42-Kakak Kelas

385 32 69
                                    

Selamat membaca📖

Pagi ini begitu cerah, dengan suara ayam berkokok, Vani bangun dari ranjangnya.

"Hoamm.. udah pagi aja, jam berapa ini?" ia melirik jam yang sudah menunjukkan jam 06:20 WIB.

Vani langsung berlari menuju kamar mandi. Ia telat bangun, padahal hari ini adalah hari pertamanya menginjakkan kaki di kelas XII.

"Aduh.. gimana ini? huh! gara-gara nonton drama Korea gue jadi telat," Vani meringis merutuki kesalahnnya.

Dengan mandi ala kadarnya, Vani bergegas ke sekolah. Ia tak sarapan dan hanya membawa sebuah buku kecil beserta pena.

Sewaktu ia hendak berangkat, ia sempat melihat Jerry membawa motor dengan kecepatan tinggi.

"Jer!! Jerry!" panggil Vani yang tak terdengar oleh Jerry. Ia hanya berlalu karena tak mendengar Vani.

"Bakalan telat beneran nih gue,"
Vani menunggu angkutan umum lewat, namun tak kunjung datang. Akhirnya ia memilih memesan Go-Okay. Hanya butuh 15 menit ia tiba di sekolah.

***
"Loh kak Vani kok baru sampai?" tanya Tania.

Omong-omong soal Tania, dia ini sekarang menjadi panitia MOS. Dan Vani beserta kawan-kawan sudah tidak diperbolehkan mengingat mereka akan UN tahun depan.

"Iya, gue telat bangun. Udah ramai?"

"Udah kak dan upacaranya udah di mulai,"

"Terus, lo kenapa gak masuk?"

"Jaga gerbang kak, jagain siswa yang telat,"

"Huh? berarti gue?" Vani bingung bercampur takut. Apa ia akan baris di barisan yang terlambat atau menunggu upacara selesai?

"Ehh Kak? kakak mau masuk?"

"Iya, kenapa?"

"Eh.. maaf.. kak, udah gak bisa masuk lagi. Kakak di luar aja ya?"

"Kenapa?"

"Aduh.. gimana jelasinnya. Gini kak, tadi Bu Aning udah bi--"

"Pokoknya gue mau masuk. Apa susahnya si lo biarin gue masuk? gue gak mau sembunyi di sini kaya pengecut,"

"Tapi kak, ada---"

"Udah ya, mending lo urusin tuh anak baru yang telat, lo gak usah mgurusin gue, gue ini kakak kelas lo, oke?"

Karena tak berani lagi, Tania diam. Bersama dengan kedua temannya Felix dan Andara ia mengkomando siswa yang terlambat.

"Lo kok bolehin kak Vani masuk sih?" tanya Felix

"Gue udah larang, dianya aja yang gak nurut,"

"Tapi di dalam kan ada tim supervisor, nanti kak Vani bakalan di jemur terus diomelin, gue yakin," ucap Andara

"Lo tau dari mana?" tanya Felix

"Kakak gue kan dulu sekolah di sini juga, dia cerita ke gue,"

Setelah perkataan itu, Tania tak lagi mendengar pembicaraan mereka. Fokusnya hanya pada Vani. Bagaimana nasibnya nanti? Seorang Stevania sang juara kelas bisa dihukum.

***
"Lo kenapa telat datang sih? kenapa juga lo tetap masuk, inikah hari pertama sekolah, pasti ada tim supervisor," Jerry terus berbicara pada Vani yang sedang pingsan.

Selesai upacara tadi, Vani benar-benar mendapat hukuman seperti yang dikatakan Andara. Ia baris di barisan tersendiri hingga jam pelajaran ketiga hendak di mulai.

"Hem.." Vani bergumam. Akhirnya ia sadar. Jerry yang kaget, langsung singgap. Ia mengambil air untuk Vani.

"Ni lo minum,"

"Makasih Jer,"

"Lo kenapa masuk tadi? lo lupa kalau ada tim pengawas di hari pertama sekolah?"

"Iya, gue lupa,"

"Van--"

"Apa? "

"Gue mau pergi dulu ya, sebaiknya lo istirahat dulu. Dari jam pertama sampai ketiga dimulai lo berdiri terus, jangan lupa makan bubur juga," Vani mengangguk lemah membalasnya.

***
"Bayu!"

"Iya, ada apa kak Jer?"

"Tadi siapa yang jaga gerbang?"

"Si Tania, kenapa kak?"

"Di mana dia?"

"Lagi di sana kak Jer, lagi main games sama anak baru," tunjuk Bayu.

Jerry tak berkata lagi, sesegera mungkin ia berjalan ke arah Tania.

"Tania, bisa kita bicara sebentar?"

"Oke adik-adik, kakak ada urusan bentar, tunggu ya,"

"CIE kakak!! lama-lama aja gak apa-apa kok," semua anak menyoraki dan salah satu dari mereka malah menggoda Tania dengan berkata seperti itu.

Jerry yang sudah tak sabar melihat Tania ingin menjawab langsung menarik tangan Tania.

"Aduhh, lo kenapa sih kak? tangan lo buat tangan gue merah gini, pelan-pelan kan bisa kak,"

"Dengar ya Tania, gue gak mau basa-basi lagi,"

"Maksudnya kak?"

"Oke gue to the point, lo kan yang buat Vani jadi kena hukum sama pembina upacara?"

"Engga kak---"

"Lo kok tega, gue gak sangka lo kaya gini, Nia,"

"Bukan gitu kak, tadi kejadiannya kak Vani masuk padahal uda--"

"Udah apa? lo gak usah ngarang deh, maksud lo Vani sendiri yang maksa masuk?"

"Kak dengerin tadi itu aku udah--"

"Udah ya, Tan, Nia, eh apapun nama lo, gue gak peduli. Yang jelas, jangan karena lo panitia MOS bagian jaga gerbang lo bisa sesuka hati," Jerry mengatur penapasannya dan lanjut lagi berkata. "Vani itu kakak kelas lo, jadi, lo tetap harus hormati dia. Meski lo panitia dan dia engga, bukan berarti lo lebih tinggi.
Kalau dia telat, lo bisa kan ngasi info supaya dia gak masuk! kasih dispensasi dikit kek atau lo sengaja buat dia malu?"

"Kak gue gak pernah gitu,"

"Gak gitu gimana? itu kejadian yang gue liat, Tan. Lo tau dia sampai pingsan, lemas dan baru sadar. Mulai dari sekarang lo gak usah sok dekat sama gue, ngerti?!"

Jerry meninggalkan Tania di sudut kelas dengan air mata Tania yang mulai mengalir.

"Lo gak tau kak gimana kejadiannya. Gue udah berusaha larang, tapi apa? dia gak mau dengerin gue,"

Tania masih menangis, kini air matanya saja yang mengalir tanpa suara.

Ia sekarang sadar, saat mencintai seseorang kita juga harus siap patah hati, apalagi bila orang yang kita sukai menyukai orang lain.

TBC
02 Juni 2018

Bukan Salah Jodoh [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang