Selamat membaca📖
"Nas! lo gak ikutan?" teriak Deo.
"Engga deh, aku mager kamu aja,"
"Gak enak banget sih lo, Nas. Ayo ini ke Trans Studio Bandung loh,"
"Terus?"
Deo tak menjawab lagi, ia sudah menarik tangan Tasya.
"Aduh kamu pemaksa banget sih!"
"Lo harus ikut pokoknya, ini momentnya anak TOGI. Lo gak liat anak TOFI, TOKIM, TOBI, TOKI, TOMI, TOASTI, TOIKI, " omel Deo pada Tasya.
"Iya.. iya," akhirnya Tasya menurut dan pasrah.
Selama di sana peserta pelatnas sangat akrab. Mereka bahkan melupakan bahwa mereka ini sebenarnya sedang bersaing.
Ada yang tertawa, foto-foto sendiri, main games dan lainnya. Hingga akhir dari perjalanan mereka foto bersama.
***
"Deo, kamu ada simpan foto waktu pelatnas 1 gak?" tanya Tasya saat waktu senggang."Ada, kenapa?"
"Aku mau lihat, boleh?"
"Tunggu ya, gue letakin di koper," Deo berlalu untuk mengambil Foto itu.
Saat Deo pergi Tasya melihat-lihat sekitar wisma Kartini. Kini jumlah mereka semakin menciut. Hanya tersisa 8 orang dari 30-an orang yang terpanggil untuk mengikuti pelatnas.
Tanpa sadar Tasya memperhatikan peserta bidang lain, Biologi.
Mereka tak jauh dari keberadaan Tasya saat ini. Dengan menggunakan jaket Laboratoriumnya beberapa dari mereka sempat berfoto.
Dalam hati Tasya terkekeh.
Ternyata anak olimp ada yang alay juga ya..Hahahaha.Tapi tawanya itu sesaat hilang saat iya mengingat sahabatnya, Vani.
Van, andai kamu ikutan olimpiade, pasti kamu salah satu dari mereka kan Van. Kamu kan jago biologi karena mau jadi dokter. Kamu seharusnya bisa menjadi salah satu dari TOBI yang ikutan IBO tahun ini, Van.
Entahlah, lagi-lagi Tasya menyesali ketidak-beradaan Vani.
Tasya juga sempat melihat beberapa dari mereka menggunakan jaket seragam sebagai tanda peserta Pelatnas. Setiap bidang memang memilikinya, juga Tasya.
Tanpa sadar Tasya teringat jaket dan foto Kebersamaan saat Pelatnas 1 yang entah kemana.
Aduh! jaket aku kemana ya? itukan kenang-kenangan dari TOGI, gimana ini? Tasya terus mengingat-ingatnya.
Hingga suatu benda menghangatkan badan menempel di badannya.
"Lo nyariin ini?" Deo menepelkan Jaket itu pada pundak Tasya.
"Iya, Kamu yang ambil, Yo?"
"Engga, lo nya aja yang asal letakin, untung gue nemu,"
"Hehehe iya, makasi ya Yo,"
"Tumben lo manggil gue 'Yo' biasanya Deo?"
"Kenapa? kamu manggil aku 'Anas' aku gak tanya tuh,"
"Ehh.." Deo bingung. Jujur saja ia tak menyangka Tasya sekarang sudah mulai agresif?
"Yaudah, terserah lo aja, nih jaket sama fotonya, jangan ceroboh lagi," nasehat Deo pada Tasya.
"Hehehe, ini karena ada kak dievika yang selalu bilang kalo Deo ambigu kaya kata D.O. Kan gak enak tuh dengernya, yaudah aku panggi Yo aja ya,"
"Yaudah terserah lo aja, asal masih bagian dari nama gue, gak apa-apa,"
"Siap calon pak absol!" Tasya memberi hormat pada Deo. Dan Deopun terkekeh geli.
"Kenapa?" tanya Tasya kebingungan.
Deo tak menggubris, ia masih saja tertawa melihat Tasya.
"Yo, kamu kenapa ih, nyeremin ketawa terus,"
"Astaga, lo lucu banget si, Nas. Pantes aja sejak pertama jumpa lo, gue udah----"
"Udah apa?" tanya Tasya penasaran karena Deo menggantung kalimatnya.
"Udah---"
"Apa sih?!"
"Udah ah, gue capek. Gue balik duluan ya,"
"Kamu tinggalin aku, Deo?"
"Bukan,"
"Jadi ini namanya apa kalau bukan ninggalin?"
"Ehhhh..."
"Apa?!" desak Tasya.
Entahlah belakangan ini Tasya nampaknya sering penasaran dan jangan lupakan sikap Tasya yang kini tak lagi malu seperti saat yang lalu.
"Gue sesak napas," terang Deo dengan mengelus dadanya.
"Kamu asma?"
"Bahakakaka," Deo malah terbahak-bahak.
"Theodore Amodeous, aku serius ini, jangan ketawa bisa gak sih!"
"Iya, sorry, Nas. Bener gue susah napas,"
"Aduh... Jadi, aku harus gimana ini? aku lapor sama kakak pembimbing dulu ya?"
"Gak usah,"
"Jadi?"
"Lo duduk di situ aja, Nas,"
Tasya yang kebingungan akhirnya menurut saja.
"Gue emang butuh oksigen lebih. Habisnya lo itu suka buat jantung gue gak tentu. Lo buat jantung gue berdebar-debar, lo juga yang buat jantung gue melambat,"
"Huh?" Tasya bukan tak mengerti. Hanya saja ia kini sedang blushing. Pipinya benar-benar merah.
Tanpa persetujuan Deo, Tasya memilih pergi dan menenagkan jantungnya yang mendadak berdebar.
"Nas, pipi lo kenapa?" teriak Deo sengaja.
Tasya tak mengindahkannya, ia terus berlari dan menutupi pipi merahnya itu.
"Nas, lo jangan lari, tungguin gue! Hahahaha!" teriak Deo yang sudah tak terdengar Tasya.
Keterangan
TOGI (Tim Olimpiade Geografi Indonesia)
TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia)
TOKIM (Tim Olimpiade Kimia Indonesia )
TOBI (Tim Olimpiade Biologi Indonesia)
TOKI (Tim Olimpiade Komputer Indonesia)
TOMI (Tim Olimpiade Matematika Indonesia)
TOIKI (Tim Olimpiade Ilmu Kebumian Indonesia)
TOASTI (Tim Olimpiade Astronomi Indonesia)
IBO (International Biology Olimpiad) Ini Olimpiade bidang Biologi tingkat Internasional.
Absol (Absolute winner)
Oke, intinya aku mau cepat-cepat publish. Selagi ada ide ketik terus hehehe. Gak lama lagi bakal tamatin BSJ (Bukan salah Jodoh) yah meski gak rela bin gak tega, tapi tetap bakal aku lakuin. Habisnya udah terlalu lama Jerrynya sedih, kan kasihan. Itu aja ya dulu hehehe. Lebih dan kurang daku mohon maaf. Berhubung bentar lagi mau Puasa hehe :)
TBC
15 Mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh [Completed✔]
Fiksi Remaja[Revisi 70 part] Diprivate acak demi keamanan, karena ada akun mirror. Follow kemudian re-login. Ini bukan sekadar cerita cinta anak remaja tapi, cerita fiksi berkombinasi dengan ilmu pengetahuan seputar Olimpiade dan pengetahuan lainnya. Bukan ceri...