Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai, Memberdeul ^^)/
Bulan ini Bigsis mendapat tugas mengasuh kelas teori.
Sebenarnya, Bigsis sendiri tidak terlalu mendalami genre horor., bahkan cenderung menjauhi. Tapi, Bigsis berharap apa yang Bigsis share di kelas teori bulan ini bisa memberi manfaat buat Memberdeul, walau Memberdeul juga ngeri-ngeri sedap nulis horor, hehehe :D
Nah, sebelum berlanjut mempraktikkan menulis horor di kelas Krisan maupun games, Bigsis mau mengajak kalian mendalami salah satu perasaan mendasar manusia, yaitu KETAKUTAN.
Sebenarnya, apa sih ketakutan itu?
Menurut Wikipedia, ketakutan adalah suatu tanggapan emosi terhadap ancaman. Takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons atas stimulus tertentu, seperti rasa sakit dan ancaman bahaya. Beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa rasa takut adalah salah satu emosi dasar, selain kebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan.
Ketakutan ini berbeda dari kegelisahan, lho. Ketakutan terjadi jelas karena ada ancaman eksternal. Rasa takut memicu perilaku melarikan diri dan menghindar.
Meskipun dalam dongeng-dongeng dan kepercayaan masyarakat digambarkan ada orang-orang tanpa rasa takut (pahlawan, pendekar sakti, pangeran berkuda putih) pada dasarnya, hal ini tidaklah valid. Rasa takut adalah emosi yang manusiawi. Rasa takut dihasilkan dari bagian kecil otak (amigdala) sebagai respons primitif terhadap ancaman. Rasa takut ini secara otomatis mendatangkan usaha/cara melindungi diri.
Meski demikian, ada juga sih orang yang punya rasa takut berlebihan. Kalian pasti sudah pernah mendengar istilah paranoid atau fobia. Orang-orang yang mengalami kondisi ini memiliki rasa takut yang mengganggu aktivitas dan kehidupan sehari-hari. Untuk menangani hal ini, tentu ada baiknya langsung mengonsultasikan kepada psikiater, psikolog, atau terapis, karena ada metode-metode tertentu yang digunakan untuk menanggulangi bahkan melenyapkan ketakutan berlebihan mereka.
Persepsi atau cara pandang kita terhadap sesuatu ternyata sangat berpengaruh pada rasa takut yang akan kita alami. Menurut beberapa penelitian, penderita akrofobia (ketakutan pada ketinggian) terbukti melihat bidang vertical lebih tinggi daripada kebanyakan orang. Untuk itu, sejak awal kita bisa mencoba untuk mengubah cara pandang terhadap hal yang paling ditakutkan (Bigsis pernah nyoba bayangin maniak gila (baca sharing Bigsis kemarin) pakai rok balet dan lipstik tebal. Percaya nggak percaya ini berhasil xD wkwkwk). Jadi, kita bisa memulai dengan berhenti membayangkan kemungkinan-kemungkinan terburuk secara berlebihan.
Ketakutan ini adalah perasaan dan emosi yang BISA DIATASI. Teknologi dan ilmu pasti adalah solusi untuk ini. Kecepatan mobil bisa diprediksi kekuatannya dengan perhitungan desain mobil yang akurat dan tepat. Wahana halilintar, bianglala, dan lain-lainnya telah diperhitungkan bahayanya hingga menjamin rasa aman. Ada satu fakta menarik, nih ... ternyata rasa takut yang ditimbulkan oleh takut menaiki gondola/kereta gantung dan ketakutan atas adanya ancaman harimau itu sama. Ketakutan atas krisis ekonomi dan ketakutan jatuh dari ketinggian juga hal yang sama.