Selamat membaca📖
Sebelum pulang kemarin, Vani sempat menghubungi Exel. Beruntung, Exel bersedia.
Flashback ON
Nanti si Jerry pasti bakalan cegat gue, gue harus lakuin sesuatu. Batin Vani.
Akhirnya, Vani menelepon salah satu kontak di handphonenya yaitu Exel.
"Halo..." sapa Vani
"Iya," balas si lawan bicara.
"Lo ada waktu gak, Xel? gue lagi butuh bantuan lo,"
"Gue lagi latihan sih, emangnya kenapa?"
"Please banget, Xel. Ini genting. Jemput gue di depan gerbang sekolah gue ya, gue perlu bantuan lo,"
"Oke," balasnya singkat
Tut.. tut.. tut..
Vani mematikan panggilannya dan kembali ke kelas.
Flashback Off
Setelah Pulang sekolah, Vani melihat Jerry mengejarnya. Vani berlari sekencang mungkin. Beruntung, Exel datang pada waktu yang tepat.
"Akhirnya lo datang, Xel," Vani terengah-engah mengatakannya.
"Udah, bicaranya nanti. Naik!" perintah Exel yang mengetahui Vani yang habis lari maraton.
Akhirnya Vani naik ke atas motor Exel. Ia duduk menyamping. Vani sempat melihat wajah Jerry. Namun, entahlah, Vani masih enggan untuk bertemu dengan Jerry. Untuk saat ini, biarlah Vani membiarkan wajah lelah itu menghampiri Jerry.
Maaf Jer, gue lagi butuh ketenangan. Jangan ganggu gue dulu. batin Vani.
***
Sekarang Vani dan Exel berada dalam perjalanan, pikiran Vani melayang-layang. Hingga akhirnya, Exel memberhentikan motornya."Kok berhenti, Xel?"
"Gue gak mau buat cewek yang gue bonceng sakit,"
"Maksud lo??" Vani semakin bingung.
"Nih, pakai," Exel menyerahkan jaket dari ia pakai pada Vani.
"Buat?"
"Buat lo, pakai dipinggang, biar lo bisa duduk nyaman, gak nyamping kaya tadi. Nanti lo bisa sakit pinggang,"
Vani malah tersenyum dengan mata. Kalian pasti tahu bukan?
Karena terlalu lama menunggu respons Vani, Exel melempar asal jaket itu. Tepat, jaket itu mengenai wajah Vani.
Vani jadi cemberut.
Baru aja tadi gue mau muji, ehh dianya bikin kesel. Gak jadi deh. Batin Vani.
"Pakai, biar gue lanjut,"
Vani masih berdiri di tempat.
"Oke, gue balik," Exel menggas motornya.
"Iya... iya.. gue pakai nih, makasih ya,"
"Nah gini kan lo gak sakit pinggang," seru Exel mulai menjalankan motornya.
Bilang aja lo mau modusan kalo duduk gak nyamping gini kan. Batin Vani
"Ke mana?" tanya Exel
"Ke mana aja, gue lagi bad mood,"
Exel tak membalas perkataan Vani, segera menjalankan motornya.
"Turun!" tegasnya setibanya di suatu tempat.
Vani pun turun dengan malas. Baru aja tadi lembut, sekarang kasar lagi. Batin Vani.
"Ini di mana?"
"Lo gak bisa baca?" tanyanya meremehkan.
"Ya kali, Xel. Gue lulus SD kok. Maksud gue ngapain ke sini?"
"Terserah gue," jawabnya tak acuh.
"Lo kok nyebelin banget, Xel? gue lagi bad mood loh,"
"Terus?" tanyanya semakin membuat Vani jengkel.
"Gak nyambung kalau ke sini, gue gak lagi lapar, tapi BAD MOOD!" kesal Vani akhirnya melihat dibawa ke Warung Tegal.
"Ayo!" Exel tak menggubris Vani, malah menarik tangan Vani ke dalam.
Kini mereka sudah duduk di salah satu meja. Vani cemberut.
"Jangan cemberut gitu, lo tambah jelek," Exel terkekeh dan Vani semakin cemberut.
"Lo makin ngerusak mood gue, Xel,"
"Gue gak tahu selera lo tapi, gue biasanya makan kalau lagi bad mood,"
Vani menaikkan alisnya tinggi-tinggi, pertanda semakin bingung.
"Makan bisa ngurangin bad mood,"
"Makanan kaya biasa 2 ya, Bu. Teh lemonnya juga 2, Bu," Exel memesan makanan dan minuman untuk mereka berdua.
Sambil menunggu pesanan selesai, mereka berdua bercakap-cakap.
"Di sini ada teh lemon?"
"Iya, lo pasti kaget kan? itu udah menu biasa di sini,"
"Tapi, kok bawa gue ke sini, Xel?"
"Ya gak apa-apa, tempatnya cocok,"
"Lo yakin?" tanya Vani takut menyinggung Exel.
"Iya, waktu gue banyak masalah biasanya gue makan di sini, makanan di sini enak banget. Gue suka ngantuk kalau udah makan di sini, setelah itu yaudah tidur. Setelah bangun, gue ngerasa masalah itu gak pernah datang," Jelas Exel panjang.
"Tumben lo ngomong panjang?"
"Gue ngomong seadanya. Kalau gue anggap perlu, ya gue ngomong," balasnya santai.
Vani hanya mangut-mangut. Setelahnya ia bertanya lagi.
"Xel, lo gak tanyai gue? kenapa gitu gue nyuruh lo jemput? sama mau minta tolong apa?"
"Ngapain?"
"Lo gak penasaran?"
"Lumayan,"
"Terus kenapa gak tanya?"
"Gue gak suka mengganggu Privasi orang. Kalau dia udah mau berbagi yaudah nanti pasti bakal dengan sendirinya cerita,"
"Kok gitu, Xel?"
"Gue bukan tipe cowok pemaksa, gue sangat ngehargai privasi,"
Tanpa sadar, Vani tersenyum lagi.
Astaga ya Tuhan, gimana gak meleleh ini hati kalau nemu yang ginian... ucap Vani dalam hati.
"Kenapa senyum-senyum? nih makan, udah selesai," Exel menyodorkan piring berisi nasi lemak, makanan pesanan biasa Exel.
Vani merasa kikuk, ia tak menyadari entah kapan pesanan itu datang. Akhirnya Vani mulai melihat pesanannya, karena sewaktu Exel memesan, dia tak tahu-menahu.
"Loh kok nasi lemak?" Vani tak terima.
"Gak usah takut gemuk, tuh minumnya kan teh lemon, bisa bakar lemak,"
Dia kok tahu apa yang mau gue bilang ya? apa dia cenayang atau bisa baca pikiran? bahaya ini. batin Vani berbisik.
"Gue gak cenayang atau bisa baca pikiran, itu ketebak dari raut wajah Lo,"
"Tuh kan, lo bener lagi, lo bisa baca pikiran gue?" kali Vani bertanya langsung.
"Engga sama sekali, udah makan!" Suruh Exel akhirnya. Ia mulai lapar dan sudah mulai memakan makanannya.
Akhirnya Vani mengikut dan memakan pesanan Exel.
TBC
Sabtu, 03 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh [Completed✔]
Jugendliteratur[Revisi 70 part] Diprivate acak demi keamanan, karena ada akun mirror. Follow kemudian re-login. Ini bukan sekadar cerita cinta anak remaja tapi, cerita fiksi berkombinasi dengan ilmu pengetahuan seputar Olimpiade dan pengetahuan lainnya. Bukan ceri...