Selamat membaca📖
"Jer! lo kenapa sih akhir-akhir ini suka melamun?" Vani mendatangi Jerry.
"Engga apa-apa, cuma lagi mikir aja,"
"Lo yakin? lo gak mau cerita ke gue?"
"Engga deh, Van,"
"Yaudah, gue gak maksa, lain kali kalau lo udah lelah, bagi tau gue ya," akhirnya Vani berlalu meninggalkan Jerry di kelas yang masih sepi.
Kini tibalah pulang sekolah, Jerry memilih pulang duluan dan tak menunggu sahabatnya itu.
Kini Jerry sedang termenung memikirkan langkah yang ia ambil.
Apa gue nyerah aja?
Jangan, lo gak laki banget!
Tapi si Vani sahabat lo, lo tega merusak persahabat lo?!
Tapi lo suka kan sama dia, gak usah bohong deh.
"Ahh!!" Jerry berteriak karena pikirannya yang masih tak jelas. Satu sisi ia ingin mengejar Vani. Namun, di sisi lain ia tak tega bila menghancurkan hubungan persahabatannya itu. Terlebih mengingat Vani yang lagi suka dengan bintang tamu sewaktu pensi yang lalu. Membuat Jerry semakin pesimis untuk maju.
Setelah tertidur sejenak, Jerry memutuskan untuk mundur. Ia menarik napas dalam-dalam dan mencoba mengikhlaskan. Ia tak cukup kuat dan berani untuk menghadapi kenyataan bahwa Vani jauh lebih memilih Exel dibanding dirinya.
Cinta gak harus memiliki kan?
itulah satu kalimat yang menguatkan keputusan Jerry.
"Pokoknya gue harus ngelupain Vani, gue harus cari penggantinya," akhirnya Jerry menyerah dan tertidur untuk mengembalikan energinya.
------------------------------------------------------
"Pagi, Jer!" sapa Vani padanya. Jerry hanya tersenyum tanpa berkata.
"Ngapa tuh muka lesu amet?"Lagi.. Jerry tak berbicara. Ia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Seolah meyakinkan Vani bahwa ia tak apa-apa.
"Jer, lo kenapa sih?"
Jerry malah semakin diam. Ia hanya mengangkat kedua bahunya dan lanjut membaca buku paket Fisika.
Tumben batin Vani.
Vani yang semakin bingung akhirnya memilih diam dan pergi.
***
"Ahh gue kesal banget sama si Jerry, Do!" kesal Vani ia tumpahkan pada Aldo."Kenapa?"
"Dia kaya ngejauh dari gue, emang gue salah apa?"
"Lo udah tanya?"
"Udah, tapi dia diam terus. Kaya ngomong sama patung gue,"
"Mungkin dia lagi ada masalah,"
"Bisa jadi sih. Eh gue duluan ya Do. Gue mau ke ruang BK nih, ada berkas yang mau gue kasih,"
Hingga bel pulang berbunyi Jerry tetap pada mode diamnya. Ia tak berbicara pada siapa pun, terlebih Vani. Namun, Vani menghiraukannya. Ia percaya dengan perkataan Aldo yang mengatakan Jerry sedang ada masalah. Jadi wajar bukan?
***
"Hai kak Jerry!" sapa seseorang dengan suara lembut."Eh elo Tan," sapa Jerry yang memang mengenal Tania. Siapa juga yang tak mengenalnya. Tania Amora si adik kelas yang paling cantik dengan se-gudang prestasi bidang kesenian.
"Hehehe iya kak, panggilnya Nia aja, jangan Tan. Kesannya orang Utan. Mau pulang kak?"
"Iya,"
"Nebeng boleh gak kak?"
"Ehmm," Jerry masih mikir.
"Rumah kita searah kok kak. Jalan manggaan blok 25 kan?"
"Eh?" Jerry terdiam sejenak. Namun, ia berpikir seperti memang ia butuh orang baru agar dapat melupakan Vani.
"Naik!" suruh Jerry. Tania pun naik dengan hati riang.
Selama perjalanan tak ada yang berani buka suara. Hingga di perempatan jalan Tania minta turun.
"Kak berhenti, gue di sini aja turunnya," teriak Tania sambil menepuk pundak Jerry.
"Loh? bukannya rumah kita se-blok?"
"Hehehe engga kak, emang aku ada bilang gitu?"
Jerry kini merasa bingung. Ia menggaruk kepalanya, kebingungan.
"Yaudah deh, makasih ya kak atas tumpangannya. Lumayan hemat ongkos," kemudian Tania sudah menghilang pergi.
Tanpa sadar Jerry takjub melihat adik kelasnya itu. Ternyata di balik kelihaiannya di bidang kesenian, ia memiliki sifat yang humoris dan mudah berbaur atau bisa dibilang asyik?
Setelah itu, Jerry melajukan motornya kembali yang sempat terhenti.
Tak jauh dari sana ada sepasang mata yang mengamati Jerry dengan wajah yang sulit dijelaskan, siapa lagi kalau bukan Vani.
Berhubung rumah mereka berlima sejak SMP memang berdekatan, membuat hal biasa bila bertemu dengan Jerry.
Namun, kali ini memang tak tepat waktu untuk menayakan Jerry langsung. Motor Jerry langsung melaju, sementara Vani masih sibuk mengantre untuk membeli rujak mang Udin yang memang sedang ramai.
Tanpa sadar Vani masih bingung dengan kejadian yang baru saja disaksikannya.
Jerry kok jalan sama tuh cewek? lagi PDKT ya? pikir Vani.
Hingga Mang Udin mengagetkannya.
"Neng! ini buanya apa aja?"
"Ehh.. buah apa aja, Mang," balas Vani pelan.
Tak lama pesanan Vani sudah jadi dan ia kembali melanjutkan perjalanannya.
Setibanya di rumah, Vani malah kebingungan. Ia terkejut melihat Kedondong dan nanas yang asamnya level dewa.
"Arggg.. Mang Udin kenapa ngasih buah ginian ke gue? asem banget lagi,"
Dan pada akhirnya selera makan Vani sudah hilang. Ia tak melanjutkan makan rujaknya.
TBC
Sabtu, 12 Mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh [Completed✔]
Teen Fiction[Revisi 70 part] Diprivate acak demi keamanan, karena ada akun mirror. Follow kemudian re-login. Ini bukan sekadar cerita cinta anak remaja tapi, cerita fiksi berkombinasi dengan ilmu pengetahuan seputar Olimpiade dan pengetahuan lainnya. Bukan ceri...