Selamat Membaca 📖
"Huh!" Tasya menghela napas kasar. Saat ini, dia mengejar ketertinggalan materi ujian UAS dan UN. Selama pelatnas dan IGeO, Tasya tak masuk kelas. Oleh sebab itu, ia harus belajar materi yang tertinggal.
Sekarang ini sudah akhir Februari. Artinya, tinggal sebulan lagi waktu yang dimiliki siswa kelas dua belas akan melaksankan UN. Susah payah Tasya belajar, belum lagi latihan penggunaan komputer. UN tahun ini menggunakan computer based test sama seperti tahun lalu. Belum lagi, Tasya mengurus perguruan tinggi yang benar-benar ribet. Tasya benar-benar lelah.
"Sya, makan dulu ya, Nak? Kamu udah kurus sekarang," suruh Mamanya saat Tasya baru pulang sekolah di sore hari.
"Iya, Ma. Tasya ganti baju dulu," Tasya melangkahkan kakinya dengan berat. Bebannya semakin bertambah. Memang benar kata orang, tamat SMA bukan sebuah akhir, justru menjadi awal kita meniti kehidupan masa depan.
Setelah menukar pakaiannya, Tasya turun dengan langkah gontai. Tubuhnya semakin kurus dan rambutnya semakin panjang. Ia tak sempat lagi memperhatikan penampilannya.
"Kamu jangan over banget belajarnya, pikirkan kesehatanmu," Mama Tasya terus menasehati.
"Iya, Ma. Tapi, emang lagi banyak urusan. Tasya gak bisa menghindarinya, harus dikerjakan, Ma,"
"Yaudah kerjain, tapi jangan lupa makan," setelahnya Tasya hanya mengangguk tanda setuju.
***
"Papa udah pulang?" tanya Tasya yang melihat Papanya pulang lebih dulu darinya."Udah, Sayang, ayo makan. Mama udah masak banyak tuh," Tasya hanya mencuci tangan dan wajahnya, lalu menuju meja makan. Kali ini, mereka bisa makan siang bersama.
"Pa, Ma? menurut Papa-Mama, Tasya milih ke perguruan tinggi mana?" tanya Tasya di saat mereka makan bersama. Ini yang dinamakan meja makan dapat berubah menjadi meja curhat, bahkan meja hijau.
"Terserah kamu, Sayang. Dimana kamu nyamannya aja. Mama selalu dukung keputusan kamu," seru Mamanya memberikan keputusan pada Tasya.
"Kalau Papa maunya Kamu dapat yang terbaik, mau dalam negeri atau luar negeri, bebas. Dimana pun itu, pokoknya harus sesuai sama minatmu," seru Papanya sambil tersenyum.
Inilah lebihnya Mama dan Papanya Tasya. Mereka berdua tak pernah memaksakan dan selalu memberikan kebebasan pilihan pada anaknya. Mereka menganggap yang menjalankan itu Tasya, jadi Tasya sendirilah yang akan memilihnya.
Tasya menimbang-nimbang lagi, entah masuk ke perguruan tinggi mana nantinya?
Dalam negeri atau luar negeri ya? pikir Tasya dalam hati. Sebenarnya, ia ingin belajar ke luar negeri. Namun, ia kurang yakin akan diterima. Maka dari itu, Tasya juga mempersiapkan masuk perguruan tinggi dalam negeri juga. Belum lagi, saat berbincang-bincang dengan sahabatnya, Tasya mengetahui bahwa Aldo, Vani, Jerry dan Tomi hendak mendaftar masuk perguruan tinggi dalam negeri.
***
Pagi-pagi benar, Tasya sudah bangun. Ia bersiap-siap akan mengikuti UN hari ini. Kelas Tasya masuk dalam gelombang pertama dari tiga gelombang yang ada. Artinya, ia masuk pagi jam 07:30 WIB. Ia tak mau datang terlambat, sehingga ia mempercepat keberangkatannya.Sebelum berangkat, Tasya sempat mengecek handphonenya dan mengirim pesan singkat pada keempat sahabatnya.
Selamat ujian, Van. Semoga sukses dan hasilnya memuaskan! Semangat!
Send.
Tasya mengirim pesan singkat itu kepada Vani, Aldo, Jerry dan Tomi satu persatu.
Tak lupa, Tasya juga mengucapkannya untuk Deo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh [Completed✔]
Ficção Adolescente[Revisi 70 part] Diprivate acak demi keamanan, karena ada akun mirror. Follow kemudian re-login. Ini bukan sekadar cerita cinta anak remaja tapi, cerita fiksi berkombinasi dengan ilmu pengetahuan seputar Olimpiade dan pengetahuan lainnya. Bukan ceri...