Episode 37 (So Happy)

215 29 11
                                    

Kita mulai yah...





"Jadi ini hadiah ulang tahunku darimu?"

Orang tersebut menggeleng sambil menyeringai. "Bukan juga."

"Malahan ini baru perkenalan." Lanjutnya.

"Ya Tuhan, Varun. Sampai kapan kau akan menunjukkan nya?"

Varun hanya terkekeh.

"Baiklah aku akan memulainya."

"Aku ingin bertanya satu hal kepadamu." Lanjutnya.

"Katakan saja."

Varun terdiam sambil tersenyum menatap pemandangan didepannya.

"Tempat apa yang ingin sekali kau kunjungi? Misalkan seperti negara, kota, tempat wisata, dan lain-lain."

Alia memanyunkan bibirnya sambil berfikir sesuatu. Lalu dia tersenyum. "Aku ingin sekali pergi ke tempat yang bersalju." Ucapnya begitu antusias.

"Benarkah? Bagaimana Kashmir?"

"Iyah, minimal tempat tersebut yang aku kunjungi. Jika ada kesempatan, aku ingin sekali ke Switzerland."

Varun tersenyum. "Kenapa tidak?"

Alia berdeham panjang. "Entahlah, aku merasa, urusan ku masih banyak yang harus dilakukan. Jika aku punya uang yang cukup dan waktu luang, aku akan pergi ke sana."

"Dan... Oh iya, akhir kuliah, aku berencana melakukan observasi ke Manali atau tidak Kashmir. Kota itu menurutku sangat damai, aku ingin sekali ke sana. Selain itu, peradaban islam nya juga banyak sekali, mayoritas penduduknya juga muslim."

"Benarkah? Sepertinya kamu berminat mempelajari sejarah tersebut."

"Sangat! Kau menunjukkan tempat seperti ini juga sudah membuatku senang. Aku sangat menyukai alam."

"Oke cukup cukup. Padahal aku hanya mengatakan tempatnya saja."

"Ishh ishh, aku hanya ingin bercerita."

"Baiklah dear."

Mereka terkekeh bersama, lalu raut wajah Alia berubah menjadi murung lagi.

"Varun..."

"Oh ya Alia..." Ucap mereka bersamaan.

Keduanya saling tersenyum dan memalingkan pandangan ke arah lain.

"Baiklah kau dulu saja." Ucap Alia.

"Hmm... Bukan apa apa sih. Aku hanya ingin bilang, kita akan pergi ke sana bersama-sama." Kata Varun.

Alia tersentak, lalu tersenyum dengan pernyataan Varun itu. "Aku tidak mengerti." Alia terkekeh.

Raut wajah Varun menjadi serius namun lembut.

"Benar, aku tidak bohong." Varun berdeham. "Mungkin, aku bukan laki-laki seperti Siddharth yang secara terang-terangan menyatakan perasaan didepan umum, atau laki-laki yang peka dengan apa kemauan wanitanya. Aku tidak pandai dalam percintaan, aku juga belum pernah merasakan ini sebelumnya." Ucap Varun, dia menatap ke depan, sambil tersenyum.

This Is VARUN [𝙇𝙚𝙣𝙜𝙠𝙖𝙥] √ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang