[Season 2] Episode 53 ~ Dirinya

90 19 10
                                    

Seorang wanita tengah sibuk membaca semua berkas di ruang kerjanya. Dia begitu pusing dengan semua berkas ini. Begitu banyak istilah obat dan penyakit yang harus dia pelajari. Apalagi sekarang adalah semester akhir yang akan dia lalui, dan pastinya membuat dirinya semakin sibuk belajar.

Ditambah sebuah acara yang membuat dirinya semakin sibuk. Bahkan jam makan siang telah ia lalui karena harus belajar untuk ujian akhir. Sekarang dirinya tengah melakukan magang atau pelatihan di salah satu rumah sakit dekat perbatasan India-Pakistan di kota Lahore. Sebenarnya dia tidak ingin magang disini, karena jaraknya begitu jauh. Tetapi dia berusaha menerimanya, lagi pula hanya magang bukan bekerja.

Suara panggilan telepon memecahkan keseriusan wanita ini.

"Ahh!! Siapa lagi yang menelepon! Aku sedang belajar!"

"Halo!" Ucapnya malas.

"Alia, kapan kau kembali?"

Wanita itu adalah Alia. Setelah mendengar suara tersebut, Alia menegakkan tubuhnya.

"Ahh... Aku juga tidak tau, disini aku masih sibuk magang." Alia yang tadinya malas berbicara, akhirnya begitu kikuk setelah tau siapa yang menelepon.

"Kita harus membeli cincin pertunangannya. Bagaimana bisa aku tau ukuran jarimu."

Alia tertawa hambar. "Ahaha... Eh iya ya, haha..."

"Kapan?"

"Besok."

Orang yang menelepon nya terkekeh kecil. "Besok terus... Baiklah aku akan ke Pakistan besok, kita akan membelinya di sana."

Alia membelalakkan matanya. "Ehh jangan!! Gak perlu repot-repot. Soalnya... Disini aku masih sibuk."

Terdengar suara pria itu menghela nafasnya. "Alia, aku tau kau tidak menginginkan ini. Aku mengerti perasaan mu, hanya saja kedua orang tua kita yang selalu memaksaku untuk segera membeli keperluan nanti."

Alia terdiam, bahkan begitu lama.

"Aku harus ke tempatmu besok. Kita akan mencarinya di sana saja jika kau begitu sibuk."

"Baiklah, terserah kau saja." Ucap Alia.

"Maaf mengganggumu bekerja. Lanjutkan pekerjaan mu."

"Iyah."

"Sampai nanti."

Panggilan pun ditutup oleh Alia. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi, lalu menghela nafasnya sejenak. Sebentar lagi dia harus melangsungkan pertunangan, dan perjodohan ini bukan Alia yang menginginkannya. Tetapi kedua orang tua dari kedua belah pihak. Ibunya selalu memaksanya untuk segera menikah, dan melupakan... keberadaan Varun.

"Alia, kepala bagian memanggilmu."

Alia menoleh ke temannya lalu mengangguk pelan, sejenak dia menatap sebuah bingkai poto, yang ia letakkan di meja kerjanya.

*****

"Alia, kerjamu begitu bagus. Bahkan sangat jarang murid magang seperti mu. Aku ingin menjadikanmu untuk tetap bekerja dirumah sakit ini. Bagaimana menurutmu? Itu terserah kau saja."

"Tapi pak, beberapa hari lagi saya juga harus izin, karena saya akan tunangan."

Pria tersebut tersenyum. "Wahh benarkah? Selamat untuk dirimu. Kenapa kau mengkhawatirkan nya? Kau bisa izin."

Alia begitu bingung, dia memang sangat senang bisa dikasih kepercayaan untuk bekerja lebih cepat disini. Tetapi di lain sisi ada urusan yang harus dilakukannya di rumah. Tetapi setelah ia pikirkan lagi, kenapa dia harus menolaknya. Bukanlah lebih bagus jika dia menjadi sibuk?

This Is VARUN [𝙇𝙚𝙣𝙜𝙠𝙖𝙥] √ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang