EPILOG

112 13 3
                                    

Cinta dalam kehidupan adalah sesuatu yang berarti bagi seseorang. Jika hidup tidak memiliki cinta, maka hidupnya pun tidak akan berarti.

Mendapatkan cinta sejati itu tidak semudah menggerakkan jari jemarimu. Tidak ada yang bisa menyangka jika di masa depan ia akan mendapatkan kebahagiaan dari cinta sejati atau tidak memperoleh nya.

Menghabiskan seluruh hidup ini, untuk bahagia bersama laki-laki yang ia cintai. Tak mengerti bagaimana semua ini bisa terjadi. Tapi ia selalu memohon, jangan pisahkan lagi, itu yang selalu ia ucapkan.

Tuhan begitu baik memberikan semua ini kepada wanita yang tengah duduk di kursi taman sambil mengelus perutnya yang terlihat membesar. Ia tampak berseri setiap harinya. Menikmati hari-hari di rumah besar, taman yang asri, dan disayangi oleh mertua nya, serta tak lupa dicintai oleh suaminya.

Semenjak kabar tersebut, suaminya itu bersikap sangat posesif pada istrinya. Dia sangat menjaga wanita itu. Sedikit pun ia tidak rela jika istrinya terluka. Ia sungguh menjaganya dengan sebaik mungkin.

"Ma!! Mama."

"Mamah mu di halaman belakang, Zafar."

Bocah yang sudah berumur 7 tahun itu pun berlari ke halaman belakang untuk menghampiri ibunya.

"Ada apa, Zafar."

Wajah Zafar terlihat tidak bersemangat, dia duduk bersimpuh di depan ibunya. Bukannya menjawab dia malah menyandarkan kepalanya di perut ibunya. Lalu senyumannya mengembang. Tiap kali anak itu merasa lesu, hal yang menjadi kebahagiaan nya adalah calon adik yang masih di perut ibu tiri nya.

"Ma, kapan adikku keluar."

Ibunya terkekeh dan mengusap wajah anaknya.

"Kenapa kamu tidak sabar sekali, Zafar?"

"Aku merasa bosan di rumah, tidak punya teman."

"Bukankah ibu, nenek, dan buyut sudah memperbolehkan mu bermain keluar?"

"Aku lebih senang bermain di dalam rumah."

Ibunya terkekeh dan menggeleng pelan. Walaupun fasilitas memadai, tanpa teman tetap saja tidak lengkap. Ia juga ingin cepat-cepat melihat kehadiran si kecil di perutnya. Sudah satu tahun 5 bulan ia menikah dengan Varun, dan sudah 7 bulan ia mengandung. Maka dari itu, hampir setahun kedua pasangan ini menunggu kehadiran buah hati. Namun Tuhan belum memberikannya.

Dan sekarang, Alia tengah mengandung anak itu. Varun pun semakin posesif padanya. Alia tidak boleh memasak, bekerja, keluar wilayah rumah, dan melakukan aktivitas berat. Hal itu menjadikan Alia merasa bosan.

Beruntung Varun masih memperbolehkan ia mengunjungi proyek rumah sakit yang tengah mereka bangun.

Benar, setelah kejadian Alia keluar dari rumah sakit Mumbai. Ia tidak bekerja selama 6 bulan. Hal itu juga yang membuat Alia banyak pikiran, dia merasa sia-sia dengan pendidikan nya. Walaupun mendapatkan suami yang berkecukupan, tetap saja ia tidak ingin bergantung pada suaminya.

Dan setelah 6 bulan itu, keluarga Khan merundingkan sebuah proyek baru. Mereka akan membangun rumah sakit yang akan dipimpin oleh Alia sendiri. Rumah sakit tersebut pun dimiliki oleh keluarga Khan sendiri. Sekaligus menambah usaha di keluarga ini.

Alia membawa keberuntungan di sini. Ia membawa inovasi baru untuk perusahan Khan. Namun, Alia juga meminta untuk menambahkan keluarga Balan sebagai investasi.

Rumah sakit tersebut terletak tepat di perbatasan India-Pakistan. Dan pembangunan nya sudah 80%. Alia senang, ia memiliki rumah sakit yang ia impikan selama ini. Dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengelola dengan baik rumah sakit tersebut.

This Is VARUN [𝙇𝙚𝙣𝙜𝙠𝙖𝙥] √ #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang