Selamat membaca 📖
Pagi harinya, Vani datang ke sekolah dengan kaki yang masih sakit walau tak seperti sebelumnya. Ia berjalan terseok-seok dan lamban.
"Van, kaki lo kenapa?" tanya Tomi cemas yang tiba-tiba muncul di depan pintu kelas.
"Jatuh, Tom,"
"Parah ini, lo kenapa ga istirahat aja Van?"
"Gak usah lah, Tom. Bentar lagi juga kita bakal Study tour sekalian perpisahan kan? mana gue panitia lagi,"
"Jangan paksain nanti takutnya makin parah, Van,"
"Engga apa-apa, gue bisa kok, Tom,"
Tiba-tiba Aldo datang saat Tomi dan Vani tengah bercakap-cakap.
"Do, liat deh si Vani kakinya sakit nih, dia gak mau gue suruh istirahat aja," ucap Tomi pada Aldo.
Sementara Aldo, dia hanya tersenyum simpul sambil mengangguk kecil.
"Ohh," balasnya kemudian
"Elah, Do cuma 'oh' doang, sini gih liatin, siapa tau lo ada kenalan tukang urut," Aldo tak bergerak, dengan terpaksa Tomi berdiri dari bangku yang ia duduki dan menarik tangan Aldo menuju meja Vani.
Si Tomi apa-apaan sih? dia gak tahu kalau gue, Jerry sama Aldo lagi slek? kata Vani dalam hati.
"Nih lo liat, Do. Kakinya bengkak, lo bisa bawa dia ke tukang urut gak?" tanya Tomi dengan wajah tanpa dosanya.
"Hem nanti gue cari ya, gue pergi dulu ada urusan bentar," Aldo pergi dari moment canggung itu.
"Itu si Aldo kenapa? kok lari begitu? gak biasanya banget Van,"
"Gak tahu, Tom. Mungkin dia ke toilet kali, kebelet," Vani mengarang-ngarang cerita, agar Tomi selesai bertanya-tanya.
Tomi hanya bergumam dan mengangguk kecil.
Lama Aldo tak kembali, sampai Jerry akhirnya datang. Vani ingin pergi, namun kakinya yang masih sakit tak mau berkompromi. Ia tetap di tempat, semetara Jerry mendekat ke arah Tomi dan Vani yang sedang duduk santai.
"Van..." lirih Jerry
"Woy, bapak teguh datang. Tumben lo lama datang, ada apa?" Tomi langsung nyambar seperti kilat.
"Gak kenapa-kenapa, macet tadi," balas Jerry tak sepenuhnya berbohong.
"Jer, lo liat nih, kakinya Vani bengkak, malah dia jadi pincang,"
Bughh...
Vani memukul kepala Tomi.
"Gue gak pincang, dodol! gue cuma terseok jalannya," balas Vani tak terima.
"Iya... iya, sans elah. Intinya tetep samakan," Tomi mengusap kepalanya yang kena pukul Vani.
"Beda gue bilang!" teriak Vani tak terima.
"Iya.. iya, sesuka lo aja, Van. Gue ngalah," akhirnya Tomi mengalah. Sementara Vani, ia tersenyum kemenangan.
"Kaki lo kok bisa gini, Van?" tanya Jerry prihatin.
"Jatuh," singkat Vani.
Jerry yang mengerti bahwa Vani perlu waktu hanya diam sambil mengangguk pelan.
Tak lama, Aldo muncul dengan wajah tak suka saat melihat Jerry di sana.
"Muka lo ngapa? hah? jelek banget, bang," sindir Tomi pada Aldo.
"Sini deh lo gabung sama kita-kita, Do. Gue mau diskusi soal perpisahan sekaligus study tour kita bulan depan," Tomi sengaja mencari topik baru, agar tak kikuk."Ehmm gue kan gak OSIS nih ya, Tom. Gue cabut ya, gue ada urusan lagi, tadi Papa gue nelpon,"
"Iya juga sih, Hehehehe. Yaudah deh pergi lo, kutil," usir Tomi
"Terus gimana Jer, kira-kira Vani bisa ikut gak nih?"
"Bisa, asal dia pergi ke tukang urut, kayanya dia keseleo ini," jawab Jerry saat berjongkok dan melihat kondisi kaki Vani.
Dalam Hati Vani berkata.
Jer mau lo apa sih? please jangan buat gue salah paham. Gue gak ngerti jalan pikiran lo, gue harap pikiran buruk gue ini gak benar."Dengar tuh, Van. Lo pergi ke tukang urut aja, biar cepat sembuh," nasihat Tomi.
"Iya.. iya nanti gue ajak mama gue deh," balas Vani bermalas-malasan.
Setelah pembicaraan itu anak-anak ramai berdatangan termasuk Aldo, karena sekarang Pak Mukmin sudah berjalan ke arah kelas mereka.
Setiap harinya, setelah hari itu, Jerry, Vani dan Aldo masih tak banyak berbica, mereka hanya berbicara jika ada Jerry di tengah-tengah mereka, itu pun hanya berbicara sekadarnya saja.
Semakin hari, semakin dekat dengan study tour. Tomi, Jerry dan Vani semakin sibuk
Hingga Tomi kurang memperhatikan hubungan pertemanan mereka.Omong-omong soal Vani, kaki Vani sudah membaik sehari setelah pergi ke tukang urut.
Awalnya Tomi mengabaikan soal ketiga temannya itu yang jarang bersama. Namun, belakangan ini Tomi mulai merasa ganjil dan aneh dengan sikap temannya.
Beberapa kali Tomi kedapatan bengong saat rapat OSIS. Meskipun memang dahulu Tomi suka bermain-main saat rapat. Namun, hal ini berbeda, Tomi justru memilih melamun dari pada menggangu teman di sebelahnya.
Gue merasa ada yang beda ini sama Jerry, Vani sama Aldo. Gue yakin ada yang mereka tutup-tutupin dari gue. Liat aja, gue bakal cari tahu sendiri.
Tomi terus melamun, hingga sebuah spidol menghampirinya.
" Woy Tom, lo ngapain melamun?" tanya Adriana pada Tomi.
"Engga kenapa-kenapa, Na,"
"Lo yakin? tumben lo gak kepanasan? biasanya ke sana ke mari?" tanya Adriana saat rapat itu dimulai.
"Iya, Na. Gue gak apa-apa, lanjut gih rapatnya," balas Tomi lemah.
"Yaudah, ayo teman-teman," ajak Adriana pada teman-teman OSIS lainnya.
Kali ini mereka sedang rapat, meski guru pembimbing tak menghadirinya. Namun, mereka tetap melangsungkanya. Mengingat waktu yang tak banyak tentang keberangkatan mereka dalam rangka study tour dan perpisahan kelas tiga.
Akhirnya rapat berlangsung dengan aman, karena si tukang ribut alias Tomi tidak melakukan aksinya seperti biasa.
Dalam pikiran Tomi ia masih memikirkan ketiga temannya itu. Belum lagi dengan Tasya, ia sungguh bingung bukan main.
Gue gak tau gimana caranya untuk saat ini. Tapi, gue pastiin ini semua akan berakhir. yakin Tomi dalam hatinya.
TBC
Sabtu, 24 Maret 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh [Completed✔]
Novela Juvenil[Revisi 70 part] Diprivate acak demi keamanan, karena ada akun mirror. Follow kemudian re-login. Ini bukan sekadar cerita cinta anak remaja tapi, cerita fiksi berkombinasi dengan ilmu pengetahuan seputar Olimpiade dan pengetahuan lainnya. Bukan ceri...