61

258 20 0
                                    

*Liam's POV*

"mengapa kau membantunya menyembunyikan hal itu dariku?" tanya Louis kepadaku ketika aku dan Louis sedang berbicara empat mata di malam hari.

"aku adalah anak tertua di sini, aku adalah kakak dari kau dan Alice. Jadi, aku harus tahu apa pun masalah kalian. Kalian adalah tanggung jawabku!" lanjut Louis.

"aku hanya kasihan padanya, Lou. Aku kasihan jika melihatnya terus-terusan dimarahi olehmu. Ia adalah perempuan, didiklah ia sebagaimana adik perempuan lainnya di luar sana. Ia adalah adikku dan adikmu. Tolong jangan terlalu keras padanya." jawabku pada Louis.

" jawabku pada Louis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ya, aku tahu itu. Aku tahu dia adalah perempuan, dan ia adalah adik kita berdua. Aku bukan bermaksud keras padanya, aku menerapkan hal ini untuk kebaikannya, untuk masa depannya, agar ia tidak sepertiku nantinya." ujar Louis kepadaku.

"lalu kau bilang apa tadi? Kau bilang aku terlalu keras mendidiknya?! Lihat lah kenyataan yang ada. Ia masih bisa melanggar aturan yang aku buat untuknya. Ia masih bisa melanggar didikanku yang kau bilang keras ini! Bagaimana jika aku mendidiknya lebih lemah dari pada ini? Mau jadi apa ia nanti?!" lanjut Louis kepadaku.

"dia itu tidak sama denganmu, Liam. Oleh sebab itu, aku memperlakukannya berbeda denganmu. Aku mendidiknya lebih keras darimu. Ia itu seorang gadis yang memiliki sifat 75% sama denganku dan 25% sama denganmu. Itu sebabnya aku mendidiknya lebih keras darimu. Jika ia bersifat 75% sama sepertimu, mungkin aku tidak akan seperti ini dengannya. Karena kemiripan sifat 75% denganku itu lah ia sering melanggar aturan yang telah aku buat, karena sesungguhnya aku adalah pelanggar aturan sejati, dan aku akan sangat marah jika aturanku dilanggar oleh orang lain." ujar Louis kepadaku.

"aku mengerti maksudmu, Louis. Kau mendidiknya seperti ini karena kau tidak ingin ia menjadi sepertimu nantinya. Tapi, bukan berarti kau juga harus mengatur pertemanannya. Menurutku, ia berhak berteman dengan siapa saja. Janganlah kita ikut campur dalam urusan pertemannanya juga." ujarku kepada Louis.

"jangan ikut campur, kau bilang?! Justru semua itu berawal dari pertemanan, Li! Lingkungan menjadi hal yang paling berpengaruh. Lihat lah aku. Jika pada waktu dulu aku tidak bertemu atau berkenalan dengan Ashton, Michael, Matt, atau Nash, aku tidak akan seperti ini, aku tidak akan tergabung dalam Doncaster Motorclub. Karena pengaruh teman-temanku itu lah, aku menjadi orang yang seperti ini. Suka berpesta, mabuk, merokok, dan sebagainya. Mereka itu kacau. Tak heran jika aku juga menjadi orang yang kacau." jelas Louis.

"tidak, Lou. Kau salah. Tidak semua teman-temanmu adalah orang yang kacau. Diantara teman-temanmu yang telah kau sebutkan tadi, atau anggota Doncaster Motorclub lainnya, hanya Ashton yang menurutku membawa pengaruh positif untukmu. Hanya Ashton yang berbeda dari teman-temanmu yang lain di Doncaster Motorclub. Ash adalah orang yang baik dan bijaksana." ujarku kepada Louis.

"lagi pula, bukankah selama ini Ashton adalah orang kepercayaanmu? Bukankah selama ini kau menjadikannya sebagai penasihat dirimu dikala kau sedang banyak masalah atau sedang merasa kacau? Kau juga bukan, yang telah memilih Ashton untuk terlibat dalam urusan mengawasi dan menjaga Alice? Apa kau lupa, siapa temanmu yang kau percayakan untuk mengawasi Alice saat berlibur ke Irlandia? Ashton, kan? Itu artinya, ia berbeda dengan teman-temanmu yang lain. Ia tidak sama dengan teman-temanmu yang kau bilang kacau, suka berpesta, dan mabuk-mabukan itu." jelasku kepada Louis.

My Protective Brothers 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang