Pada dasarnya sesuatu yang menarik itu sifatnya relatif ya. Maksudnya, bisa saja menurut kita menarik, tapi tidak untuk orang lain. Begitu pula sebaliknya. Namun, tidak ada salahnya bukan, kalau kita berusaha memikat pembaca dari paragraf pertama cerita kita. Terlebih lagi, cerita yang akan kita tulis ini sifatnya pendek, maka itu paragraf pertama adalah penentu apakah cerita kita ini mampu atau tidak menggoda pembaca untuk membacanya hingga selesai?
1. Memunculkan Masalah Yang Harus Diselesaikan Oleh Karakter
Menurut info yang Orionara kutip dari website tertulis, Pembukaan ini favorit para penulis. Pembaca (dan manusia umumnya) tertarik pada masalah – khususnya yang terjadi pada orang lain.
Contohnya :
Nasib Klub Guntem benar-benar di ujung tanduk. Sudah kehilangan peluang masuk klub papan atas Se-Balikpapan, terancam di degradasi pula dari klub papan bawah. Satu-satunya yang bisa menyelamatkan Klub Guntem, hanya kemenangan minimal dua kosong dalam pertandingan melawan Klub Manggar Putra, lusa nanti. Sayangnya hingga detik ini, Fito sang kiper yang menjadi satu-satunya nilai plus Klub Guntem, belum juga pulang.
(Mengejar Kiper Kabur – Hardiansyah Kurdi/sumber Story Magazine/3/2009)
Pada paragraf awal di atas, dituliskan tentang nasib klub sepakbola, Klub Guntem yang terancam akan turun dari kelas papan bawah dikarena masalah yang melibatkan sang kiper, Fito. Pembukaan yang seperti ini tentu akan memancing pembaca untuk mengetahui apa alasan mengapa ketidakberadaan Fito memengaruhi Klub Guntem, dan apa alasan Fito belum pulang (dan belum pulang dari mana?)
2. Memulai Dengan Aksi
Jenis pembukaan ini lansung melompat ke tengah cerita. Tanpa latar belakang.
Sebuah insiden memotong semua latar belakang yang bertele-tele (biasanya hadir dalam draft awal)... tepat saat aksi karakter mengambil alih cerita.Contoh :
David berlari semakin kencang. Tak peduli jalan yang semakin berliku itu membuatnya tersesat. Yang penting selamat. David tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi. Tiba-tiba saat keluar dari supermarket seorang satpam menghampirinya dan menyuruhnya ikut ke kantor polisi. Merasa tak bersalah dan tak mau memperpanjang urusan, David lari secepat kilat, berharap satpam tua itu tak kuat mengejarnya. Harapannya tidak terkabul, di belakangnya tampak beberapa pemuda mengejarnya.
(A Guitar – Putri Melati Dewi/sumber Story Magazine/3/2009)
Aksi dalam paragraf di atas terlihat dari sosok David yang berlari, dikejar oleh pemuda-pemuda yang mengira dirinya pencuri.
3. Memberikan Garis Besar Cerita
Pembaca bisa mengidentifikasi garis besar cerita hanya dengan membaca paragraf pertama.
Namun hati-hati menggunakan jenis pembukaaan ini. Menampilkan seluruh garis besar cerita sama saja menyuruh pembaca pergi. Karena itu, jenis pembukaan ini sengaja menahan informasi penting mengenai motif karakter (alasan mengapa kisah terjadi).Contoh :
Aku tak pernah mengenal orangtua kandungku. Menurut cerita yang kuragukan kebenarannya, aku ditinggalkan begitu saja di depan pintu panti asuhan Kasih Untuk Anakku.
(Percakapan dengan Bunda – Tina K/Sumber Story Magazine/3/2009)
Paragraf di atas langsung pada garis besar yang diceritakan dalam cerpe, mengenai si 'aku' yang bukanlah anak kandung dari orangtuanya saat ini.
4. Mengisyaratkan Bahaya (Ketegangan)
Pembukaan ini memberi pertanda kepada pembaca tentang bahaya yang menghampiri karakter – Manusia menyukai ketegangan, sebenarnya.
Contoh : (Orionara nggak punya contoh jadi comot dari sumbernya langsung ^^v)
Di tengah rimbunnya pepohonan dalam sebuah hutan lebat di belah timur tebing Pegunungan Carpathian, seorang pria berdiri tegap mengawasi sekelilingnya. Saat itu musim dingin, dan ia tampak seolah sedang menunggu monster hutan datang menghampirinya, dalam jangkauan pandangannya, agar kemudian dapat ia bidik dengan senapan berburunya.
(The Interlopers – Saki)
Saki mengirim pertanda bahaya melalui :
– Karakterisasi ; ....berdiri tegap mengawasi sekelilingnya...dan ..tampak seolah menunggu monster hutan.
– Latar ; ...Pegunungan, tebing, hutan lebat, musim dingin, dan...
– Peralatan untuk membunuh berupa.... senapan berburu.5. Menampilkan Lokasi/Suasana Cerita
Contoh :
Jam enam seperempat pagi di rumah Ella, suasananya ramai kacau. Di dapur, mamanya masak. Geleduk didihan minyaknya seperti riuh atap seng rumahnya ketika diserbu hujan tengah-tengah malam buta.
(Jurus Comblang no 1 – Sahid Salahuddin/Story Magazine/19/2011)
Contoh 2 :
Senja turun dalam iringan mendung dan rinai. Tak ada langit yang memerah. Tak ada mentari yang merambat gemulai di batas cakrawala. Bahkan, tak ada senyuman. Senja kali ini adalah senja yang risau. Penuh kabut, penuh tanya.
(Seusai Rinai – R. Yulia/Story Magazine/19/2011)
6. Selalu menampilkan karakter dalam paragraf pertama.
Adakalanya pembuka cerpen bisa berupa penampakan karakter utama dalam cerita, yang mana bertujuan untuk menarik minat pembaca pada sosok yang diterangkan.
Contoh :
Cuma Bebo sosok cowok Jawa tulen yang hari ini kayaknya paling cakep sesekolahan. Bayangin aja, potongan rambutnya yang ganjen, dengan jambul naik dikit, kayak artis-artis cowok di televisi yang biasa digandrungi. Belum lagi ditambah dengan scarf merah hati yang caem banget, bikin siapa pun cewek (bahkan juga cowok seperti dirinya?) gemetaran bukan kepalang.
(Scarf si Klepto – Satmoko Budi Santoso/Story Magazine/8/2010)
-Orionara-
sumber : http://indonovel.com/cara-menulis-pembukaan-cerpen/
![](https://img.wattpad.com/cover/79768078-288-k371689.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serba-Serbi Kepenulisan
DiversosDikumpulkan dari diskusi Komunitas Novel Online Indonesia. Semua hal menyangkut kepenulisan.