33

255 18 0
                                    

"ada apa kau menghubungiku, Li?" tanyaku kepada Liam di ujung video call.

"aku hanya ingin menghubungimu saja. Mendengar suara dan melihat wajah adik perempuanku yang cantik ini. Oh iya, bagaimana keadaan kau dan Louis di sana? Apakah kalian kesulitan untuk mendapatkan makan?" tanya Liam kepadaku.

"tidak, untuk urusan makan aku dan Louis bisa atasi itu dengan pergi ke restoran atau dengan mengorder makanan." jawabku kepada Liam.

"Li, kapan kau akan pulang?" tanyaku kepada Liam.

"I don't know. Kurasa aku akan berada si sini sekitar sepuluh hari." jawabnya kepadaku.

"tidak bisakah kau pulang lebih cepat lagi?" tanyaku kepada Liam.

"no. I can't dear. Memangnya kenapa?" tanya Liam kepadaku.

"aku tidak suka jika harus berdua bersama Louis di rumah dalam jangka waktu yang lama." keluhku kepada Liam.

"aku lebih suka berdua bersamamu di rumah daripada bersamanya." lanjutku.

"memangnya kenapa Louis? Bukankah sama saja antara ia dan diriku? Ia kakakmu, aku juga kakakmu." ujar Liam kepadaku.

"I know. Tapi, Louis terlalu protektif kepadaku. Bayangkan saja, aku ..." ujarku kepada Liam menceritakan apa yang terjadi denganku siang hari tadi saat aku ingin pergi hangout dengan teman-temanku.

"bukankah biasanya dia juga seperti itu padamu?" tanya Liam kepadaku.

"ya, memang. Tapi jika ada kau di rumah, Louis pasti menyuruhmu untuk mengantarku. Dan pasti tidak ada kejadian dimana aku diantar masuk ke dalam coffee shop oleh kakakku sendiri. Kau tahu, kejadian itu seperti dimana seorang ayah mengantarkan anaknya bersekolah, setelah itu sang ayah pergi lagi." keluhku kepada Liam.

"jika kemarin tidak ada Ele, mungkin aku juga tidak akan diizinkan untuk pergi." ujarku lagi kepada Liam.

"sudahlah, aku pergi tak akan lama. Aku hanya sepuluh hari di sini. Selama aku pergi, kau harus akur dan akrab dengan Louis. Sudah ya, aku akan pergi makan malam dengan temanku. Bye, sweetie. Love ya." ujar Liam sambil memutuskan sambungan telepon denganku.

...

Setelah berbincang-bincang dengan Liam via video call, aku mendengar suara dentingan piano di lantai dasar rumahku. Ya, siapa lagi jika bukan Louis Tomlinson yang memainkannya.

...

"kau sudah pulang?" tanyaku basa-basi padanya.

"yeah, seperti yang kau lihat." jawabnya sambil tetap fokus memainkan pianonya.

"apa Ele juga sudah pulang?"

"yes, she does." jawab Louis sambil menganggukkan kepalanya.

Tiba-tiba saja saat aku sedang mengambil minuman di dapur dan Louis sedang memainkan pianonya, aku dan Louis mendengar suara ketukan pintu dari arah pintu utama. Itu artinya, ada seseorang yang akan bertamu ke rumah ini.

"Alice, tolong kau bukakan pintunya. Aku akan ke kamar untuk berganti pakaian terlebih dahulu. Bajuku kotor sekali." ujar Louis kepadaku sambil bangkit dari kursi pianonya dan berjalan ke arah kamarnya untuk berganti pakaian.

Aku pun membukakan pintu untuk tamu tersebut.

...

"hi, sweetheart! How are you? Long time no see with you, my little girl!" ujar mom kepadaku begitu aku membukakan pintu untuknya.

Aku pun membalas pelukan mom yang memelukku sangat erat.

"I'm good thank you. How about you? How are ya mom?" tanyaku kepada mom.

My Protective Brothers 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang