Hujan terus saja turun, membasahi setiap sisi tanah yang mulai mengering, apa mungkin hujan juga bisa membasahi hati yang sudah kering. Rasanya tidak
"hujannya terasa berbeda" gumam seorang lelaki sambil melihat keluar jendela . dia sedang menunggu seorang gadis keluar dari kamarnya.
"apa dia belum bangun juga" tanya nya pada seorang pelayang yang berlalu lalang
'belum tuan" Ken nama lelaki itu. mengganguk paham, dia juga tidak ingin mengganggu pagi sang putri yang baru saja kehilangan pangerannya.
"baiklah, siapkan sarapan unttuk nona kalian' perintah ken, kemudian berlalu pergi dari sana
Ken melangkah pelan, menuju kamar Alexsa di lantai dua. Ken menatap pintu kamar itu lama, biasanya dia kan selalu mendengar suara teriakanmarah atau pun suara tawa di dalam sana. Tapi sekarang rumah ini pun bagaikan kuburan, sepi.
"kamu sudah bangun" ken menatap lesa lama . gadis itu masih berdiri di depannya. Sambil menatap keluar kaca Balkon kamarnya.
"hujannya terasa sedih"ken menghela nafas kasar. Ini sudah satu bulan. Tapi lexsa bahkan belum bisa mengatasi semuanya
"apa kamu sering memolos" ken mulai bertanya , bukan tampa sebab dia kembali ke indonesia Carla memberitahukannya bagaimana sikap lexsa sekarang. Dan itu menghawatirkan
"ini hari minggu bagaimana bisa di sebut membolos" balas lexsa sambil menatap ken meyakinkan kalau dia tidak seburuk itu
"baiklah, sebaiknya kita pergi sarapan" Lexsa tersenyyum sebagai balasan. Sepertinya memang dia harus berubah menjadi lexsa yanng ceria lagi. Menjadi seperti ini hanya akan menyakitinya saja.
"bagaimana keadaannya" ken menatap lexsa lama, dia tahu. Seharusnya dia membawa lexsa menemui Alex segera. Bagaimanapun hanya itu caranya agar Alex bisa mengingat semuanya
"dia baik,. " bohong Ken . lexsa tersenyum tulus, dia hanya berharap apa yang di dengarnya adalah kenyataan.
"kapan dia mulai kuliyah, aku ingin melihat dia mewujudkan apa yang dia inginkan, aku tahu dia amnesia sekarang, tapi hati tidak akan pernah lupa apa yang diinginkannya"ken tahu betul apa maksud dari sepupunya ini
"tentu, dia kan kembali, pada saatnya nanti. Kamu harus memaafkan keterlambatannya" Lexsa tersenyum telus, di menunggu saat-saat itu. dia ingin berada di samping lelaki itu.
"selesaikan sekolahmu. Dan teaplah berada dalam pengawasan kami. Ini untuk kebaikanmu" lexsa mengangguk paham. Dia juga merasa tidak tenang setelah bertemu dengan beny di taman saat itu
" tetaplah berada di dekat Feby. Kekasih gilanya itu selalu mengawasi gadisnya. Itu akan membantu dari pada pengawal nya menyebar menjaga kalian" ken harus memastikan semuanya. Kear sudah mulai bergerak . walaupun lelaki gila itu tdak tahu pengaruhnya di alam bawah. Tapi tetap saja dia harus waspada, ini menyangkut nyawa sepupunya. Alexsa. Dan keluarga besarnya. Kalau mereka menyebarkan gabar-gambar itu kemedia itu akan menghancurkan perusahan mereka.
"sepertinya kami sudah mebuat kekacauan besar" ken menatap meyakinkan, kalau ini bukan salah Alexsa. Dia hanya korban disini
"tapi kenapa akku tidak diizinkan bawa mobil sendiri. Bahkan kak Alex selalu marah kalau aku nekat membawa sendiri. Padahal aku bisa " ken menghirup udara dengan kasar. Seolah pertanyaan itu akan menguras semua oksigen di sekitarnya
"karena kamu suka ceroboh kalau membawa mobil sendiri sayang" Alexsa menatap kesal, apa tidak ada jawaban yang lain
"aku tidak" tegas lexsa sambil meminum jus nya.
"kamu iya sayang' ken meletakkan sendok dan garpunya, sepertinya mereka keasikan berdebat. Sampai tidak sadar dengan sarapan mereka yang sudah habis
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Brother (END)
RomanceAlexsa Willson. ----- "aku mencintaimu" ucap lelaki tampan ini, aku mencoba mencari kebohongan dimatanya, tapi hanya ada ketulusan disana. dia semakin dekat dengan ku, membelai pipi ku lembut seolah aku adalah porselen yang mudah pecah. aku me...