Episode 23 (Bimbang)

187 32 6
                                    

Vote and comment adalah sesuatu yang kami harapkan. Terima kasih sebelumnya 😀




Semerbak aroma bunga yang segar memenuhi area ini. Kiri dan kanan siapapun menyediakan bunga tersebut. Tidak hanya itu, beberapa alat atau sesembahan banyak di jual disini. Yah karena area ini memerlukan hal tersebut untuk memenuhi peribadatan nya.

Seorang gadis berbalut saree sederhana, wajah yang sayu, kedua kantung mata yang tebal, dan hidung yang sedikit memerah, tengah menginjakkan kakinya disebuah tempat yang menurut mereka suci.

Ia memberikan sesembahan tadi kepada seorang brahmana yang berada tepat di depan sana. Ia tersenyum paksa padanya, lalu menatap sesuatu didepannya dan melakukan ritual peribadatan yang memang seharusnya.

Ia tersungkur di bawah, dan masih menatap lekat di depannya. Sambil merekatkan kedua tangannya, memohon sesuatu dan berdoa padanya.

Alia menangis, dia ingin semuanya pulih. Dia sampai saat ini selalu menyesal merasa bersalah. Fikirnya semua ini adalah kesalahan dan dosanya. Alia tidak tahan menahan rasa sakit di hatinya jika mengingat kejadian beberapa hari yang lalu dan juga melihat seorang pria yang sekarang masih terbaring lemah di ranjang.

Dia memohon, memohon ampun. Iyah... Semoga semuanya cepat pulih, secepatnya. Ia merindukan Varun.

"Nona, tidak perlu di sesali, semua itu takdir Tuhan. Ambillah ini, ibadahmu sangat khusyuk, semoga Tuhan mengabulkan doa mu." Ucap seorang brahmana tadi.

Alia tersenyum paksa, lalu merekatkan kedua tangannya tanda menghormati kehadiran orang tersebut.

"Diberkatilah nak."

Alia berbalik kembali menuju keluar. Ia menatap ke sekeliling nya. Hari ini, di kuil ini begitu ramai, sepertinya ada upacara penting. Alia tidak begitu memperdulikan hal tersebut, ia kembali berjalan keluar.

Sementara itu, di lain sisi tidak jauh dari tempat tersebut. Seorang gadis Pakistan tengah berdoa khusyuk juga kepada Tuhannya, dengan mengenakan hijab yang menutupi auratnya. Dia begitu khusyuk, hingga mengeluarkan air matanya. Yang ia inginkan sekarang, agar saudara laki-laki tirinya semoga cepat pulih. Ia merindukan sosoknya, sosok yang penyemangat dan juga bijaksana. Ia juga ingin secepatnya membantu kakaknya yang melewati masa sulit di sini pada hari-hari sebelumnya.

Shraddha menangis hening. Ia membuka kedua matanya, dan masih mengangkat kedua tangannya, berdoa kepada Tuhan nya. Lalu ia mengusap wajahnya. Shraddha menghela nafas sambil tersenyum tenang. Yang hanya bisa ia lakukan adalah berusaha dan ikhtiar, dia serahkan semuanya kepada Tuhan, biarkan ia yang mengatur.

Shraddha bangkit dari tempat nya lalu dia berjalan lesu ke arah luar musholah ini. Di lain sisi, seseorang yang teramat berarti juga hadir di tempat ini. Bahkan mereka sempat berlawanan arah. Namun Tuhan masih mengatur rencana ini semua. Shraddha tidak menyadari apapun bahwa orang yang ia cari berada disini tanpa penutup rahasia. Dan begitu juga orang tersebut, Chandni.

Shraddha mengernyit melihat seseorang yang ia kenali berada tidak jauh dari tempatnya, ia berjalan menghampiri nya.

"Alia, sejak kapan ada disini?" Tanya Shraddha.

Alia menoleh lalu tersenyum antusias. "Ehhh, kamu sendiri juga. Sama siapa ke sini? Tau jalan?" Tanya Alia.

"Aku bersama Adit tadinya. Tapi dia langsung pergi kerunah sakit karena Ranbir menelponnya."

This Is VARUN [𝙇𝙚𝙣𝙜𝙠𝙖𝙥] √ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang