Pentingnya Unsur Misteri di dalam Karya Fiksi Oleh Gari Rakai Sambu

1.1K 65 6
                                        

Selamat pagi teman-teman KANOI yang ketje-ketje!


Perkenalkan, nama saya Gari. Selama bulan Januari ini, saya diberi kepercayaan oleh BigSis untuk mengisi . Saya benar-benar merasa sangat terhormat diberi kepercayaan sebesar ini.Sekilas info, saya menulis dan menerbitkan karya fiksi sejak tahun 2005 (waktu itu masih kelas 3 SMA). Hingga kini sudah menerbitkan 6 judul novel, dan tak terhitung buku non-fiksi (soalnya emang nggak pernah dihitung. Hihi...). Saya pernah bekerja di sebuah penerbit major di Yogyakarta selama kurang-lebih 5 tahun, dengan posisi terakhir sebagai redaksi pelaksana bidang fiksi.Demikian sekilas info. Mau tau lebih banyak? Langsung PM aja kali yak? JTanpa lebih banyak ber-cang-cing-cong ria, mari kita mulai bahasan hari ini.Judulnya:Pentingnya Unsur Misteri di dalam Karya FiksiIyes! Segitu pentingnya, sampai-sampai saya merasa bahwa cerita, karakterisasi, dan lain-lain berada di urutan setelah unsur misteri.Jangan salah ya gaes, unsur misteri ini tidak hanya penting untuk cerita-cerita horor, thriller, dan sejenisnya. Bahkan teenlit unyu-unyu pun, menurut hemat saya, wajib mengandung unsur misteri.Kenapa wajib?Kita bahas pelan-pelan ya. Mungkin agak muter-muter juga. Pokoknya sabar-sabarin aja ya gaes. Hihi...1. Manusia Adalah Makhluk yang Sangat Kepo Terhadap Semua HalSaya baru selesai baca buku berjudul The Subtle Art of Not Giving a F*ck karya Mark Manson. Di dalam buku itu, Manson menjelaskan secara detail bagaimana manusia adalah makhluk yang dilahirkan dengan satu kekurangan yang sama: terlalu peduli pada banyak hal.Nah, kekurangan itu tuh yang disebut-sebut sebagai biang keladi dari depresi, stress tak berujung, dan ketidakbahagiaan akut terhadap hidup. Tapi ini bahasan lain sih. Kalau mau tau lebih lanjut, silakan baca sendiri bukunya ya.Intinya apa?Secara fitrah, manusia adalah makhluk yang sangat kepo. Jadi, kenapa nggak kita manfaatkan kekepoan orang-orang untuk kepentingan kita, ya kan? Hehe...Bagaimana cara mengaktifkan kekepoan mereka itu?Salah satunya adalah dengan: menggunakan unsur misteri.


2. Bikin Karya yang "Bikin Orang Penasaran" Jauh Lebih Mudah Ketimbang Bikin Karya yang "Bagus"

Bagus itu relatif. Kita semua pasti punya kriteria "bagus" sendiri-sendiri. Makanya menurut saya, bikin karya yang "bagus" itu relatif ngebingungin. Bagus menurut siapa dulu?Setiap ada lomba penulisan fiksi, unsur subjektivitas dewan juri sangat menentukan karya pemenang. Percaya deh, saya udah beberapa kali jadi juri lomba.Sebaliknya, unsur misteri itu cenderung lebih mudah dipahami. Kenapa? Karena polanya sangat sederhana, berbeda dengan "cerita" yang punya banyak pola dan cenderung abstrak. Nggak bener-bener abstrak sih.


3. Rasa Penasaran Adalah Salah Satu Hal Terkuat yang Mendorong Orang Beli NovelDisclaimer: untuk yang udah jadi miliarder dan nggak peduli penjualan novelnya, bagian ini tetap wajib dibaca ya. Soalnya, rasa penasaran ini adalah elemen yang menggerakkan orang untuk baca cerita kita sampai habis. Ingin ceritanya dibaca sampai habis, kaaan?Dulu, sewaktu masih jadi editor fiksi, hampir setiap hari saya berpikir tentang bagaimana cara membuat karya fiksi yang laku.Ada banyak hal yang membuat sebuah karya fiksi, khususnya novel, memiliki penjualan yang bagus. Beberapa di antaranya adalah nama penulis, judul, warna cover, back cover, desain isi, tata letak, jenis font, dan lain-lain.Setelah saya merenung lebih mendalam (tsaaah), saya berpendapat bahwa orang-orang membeli novel karena adanya rasa penasaran.Penasaran dengan penulisnyaPenasaran dengan judulnyaPenasaran dengan jalan ceritanyaPenasaran dengan ending-nyaDari semua hal itu, saya berkesimpulan yang paling bikin orang tergerak untuk beli novel adalah: penasaran dengan ending-nya.Kalau saya amati perilaku pembeli novel di toko buku, hal pertama yang bikin tertarik adalah warna cover. Kemudian judul, penulis, dan sub-judul (kalau ada). Setelah itu calon pembaca bakal baca teks di back cover. Kalau bukunya nggak disegel, pasti langsung buka dan menuju halaman pertama.Nah, di sinilah peperangan terjadi. Jika si calon pembeli penasaran dengan ending-nya, dan menurut dia buku itu layak dikoleksi, kemungkinan besar pasti langsung beli.Apa yang terjadi kalau calon pembaca nggak penasaran? Buku ditaruh lagi ke rak, terus ambil buku lainnya.Sekarang, coba bayangin kalau temen-temen dapet kabar bahwa penulis idola temen-temen ngeluarin novel terbaru. Di dalam sebuah wawancara, dengan entengnya si penulis bilang gini, "Jadi novel terbaru saya ini bercerita tentang seorang guru honorer yang berjuang mendidik anak-anak di pedalaman Papua. Dia punya dilema, karena calon suami memintanya kembali ke Pulau Jawa untuk menjadi ibu rumah tangga. Awalnya si karakter utama menuruti calon suaminya. Ia kembali ke Pulau Jawa, menikah, dan jadi ibu rumah tangga. Tapi lama-kelamaan muncul keresahan di dalam hatinya. Keresahan yang akhirnya membuatnya menuruti kata hati: meninggalkan sang suami untuk mengajar di pedalaman Papua. Sang suami awalnya murka, tapi pada ending akhirnya dia mendukung sang istri, dan memutuskan pindah ke Papua. Di sana mereka hidup bahagia, memiliki keturunan yang lucu-lucu, dan sukses membangun bisnis bersama."Pertanyaan saya adalah: apakah teman-teman masih minat membeli?Bisa jadi. Mungkin alasannya karena teman-teman ngefans dengan penulisnya, sehingga merasa wajib mengoleksi. Atau karena ingin melengkapi perpustakaan pribadi. Atau alasan-alasan lainnya.Tetapi secara umum, berdasarkan pengamatan saya, calon pembeli novel nggak akan tergerak untuk langsung beli.Kenapa?Sudah tahu ending-nyaSudah tahu jalan ceritanyaBuat apa beli, ya kan? Wong udah tau ceritanya secara lengkap.Trailer film yang sering teman-teman tonton di YouTube pun cuma punya satu tujuan: membuat teman-teman penasaran, sehingga mau datang ke bioskop untuk nonton.Sampai sini, sudah paham kan pentingnya unsur misteri?***Nah, setelah kita membahas unsur "why", sekarang kita beralih ke bahasan seputar "how".Bagaimana cara membuat orang penasaran sehingga tergerak untuk membeli dan membaca novel kita?Dari hasil pengamatan saya, alasan terkuat orang-orang membeli novel adalah penasaran dengan ending-nya. Ending adalah salah satu bagian kecil dari cerita, tapi justru jadi penentu utama seseorang membeli novel kita. Nah, untuk lebih memahami, mari kita bahas sedikit tentang cerita.Cerita punya banyak pola. Punya banyak struktur. Punya banyak rumus.Bagi saya pribadi, bentuk cerita yang paling mudah adalah: KARAKTER UTAMA mendapatkan MASALAH, menetapkan satu TUJUAN UTAMA, mendapatkan RINTANGAN di sepanjang perjalanan, dan mendapatkan satu RESOLUSI tertentu.Teman-teman boleh banget memakai struktur cerita manapun yang teman-teman suka. Atau, teman-teman bisa bikin struktur sendiri. Ingat, tidak ada yang benar atau salah di dalam seni, yang ada adalah cocok atau tidak cocok.Berdasarkan rumusan cerita di atas, ada lima elemen penting di dalam cerita:Karakter UtamaMasalahTujuan UtamaRintanganResolusiSaya coba bahas secara singkat ya...Karakter Utama adalah dia yang paling menderita di sepanjang cerita. Masalah adalah trigger, atau pemicu munculnya Tujuan Utama. Kenapa harus ada Tujuan Utama di dalam cerita? Supaya cerita kita punya arah.Tujuan Utama adalah misi utama si Karakter Utama. Tentu saja, misinya adalah menyelesaikan Masalah. Dengan cara apa? Dengan cara yang menarik, tentunya.Pada bagian Tujuan Utama ini, sebisa mungkin kita membuat pembaca bertanya-tanya, "Akankah Karakter Utama berhasil mencapai Tujuan?"Rintangan adalah elemen yang menimbulkan konflik. Tanpa Rintangan, Karakter Utama akan mudah mencapai Tujuan Utama. Efeknya, cerita menjadi datar. Pembaca bosan.Resolusi adalah jawaban dari pertanyaan, "Akankah Karakter Utama berhasil mencapai Tujuan?" Kalau berhasil, disebut Happy Ending. Kalau gagal disebut Sad Ending. Kalau gantung disebut Open Ending. Kalau gabungan antara keberhasilan dan kegagalan disebut Bittersweet Ending.Gampang, kan?Sekarang, bagaimana cara membuat pembaca penasaran dengan cerita kita?Yaitu dengan sesegera mungkin memperkenalkan Karakter Utama, memperkenalkan Masalah, dan menetapkan Tujuan Utama di dalam novel kita.Saya pribadi, selalu memunculkan ketiga hal itu pada bab 1-3, tergantung serumit apa ceritanya. Di penghujung bab 1 atau bab 3, saya akan membuat open ending yang berisi Tujuan Utama si Karakter Utama. Tujuannya cuma satu: bikin orang penasaran dengan ending-nya, dan akhirnya mau lanjut baca sampai selesai.Kalau teman-teman gagal membuat pembaca bertanya-tanya, "Apakah Karakter Utama berhasil mencapai Tujuan?" jangan salahkan siapapun kalau mereka tidak berminat membeli novel teman-teman.Saya kasih contoh nih.Di film IT (2017), sejak awal sekali kita sudah tahu bahwa tujuan utama Bill adalah menemukan kembali adiknya yang hilang secara misterius. Pertanyaan yang muncul sejak awal cerita: Akankah Bill berhasil menemukan Georgie hidup-hidup?Di film Annabelle: Creation (2017), sedari awal kita sudah tahu bahwa tujuan utama Janice adalah menyelamatkan diri dari incaran si Annabelle di rumah berhantu. Pertanyaan yang muncul: Akankah Janice berhasil menyelamatkan diri?Di film Train to Busan (2016), sejak awal kita sudah tahu bahwa Seok-Woo bertujuan untuk membawa anaknya ke rumah mantan istrinya di Busan di antara serbuan zombie. Pertanyaan yang muncul: Akankah mereka berhasil selamat sampai Busan?Pertanyaan-pertanyaan itulah yang menimbulkan rasa kepo. Dan kalau orang-orang udah kepo akut dengan ending cerita kita, bisa dipastikan mereka bakal baca cerita kita sampai habis. Entah dengan cara beli, pinjem, nyolong, atau beli bajakan.Btw, mungkin ada yang tanya, kenapa contoh-contohnya film horor? Karena saya suka. Hehe...Tapi bukan berarti untuk misteri ini hanya berlaku untuk cerita-cerita horor aja ya. Cerita romance pun sangat penting diselipin unsur misteri sejak awal, bahkan sesederhana: akankah Romeo dan Juliet akhirnya bisa bersatu?Unsur misteri ini juga nggak hanya bisa dimasukkan ke dalam plot saja. Bisa juga dimasukkan ke dalam karakter-karakter kita.Misalnya, kita bikin cerita teenlit di mana si tokoh cowok adalah orang yang sangat pendiem dan nggak punya temen di sekolah. Si tokoh cewek akhirnya penasaran dan mencaritahu segala hal tentang si cowok. Hal ini secara otomatis bakal bikin pembaca penasaran dengan tokoh cowok sehingga mau cari tahu sampai halaman terakhir.Ada yang sudah pernah nonton film The Wailing? Film ini bercerita tentang sebuah desa di Korea Selatan yang terkena kutukan. Penduduk desa meninggal satu per satu secara misterius. Bahkan sampai cerita selesai, si penulis skenario tidak menjelaskan semuanya secara gamblang. Penonton dibikin penasaran bahkan sampai ceritanya selesai.Coba deh googling dengan kata kunci "The Wailing ending explanation", teman-teman bakal menemukan ratusan teori dari orang-orang yang berusaha memecahkan teka-teki film ini.Karena benar-benar bagus dan bikin penasaran, filmnya jadi ramai dibicarakan. Akhirnya apa? Banyak yang nonton ke bioskop. Nggak heran kalau film ini diganjar dengan box office sebesar $51.3 juta!Jadi, ketika teman-teman mendesain sebuah cerita, coba masukkan unsur misteri semaksimal mungkin pada semua bagian. Plot, karakterisasi, adegan, dialog, dan bahkan setiap kalimat yang teman-teman tulis pun sebisa mungkin mengandung sedikit unsur misteri.Jangan sedikit-sedikit semua dijelasin ke pembaca. Jalan satu paragraf lagi, jelasin hal lain kepada pembaca. Biarkan pembaca merasa bahagia dengan menebak-nebak maksud dari berbagai elemen di dalam cerita teman-teman.Ingin membuat pembaca merasa bahagia, kan?***Sekian dulu yang bisa saya bagikan hari ini. Mohon maaf kalau bahasannya receh banget. Semoga berfaedah untuk teman-teman.Kalau ada pertanyaan, jangan sungkan-sungkan untuk tulis di komentar. Mohon maaf kalau saya tidak cepat dalam menjawab semua pertanyaan.Kalau ada saran topik yang ingin dibahas pada minggu depan, silakan tulis di komentar juga ya.Yang mau praktik, silakan praktik. Coba bikin cerita dengan rumus yang sudah saya jelaskan sedikit di atas, lalu upayakan Tujuan Utama muncul (secara tersirat atau tersurat) pada akhir bab pertama.Selamat menulis!

Serba-Serbi KepenulisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang