Perhatikan, bahwa pada paragraf (b) saya memasukkan beberapa unsur panca indra:Amelia merasa jantungnya berdegup tak keruan tatkala melihat sekelilingnya berubah menjadi hutan yang begitu gelap. (INDRA PENGLIHAT)Ia mendengar lolongan serigala dari kejauhan, dan hal itu membuat keringat dingin semakin membasahi tubuhnya. (INDRA PENDENGAR)Ia menghentikan langkah ketika mencium bau bangkai dari segala penjuru. (INDRA PEMBAU/PENCIUMAN)Darah di tubuhnya nyaris berhenti ketika tangan kanannya digenggam oleh seseorang, atau sesuatu. (INDRA PERABA)Teknik ini juga disebut dengan istilah "show don't tell".Daripada menuliskan "Amelia ketakutan", tuliskan apa yang ia lihat, ia dengar, ia baui, ia raba, dan ia kecap.Percaya deh! Kalau dilakukan dengan benar, hal ini akan membuat pembaca benar-benar masuk ke dalam cerita.Sebagai catatan, teman-teman tidak perlu mengaplikasikan ini ke dalam setiap paragraf. Tidak perlu pula memasukkan seluruh panca indra. Cukup beberapa saja sudah jauh lebih baik ketimbang hanya menulis "Amelia ketakutan"."Show don't tell" juga bukan aturan baku. Ada saatnya di mana kita harus "showing", dan ada pula saatnya kita harus "telling".Bagaimana kita bisa tahu harus memakai yang mana?Cuma dua caranya: banyak baca, banyak nulis.Sekian dulu yang bisa saya share hari ini. Semoga yang sedikit ini ada manfaatnya. Semoga teori hari ini bisa membuat tulisan teman-teman bisa menjadi pelayan yang jauh lebih baik untuk pembaca.Selamat menulis!

Serba-Serbi KepenulisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang