Sudah satu minggu Lexsa di perbolehkan pulang dari rumah sakit momynya itu, sekarang Lexsa sudah mulai sekolah lagi menjalani masa-masa SMA nya yang jauh dari kata menyenangkan. Dia harus sabar menunggu satu tahun lagi, iya satu tahun lagi, dia harus sabar menunggu saat saat itu tiba.
Kalau kalian bertanya dimana dia tinggal sekarang, tentu saja dia masih tinggal di rumah orang tuanya. Dia tidak ingin kalau Alex kakaknya yang sampai hari ini belum sadarkan diri itu di gunakan untuk mengancamnya.
"hy mau pulang bareng" Lexsa menatap Bella di sampingnya, yang sedang menunggu Reno menjemputnya. Sungguh bahagia sahabatnya itu, kak Reno masih akan disini sampai bulan depan. Dia akan kuliah dinegara yang sama dengan sahabatnya atau mungkin tidak, dia akan memikirkannya lagi pula masih ada satu bulan lagi sebelum dia bersiap-siap pergi
" aku akan dijemput sopir" balas Lexsa sambil tersenyum tipis. Sebenarnya dia malas kalau harus pergi dengan sopir, tapi ini keinginan dadynya. Dia sudah biasa disopiri oleh ale kakaknya dan sekarang lelaki itu tidak ada bersamanya, menyedihhkan.
Tiiiiiii
Lexsa menatap sebuat mobil yang berhenti di depan mereka. Itu Reno dia cukup mengenal mobil ferrary putih ini. Mobil yang selalu di pakai Reno Aldiansyah, bahkan saat mereka masih berada dalam Dead Roud. Tempat yang sering dikunjungi kakak nakalnya itu
"baiklah, kalau begitu aku duluan" Bella mulai beranjak pergi dari taman sekolahnya. Walaupun dia ingin lebih lama lagi disini, tapi sepertinya. Memang dia tidak bisa berbuat banyak. Lagi pula dia tahu sudah ada beberapa orang di perintahkan om Robect untuk menjaga Lexsa, dia bisa melihat itu.
"akhirnya sendiri lagi' gumam Lexsa saat melihat sekelilingnya yang mulai sepi, sekolah ini tidak seramai dulu, atau mungkin ini efek dari kepergian Alex. Sekarang tidak ada lagi yang namanya cabe atau nenek lampir yang sering mengganggunya itu . dia pun tidak tahu kemana perginya wanita itu.
Semuanya seolah menghilang begitu saja,
"kau tidak sendiri cantik" Lexsa telonjak kaget, dengan cepat Lexsa mengalihkan pandangannya.
"Beny" ucap Lexsa layaknya gumaman
"kau masih mengingatku padahal kita sudah lama tidak bertemu" ucap Beny sambil tersenyum misterius
"untuk apa kau kemari' Lexsa menatap tidak suka, sepertinya dia salahh dengan mengatakan sekolahnya kini sudak menjadi terlalu damai. Pengganggu ini masih di dekatnya ternyata
"aku ingin menyapamu" Beny menatap Lexsa penuh keyakinan, walaupun dia ingin menghancurkan lelaki yang selalu bersama gadis ini. Tapi dia sudah terlalu jauh jatuh dalam pesona Alexsa Wilshon. Sehingga menjadikannya terlalu terobsesi dengan gadis ini
"aku tidak butuh sapaan mu itu , kau boleh pergi' Lexsa berusaha mengusir beny di dekatnya,, beberapa orang yang sedari mengawasi Lexsa mulai mendekat ke arah Lexsa walaupun masih tidak nampak mencolok
"aku tahu kau kesepian, lagi pula tidak masalah bukan kalau aku menjadi teman mu" Beny berusaha tersenyyum manis, walaupun dia tahu tatapan tajam Lexsa itu tidak bisa membuatnya tampil tenang
"sayang nya aku tidak ingin menambah teman" Tolak Lexsa lagi dan lagi, Beny manatap miris, bahkan dari pertama kali mereka bertemu gadis ini selalu menolaknya.
"hahaha. Kau masih belum berubah Lexsa" Lexsa menata kesal, tawa lelaki ini selalu terdengar menyebalkan ditelinganya.
"baik lah, mungkin memang kita berteman dengan cara yang berbeda" Lexsa menatap takut, tatapan lelaki inii seperti ingin membunuhnya
"mungkin aku akan membantumu mengingat semuanya" lagi lagi dan lagi, Lexsa rasanya pernah melihat tatapan mengerikan ini, tapi siapa. Entahlah
"nona" Akhirnya Lexsa bisa bernafas lega saat seseorang berjas hitam datang menghampirinya.
"saya ditugaskan untuk menjemput anda" Lexsa hanya menggangguk. Lalu segera pergi dari sana meninggalkan Beny yang masih menatap nya tajam
"pengawal bodoh" gumam Beny, saat melihat beberapa orang yang sedari tadi mengawasi mereka mulai menjauh
"sampai bertemu lagi Princes" ucap lelaki itu yang mulai melangkah pergi dari sana. Meninggalkan semua kenanngan di tempat dimana dia melewati masa SMA nya itu. beny menatap gedung mewah yang berdiri kokoh di depannya. Sekolah ini masih berdiri kokoh bahkan dengan semua masalah yang terjadi di dalamnya.
Jauh dari jangkauan semua orang yang sedang menunggu nyay kembali, Alex masih setia tertidur diatas ranjang rawatnya, Jacky yang ditugaskan selalu berada di sisi tuan mudanya ini. Terkadang mencoba mengajak tuan mudanya ini berbicara walaupun dia tahu itu hanya sia sia saja.
"kapan kau akan sadar tuan muda" ucap Jacky pelan
"kau tahu rasanya bosan sehari saja tidak menerima perintah dari mu' Jacky terkikik kecil menertawakan kebodohannya. Mungkin kalau Alex sadar pasti dia akan ditertawakan.
"cepat lah sadar, Beny sudah mulai bergerak,nona dalam bahaya. Tuan harus menepati janji tuan' gumam Jacky lagi. Tapi kali ini lebih serius.
"dia tidak akan bangun secepat itu. jack" Jacky memutar matanya. Sepupu tuan mudanya itu selalu datang saat dia sedang mengobrol dengan tuannya
"karena itu, aku ingin dia bangun" lagi dan lagi. Jacky menjawab dengan jawban yang sama.
"sudah lah. Lagi pula dia amnesia. Apa yang bisa di lakukannya saat dia sadar nanti" balas ken terdengar miris, melihat nasib sepupu nakalnya itu.
Lelaki yang biasanya menemaninya dalam misi bahaya nya kini terbaring lemah tak sadarkan diri. Dengan diagnosa amnesia sementara. Menyedihkan..
"dia pasti ingat siapa yang harus dia lindungi" balas Jacky, dia sudah tahu bagaimana hubungan tuan mudanya dan nona muda. Bagaimana mungkin dia bisa di bohongi dengan semua gerak gerik tuan mudanya saat berada di dekat adiknya itu.
"BTW apa kau sudah makan" tanya ken berbasa basi, lagi pula dia yakin lelaki di depannya ini pasti belum makan apa-apa.
" kebetulan sekali, aku sudah membeli makanan untuk kita berdua" lanjut ken setelah mendapat gelengan kepala dari jack
" sebaiknya kau menjaga kesehatanmu. Atau Alex akan mengganti asistennya dengan orang lain yang lebih sehat nantinya" jack tertawa pelan. Dia sudah cukup lama mengenal sepupu tuannya ini. Ken tidak sekaku yang nampak dari luarnya. Paling tidak itu adalah penilaiannya dari dulu sampai sekarang
" selamat makan' ucap Ken sebelum akhirnya makanan itu masuk kedalam mulutnya, jack yang melihat itu juga melakukan hal yang sama, dia juga harus makan. Kalau besok tuan nya sudah sadar, dia harus terlihat sehat . dia tidak ingin tuan nya marah karena dia juga jatuh sakit. Jack tersenyum tipis, mengingat Alex pernah memarahinya karena terluka, saat melindungi tuannya itu. sejak saat itu dia berusaha membuat dirinya tidak akan terluka lagi.
AlEx Prov:
Dimana aku. Kenapa disini gelap sekali.
" sebaiknya kau menjaga kesehatanmu. Atau Alex akan mengganti asistennya dengan orang lain yang lebih sehat nantinya" samar-samar aku bisa mendengar suara itu it suara Ken. Siapa yang dia maksud dengan asisten , apa itu jack.apa mereka disini.'Ck!! aku tidak bertiat mengganti orang keercayaan ku dasar bodoh" aku mengumpat pellan . sambil memeriksa sisi kanan dan kiriku, mencari mereka. Tapi aku tidak melihat mereka
"HY. Siapa disana . " Aku berusaha berteriak sekencang kencangnya . tapi seakan ruangan ini kedap suara
"cepatlah kembali kak, aku kangen" samar samar aku bisa mendengar suara sedih seorang gadis
"Lexsa, sayang, aku disni. Sayang" tapi nihil mereka tidak ada disini. Sebenarnya diamna aku. Kenapa aku bahkan tidak bisa menemukan mereka.
"Akkkk" aku meringis pelan, rasa sakit di kepala ku semakin menjadi seolah memaksa ku untuk semakin berteriak semakin keras.
"aku ingin bertemu mereka' aku terus bergumam, berharap ada yang mendengarku, sakit di kepala ku semakin menjadi jadi. Sebenarnya apa yang terjadii. Kenapa kau tidak bisa mendengar suara momy dan dady, dimana mereka. Aku harus keluar dari ruangan ini, aku akan bertanya pada momy apa yang terjadi dengan kepala ku. Aku harus pergi.
"Akhh sakit" tiba-tiba tubuh ku ambruk begitu saja, aku harus cepat pergi, kenapa rasa sakit ini tidak bisa berkompromi dengannya., kalau seperti ini dia akan lebih lama lagi berada disini.
'CK SIALL"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Brother (END)
RomanceAlexsa Willson. ----- "aku mencintaimu" ucap lelaki tampan ini, aku mencoba mencari kebohongan dimatanya, tapi hanya ada ketulusan disana. dia semakin dekat dengan ku, membelai pipi ku lembut seolah aku adalah porselen yang mudah pecah. aku me...