100

393 16 10
                                    

Malam harinya, aku mengambil posisi duduk di samping Liam yang sedang menonton tv di ruang keluarga dan dengan sebuah buku yang terbuka di tangannya.

Tumben sekali Liam malam ini tidak berada di kamarnya. Biasanya ia berada di kamarnya, belajar dan belajar.

Wait! Sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk meminta izin kepada Liam menonton pertandingan sepak bola hari Sabtu nanti.

Gumamku dalam hati sambil melihat ke kanan dan ke kiri, memastikan bahwa Louis tidak keluar dari kamarnya.

"Li, hari Sabtu nanti aku boleh tidak, pergi menonton pertandingan sepak bola antara Holmes Chapel dengan Winchester University?" tanyaku kepada Liam membuka percakapan.

"apakah hari Sabtu nanti kampus kita juga akan bertanding?" tanya Liam.

"tidak, kampus kita akan bertanding hari Minggu nanti melawan Darlington University." jawabku

"boleh tidak aku menonton pertandingan sepak bola hari Sabtu nanti? Please..." tanyaku lagi kepada Liam sambil memohon.

"tidak boleh!" ujar Louis secara tiba-tiba dari arah kamar mengejutkanku.

Ah sial! Mengapa ia harus keluar dari dalam kamarnya saat momen seperti ini, sih?!

"kau tidak boleh menonton pertandingan itu! Kau hanya boleh menonton pertandingan di hari Minggu saja, saat Bradcaster melawan Darlington University! Selain itu tidak boleh! ujar Louis kepadaku.

"tapi Lou, aku ingin menonton pertandingan di hari Sabtu nanti. Aku ingin menyemangati temanku Niall saat berlaga di lapangan hijau!" ujarku.

"menyemangti Niall? Menyemangati Niall atau menyemangati Harry, huh?! Atau... menyemangati Aaron?!" ujar Louis sambil menyipitkan matanya ke arahku.

"ewh! Untuk apa aku menyemangati Aaron?! Tentu saja aku akan menyemangati teman-temanku yang berlaga di sana, Niall dan Harry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ewh! Untuk apa aku menyemangati Aaron?! Tentu saja aku akan menyemangati teman-temanku yang berlaga di sana, Niall dan Harry." ujarku.

"nah kan! Sudah terbukti kan, kalau kau sebenarnya hanya menjadikan Niall sebagai kedokmu saja dalam meminta izin kepada aku dan Liam. Padahal sebenarnya kau ingin menyemangati Harry! Iya, kan?! Sudah lah mengaku saja. Aku tahu apa yang ada dalam pikiranmu, gadis nakal! ujar Louis kepadaku.

"aku tidak bermaksud seperti itu! Niall dan Harry kan sama-sama temanku. Aku ingin menyemangati mereka berdua, Lou!"

"tidak! Pokoknya, sekali tidak, tetap tidak! Kau pikir aku tidak tahu apa yang ada di dalam otakmu, hah?! Kau pasti sudah merencanakan sesuatu, kan?! Listen, kau jangan coba-coba mengelabui aku! Aku sudah berkali-kali mengelabui orang, jadi kau tidak akan bisa mengelabui aku, Alice!"

"merencanakan apa? Aku tidak merencanakan apa-apa. Aku hanya ingin menonton pertandingan itu untuk menyemangati Niall dan Harry. Sungguh! I swear!"

"cukup!!! Hentikan!!!" ujar Liam dengan suara yang sangat keras memberhentikan percekcokan yang terjadi antara aku dan Louis.

"kalian berdua selalu saja bertengkar! Jangan buat aku semakin pusing mendengar suara percekcokan kalian seperti tadi! Sudah seminggu aku sedang pusing memikirkan solusi dari penelitianku bersama Professor Darren. Mendengar percekcokan kalian seperti tadi membuatku tambah pusing!" ujar Liam kepada aku dan Louis.

My Protective Brothers 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang