Setelah bulan ini kita belajar memperkuat narasi dan karakter utama, hari ini Animon ingin mengajak memberdeul untuk memperkuat "suara" PoV 1.
Banyak dari kita yang memulai perjalanan kepenulisan, dengan menulis menggunakan PoV 1, karena PoV 1 nyaman dan terasa seperti diari. Akan tetapi, sadarkah memberdeul, bahwa PoV 1 itu sangat susah persis karena alasan yang sama? Karena penulis seperti menulis diarinya sendiri ketimbang diari karakter? Karena sulit bagi penulis untuk menjadi karakter utama, apalagi kalau jenis kelaminnya beda?
Tapi, sesulit apa pun itu, tentu sebagai penulis kita harus berani menantang. Karya terbaru Animon menggunakan PoV 1 cowok, bukan hanya karena ingin menantang diri sendiri, tapi juga karena banyaknya target pembaca yang lebih nyaman membaca dalam PoV 1. Karena itulah, Animon pikir, harus bisa, harus dicoba.
Hasilnya, Animon berkembang cukup jauh dengan PoV 1 ini. Karenanya, hari ini Animon akan membagi tips berupa checklist, yang mungkin bisa membantu memberdeul untuk membaca kembali, mengecek, dan memperbaiki kalimat-kalimat narasi memberdeul yang menggunakan PoV 1:
1. BERBEDA JAUHKAH NARASI DENGAN DIALOG TOKOH UTAMAMU?
Baku-tidak baku, serta diksi yang dipakai, kalau narasi dan dialog tokoh utamamu beda jauh, berarti kamu masih kurang mendalami karakterisasi dia. Samakan, miripkan 90%, karena pikiran karakter memang biasanya tidak jauh beda dengan ucapannya.
2. SUDAH SESUAIKAH DESKRIPSI DAN DIKSI YANG DIPAKAI DENGAN KARAKTERMU?
Dalam narasi PoV 3, kita biasanya menuturkan rentetan kegiatan atau deskripsi dari sudut pandang penulis. Sekalipun kita membicarakan perasaan MC, diksi tidak akan sama dengan yang dipakai karakternya. Begitu pula dengan caranya mendeskripsikan sesuatu.
Bila dicontohkan, dalam PoV 3: A memiliki warna mata biru seindah langit cerah, tapi B sama sekali tidak menyukainya. B melirik-lirik mencari perhatian lain untuk menghindari tatapan A.
Dalam PoV 1 dari karakter B: Hufft ... Aku tidak pernah suka mata itu. Orang lain mungkin menganggapnya indah seperti langit (dan oh, aku juga tidak suka langit!), tapi untukku ...? Sepertinya tak perlu kuulang terus betapa jijik aku melihatnya.
Bisa dilihat dalam 2 contoh di atas, sekalipun penulis sama, PoV 3 dan PoV 1-nya sama sekali berbeda. Ketika dalam PoV 3, ketidaksukaan B terhadap mata A tampak dari gerak-geriknya, dalam PoV 1, itu tampak dari keluhan perasaan B. Ketika dalam PoV 3 memakai diksi/kata "menyukai", di PoV 1 pakai diksi "suka".
Hal ini juga biasanya terpancar pada pengandaian. Bila penulis mengandaikan antrian seperti semut, bisa saja narator PoV 1 mengandaikannya seperti kumpulan babi di lumpur yang baunya sama tak sedapnya dengan keringat orang-orang antrian itu.
3. MASIH ADAKAH KATA-KATA FILTER?
Kata-kata filter adalah kata-kata tak dibutuhkan, yang biasanya dibuat oleh penulis, tapi bisa dibuang karena menjauhkan pembaca dari karakter. Kata-kata seperti ini tidak hanya ditemukan pada PoV 1, tapi juga pada PoV 3, dan sebaiknya diminimkan penggunaannya.
Kata-kata filter meliputi: melihat, mendengar, berpikir, menyentuh, sadar, merasa, terlihat, bisa, memutuskan, bersuara.
Contoh: Ketika aku melihat Tommy mendekat, hatiku rasanya senang tak terkira. Tommy juga terlihat senang melihatku. Kuputuskan untuk menyapanya.
Lebih baik: Ketika Tommy mendekat, hatiku senang tak terkira. Dia juga tersenyum. Itu curang, karena aku makin meleleh. Tapi aku menyapanya duluan. Itulah kemenanganku.
4. SUDAH CUKUPKAH PEMIKIRAN KARAKTERMU DALAM NARASI?
Nikmatnya PoV 1 terletak pada pemikiran dan perasaan karakter. Tiap momen dan deskripsi penting yang dicampuri perasaan karakter, akan membuat narasimu terasa lebih menarik, diasumsikan kamu sudah memiliki karakter yang menarik juga, ya.
Jangan sampai kebanyakan (bertele-tele), dan jangan sampai juga terlalu sedikit, karena kalau terlalu sedikit, bisa rawan lebih ke PoV 3 terbatas daripada PoV 1.
5. TERLALU BANYAKKAH DETAIL GERAKAN DALAM NARASI?
Sebaliknya, dalam PoV 1, detail gerakan tokoh, terutama tokoh utama, biasanya tidak sebanyak PoV 3. Ada batasan, karena apa yang dilihat, diperhatikan, dan bahkan diceritakan oleh si tokoh tidak akan seperti penulis. Kegiatan yang penulis pikir penting untuk dijabarkan, belum tentu penting bagi tokoh tersebut untuk dia pikirkan.
6. ADAKAH HAL YANG SEHARUSNYA TIDAK DIKETAHUI "AKU" MASUK DALAM NARASI?
Ini adalah salah satu kesalahan umum. Dalam PoV 1, narator tidak boleh:
- Tahu persis isi hati karakter lain. Dia hanya boleh memperkirakan.
- Menjabarkan kegiatan karakter, deskripsi tempat atau karakter, yang tidak dilihatnya, atau omongan karakter dan suara lain yang tidak didengarnya.
7. SUDAH DIBACA DAN DIREVISI BERAPA KALI?
Jika narasi PoV 3 saja sudah susah, apalagi PoV 1. Bacalah dan revisi tiap kali kamu merasa ada kekurangan, berdasarkan checklist ini.
Sekian teori hari ini. Semoga membantu kepenulisan memberdeul di PoV 1, ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
Serba-Serbi Kepenulisan
RandomDikumpulkan dari diskusi Komunitas Novel Online Indonesia. Semua hal menyangkut kepenulisan.
