Selamat pagi, memberdeul ^^/ Hari ini Animon akan membahas gimana caranya kita memasukkan budaya dalam cerita, supaya jika memberdeul ingin memberi identitas suatu negara atau wilayah, memberdeul dapat memperkenalkannya dengan baik dan tidak membingungkan.
Sebelumnya, kesalahan-kesalahan apa sih yang biasanya kita lakukan ketika menceritakan sebuah budaya?
1. Kurang riset. Biasanya terjadi pada penulis yang suka sebuah budaya karena suka nonton film atau lihat karya lain, lalu tiru begitu saja, tanpa riset ulang.
2. Tempelan. Mirip seperti nomor 1, hanya saja biasanya penulis terinspirasi dari bermacam budaya. Misalnya, penulis suka sinetron, tapi pakai setting Korea. Atau penulis suka drama Korea, tapi pakai setting Indonesia.
3. Tahu segala. Ini kebalikan dari nomor 1. Penulis biasanya sudah banyak riset, lalu langsung mengungkapkan segala info sekaligus.
4. Malas menjelaskan. Biasanya terjadi ketika penulis memasukkan budaya yang sama dengan pembaca, sehingga menganggap tak perlu menjelaskan istilah tertentu, karena menganggap siapa pun pasti tahu.
Nah, berikut tips-tips agar budaya yang ingin kalian masukkan dapat menyatu dengan cerita yang kalian tulis:
1. BUDAYA ADALAH CARA HIDUP SUATU KELOMPOK MASYARAKAT YANG TERUS BERKEMBANG DARI ZAMAN KE ZAMAN, BUKAN HANYA 1-2 POIN.
Kamu tidak akan bisa memahami sebuah budaya cuma dari karya lain, entah itu film, drama, komik, dsb. Apalagi kalau cuma 1-2 karya. Apa yang bisa terjadi di Indonesia, belum tentu bisa terjadi di Korea, dan sebaliknya. Tanggapan, kebiasaan, dan kelakuan masyarakat di berbagai tempat dipengaruhi oleh geografi, sejarah, juga perkembangan kehidupan di sana. Jika memang kamu merasa kurang riset dan kurang bisa melakukan riset tersebut, PAKAI SAJA BUDAYA YANG DEKAT DENGANMU.
2. INGIN PEMBACA MENCINTAI SEBUAH BUDAYA? PELAN-PELAN, YA.
Banyak penulis yang ingin memperkenalkan budaya Indonesia yang unik dan menarik, atau budaya lain yang sudah dia riset susah-payah. Akan tetapi, banyak juga dari mereka yang keburu nafsu. Bisa jadi tulisannya malah jadi pelajaran sejarah atau geografi ketimbang cerita fiksi.
TIDAK PERLU TERBURU-BURU. Seperti halnya pacaran, kita juga harus memberi tahu sebuah budaya kepada pembaca dari perkenalan singkat dulu. Makin sering ketemu makin kenal, alias PDKT. Bisa ada twist yang membuat pembaca ragu, beneran cinta atau gak? Sampai akhirnya, pembaca bener-bener klop, ingat, dan malah mau tahu lebih banyak dengan cari di google.
Seperti inilah proses yang seharusnya dibayangkan di benak penulis ketika ingin memperkenalkan sebuah budaya untuk akhirnya pembaca mencintai budaya tersebut. Kita pun tidak perlu membeberkan semua, apabila tidak ada tempat yang pas dalam cerita untuk menceritakannya. Kita juga bisa dengan sengaja menyimpan beberapa informasi, agar pembaca mencari sendiri saja di internet nantinya, karena sebenarnya, memberi ketertarikan kepada pembaca itu lebih baik daripada memaksa pembaca tahu.
3. JELASKAN ATAU TIDAK PAKAI SAMA SEKALI.
Terkadang, kita menganggap beberapa unsur budaya populer seperti yang terdapat dalam makanan atau pekerjaan adalah hal lumrah untuk diketahui semua pembaca. Misalnya, siapa sih yang gak tahu rendang? Lalu, kita tulis begitu saja. Si A makan rendang. Menurut kita, pembaca pasti sudah tahu rendang itu seperti apa, padahal belum tentu pembaca kita terbatas di orang-orang yang tahu. Bisa saja kita mau membawa tulisan tersebut ke negara lain. Lagi pula, tujuan kita ingin memperkenalkan suatu budaya malah dipertanyakan di sini. Kenapa tanggung-tanggung?
Mungkin ada yang merasa gak penting. Untuk apa suatu budaya kecil seperti itu dibahas panjang lebar? Nah, kalau merasa seperti itu, justru mungkin perlu diperiksa lagi adegannya. Mungkin kamu juga tak perlu menceritakan dia lagi makan apa, tak perlu sebut nama "rendang", tak perlu menulis dan memperkenalkan sesuatu yang pembaca juga lewatkan karena gak ngerti.
4. MENYELURUH, TAPI SOROT SEPERLUNYA.
Seperti yang telah dikatakan pada nomor 1, budaya adalah cara hidup suatu kelompok masyarakat. Hal ini meliputi pemberian nama, cara bicara, bahasa, salam, kebiasaan makan, kebiasaan tidur, kebiasaan berpakaian, tata krama, hari nasional, festival, dsb.
Maka dari itu, sebenarnya budaya itu bisa diperlihatkan dari tingkah laku karakter, interaksi dengan sekeliling, dan kondisi sekitar. Hal-hal seperti inilah yang bisa kamu manfaatkan untuk membangun plot dan menyatukan budaya dengan plotmu. Contohnya, karaktermu telat karena macet di jalan atau terpaksa ngungsi karena rumahnya kebanjiran. Gak perlu nempelin rendang cuma untuk keliatan Indonesia, 'kan?
Tapi, gak semua harus didetailkan dan dibahas juga. Bahaslah yang penting untuk plot, buang yang gak penting untuk plot. Dengan begitu, justru kamu bisa lebih fokus memperkenalkan suatu budaya yang benar-benar kamu perlukan, dan bikin pembacamu tertarik pada satu titik yang kamu fokuskan itu.
Sekian tips-tips memperkenalkan budaya ala Animon. Buat yang mau tanya-tanya, silakan komen :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serba-Serbi Kepenulisan
RandomDikumpulkan dari diskusi Komunitas Novel Online Indonesia. Semua hal menyangkut kepenulisan.
