Serba-Serbi Kepenulisan

Review: Menyenangkan Pembaca atau?

Untuk yang suka memberi review, berikut masukan dari memberdeul Komunitas Novel Online Indonesia:

Eva Sri Rahayu 

Saya sangat menghargai review pembaca, karena orang yang mau susah-susah nge-review berarti mengapresiasi karya penulis. Lepas dari review-nya jelek atau bagus. Biasanya reviewer (kalau bukan memang pekerjaan) hanya akan mereview karya-karya yang masuk di hati, baik itu bikin dia jengkel atau membuat dia happy. Cuman satu yang enggak saya suka, kalau review-nya spoiler abis. Misalnya memuat sinopsis dari awal sampai akhir. Atau menyebutkan bagian yang berusaha disembunyikan penulis. 

Sebagai orang yang sering membuat review buku, saya tahu betul, membuat review itu sangat tidak mudah Biasanya kalau ada yang minta bukunya saya review, saya minta orangnya membaca review-review saya dulu di blog. Apa berkenan dengan gaya review saya, atau tidak. Karena saya ingin membedah buku secara jujur. Terus terang, saya berusaha sebisa mungkin menyeimbangkan pujian dan masukan. Tapi kalau karyanya memang sudah bagus dan mengena di hati, sudah pasti saya akan menuliskan secara jujur pujian yang banyak. 

Bagaimana menghadapi kritikan dan review buruk? Saya termasuk yang hobi berselancar di Goodreads. Dan selalu senang bila mendapat apresiasi di sana. Beberapa pembaca memberikan kritik tajam. Bahkan ada yang jadi kapok baca kumcer karena cerpen saya. Novel saya pun tak luput dari review jelek. Namun, saya tetap mengucapkan terima kasih atas apresiasi mereka. Kalau memang ada kesalahpahaman, misal pembaca luput membaca satu penjelasan, biasanya saya sampaikan. Tapi lainnya biarkan saja. Karena seringkali saya meresa masukan dan kritikan mereka sangat berharga. Dan percayalah, ketika kita menerima kritikan dan menyampaikan terima kasih pada reviewer pedas, mereka akan menghargai kita dan malah menyemangati untuk terus berkarya lebih baik. Maka saat mendapat review buruk, jangan sampai kita menyalahkan pembaca apalagi editor.

***

Aydahana 

Aku mungkin termasuk pengarang payah yang tidak suka dapat review berbahasa pedas berlevel tinggi. Tapi bukan berarti aku penulis yang hanya mau menerima review cantik doang. Aku suka direview dengan bahasa santun, katakan dimana salahnya, benarkan mana yang menurutmu salah. Tapi jangan pake bahasa preman pasar saat mengutarakannya. Mengingat beberapa kali hubunganku dengan beberapa teman yang minta review dariku justru jadi renggang. Aku tidak lagi mereview karya orang, kalo toh harus, aku hanya mengutarakan yang manis tanpa membahas yang pahit lagi, semua demi menjaga hubungan baik, karena aku gak suka dianggap keminter karena pada dasarnya aku gak pinter. Tetapi saat membaca, misalnya halaman 1 sudah gak enak baca, aku stop aja. Halaman 5 kok jadi gak asyik, kututup aja atau novel banyak kesalahan, ya sudah aku coret-coret aja tapi aku tidak akan memberitahukan ke penulisnya juga tidak memberitahukan ke orang lain, cukup menjadi pelajaran untukku sendiri.

***

Amanda Linhan

Menurutku, review itu isinya harus seimbang antara kritikan dan pujian. Kalau cuma pujian aja, rasanya nggak masuk akal, seakan-akan karyanya perfect gitu, padahal nggak ada karya yang sempurna. Kalau isinya kritikan aja, itu juga kurang bagus sih, karena ya kesannya karya itu jeleknya kebangetan gitu. Selain seimbang, penyampaian review juga harus tidak menggunakan kata-kata kasar, dan juga tidak dengan kalimat yang menjatuhkan semangat penulis untuk menulis. Udah pernah dapat pengalaman dituduh KKN, dan itu nggak enak banget. 

Meskipun menjadi penulis harus menerima risiko, yang salah satunya adalah menerima kritikan, seorang penulis kan tetap manusia gitu. Jadi, yah, jika apa yang ingin dikatakan berpotensi untuk menjatuhkan, lebih baik jangan dikatakan. Pada intinya, menurutku, review yang baik merupakan review yang berisi kritikan yang membangun. Disampaikan dengan cara yang baik, entah itu lisan atau tulisan. Akan jauh lebih baik lagi jika diberi kalimat penyemangat juga, supaya penulisnya semakin bersemangat untuk terus menulis