(64) Penantian

3.6K 110 3
                                    

ok guys happy to read my story ya. jangan lupa vote dan komennya ya .

***&

***&

**&

Langkah kaki yang beradu dengan lantai terdengar nyaring, tapi entah kenapa tidak ada yang mau memperdulikan itu. rumah bernuansa putih di beberapa sudut dindingnya itu terkesan bagaikan rumah sakit sekarang. Tidak ada kehidupan hanya ada kesakitan disana.

Menyebalkan, sebenarnya. Sekaligus menyakitkan

"selamat pagi nona, tuan dan nyonya sudah menunggu anda di ruang makan" ucap seorang pelayan dirumah ya menghampiri Lexsa yang berjalan menuruni tangga.

Lexsa berjalan ketempat yang diberitahukan pelayannya, biasanya dia jarang menghabiskan sarapan pagi nya bersama orang tuanya. Tapi dua minggu ini kedua orang yang selalu sibuk dengan bisnis mereka seolah tidak punya kesibukan lain selain mengawasinya.

"pagi sayang. " sapa Momynya riang, seolah tak ada beban, apa wanita itu benar-benar tidak memiliki beban, Lexsa menatap penuh tanya.

"kamu berangkat bareng Momy ya, Dady kamu ada rapat pagi ini, dan kebetulan Momy mau kerumah sakit" terang Robecha saat Lexsa sudah melahap roti nya

"hn" balas Lexsa dingin, Robecha tersenyum miris, kini anaknya semakin jauh darinya. Mereka mulai membangun pembatas antara dia dan mereka.

"aku sudah selesai" Lexsa meminum susu nya cepat. Lagi pula dia ingin cepat pergi dari sini. Hari ini dia akan ke resto miliknya dan kakaknya. Selama kakaknya pergi sepertinya dia semakin rajin mengunjugi tempat itu. padahal dulu mereka sagat jarang berkunjung.

"habiskan dulu sarapannya sayang' ucap Robecha lembut, tapi hanya tatapan dingin nan tajam yang dia dapat dari putrinya itu.

Robecha menghela nafas lelah

"baiklah kita berangkat sekarang" lanjut Robecha sambil berpamitan pada Robech dan mulai menyusul Lexsa

Lexsa melangkah cepat menuju mobil Momynya. Hari ini Momynya sengaja memakai mobil sphotnya yang hanya untuk dua orang itu. karena selama kakaknya pergi, dia enggan duduk disamping Momy lagi. Bahkan untuk sekedar bertegur sapa pun dia malas. Entah kenapa dia sudah berubah menjadi pribadi yang sangat tertutup. Tapi dia tidak mempermasalah kan itu

"sayang hari ini kamu pulang jam berapa" tanya Robecha, tapi hanya gelengan kepala yang di terima dari putrinya. Robecha mendengus lelah, dia tidak bisa berbuat apa-apa, walaupun dia berusaha membujuk suaminya tapi rasa kecewa itu sepertinya susah untuk di hilangkan.

Lexsa menatap bosan kendaraan yang berlalu lalang di depannya . jalanan pagi ini begitu padat. Biasanya dia akan senang melewati kepadatan ini. Tapi kali ini suasana nya berbeda. Dia rindu dengan cara Alex mengemudi yang ugal ugalan  saat mereka hampir terlambat. Dan nantinya setelah tiba di sekolah dia akan memarahi kakaknya itu dan memaksa kakaknya pergi belanja dan memaksa kakaknya membayar semua belanjaanya. Kemudian mendengar keluhan kakaknya yang kesal karena uang jajannya habis. Rasanya saat-saat seperti itu sangat di rindukan. Dia rindu dengan lelaki nakalnya.

"aku pergi' Lexsa segera turun tanpa peduli dengan panggilan Robecha saat mereka sudah memasuki gerbang sekolah.

"maafkan Momy sayang' Robecha berucap sedih,, tapi sayangnya Lexsa tidak bisa mendengar itu. karena dia sudah berjalan jauh memasuki perkarangan sekolahnya.

Tak jauh dari tempat Robecha sempat menghentikan mobilnya, disana terdapat mobil mewah bewarna hitam dengan kaca di setiap jendela mobilnya juga bewarna hitam seolah sang pemilik mobil tidak ingin ada yang melihat aktifitasnya oleh orang luar

My Possesive Brother (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang