4- Serba Baru

1.1K 167 201
                                    

selamat membaca📖

Tak terasa sekarang sudah hari minggu dan hari ini adalah hari keberangkatan Tasya beserta mama papanya. Dalam hati Tasya memang masih belum ikhlas mengingat ia akan meninggalkan sahabatnya. Namun, ia juga sudah merasa puas sekarang setelah apa yang mereka jalani selama 2 hari berturut-turut ini.

Kini mereka Bertujuh sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta. Mereka bertiga sudah melakukan chek-in terlebih dahulu dan kini hanya tinggal menanti panggilan keberangkatan saja. Mereka duduk santai sambil berfoto ria.

Tak terasa kini sudah Terdengar panggilan Pesawat Tujuan Jakarta-Yogyakarta. Saat Tasya beserta keluarga akan bergegas pergi, tak lupa mereka saling berpelukan dan inilah awal perpisahan kelompok sahabat itu

***
1 jam berlalu dan kini mereka sudah berada di Yogyakarta. Mereka terlihat lelah namun, tak lama rasa lelah itu mulai menghilang karena melihat begitu damainya Jogya ini.

Sepertinya aku akan betah tinggal di sini. Gumam Tasya dalam hati.

Kini Tasya, Mama dan Papanya sedang beres-beres di rumah dinas yang baru. Papanya bilang, lokasi rumah ini tidak jauh dari sekolah Tasya nanti, yaitu sekolah Mother Theresa.

Papanya juga banyak cerita tentang sekolah itu yang terkenal akan banyak muridnya yang cerdas yang menjuarai Olimpiade Internasional serta tamatan mereka banyak diterima di perguruan tinggi ternama baik dalam negeri maupun luar negeri.

Tasya yang mendengar penuturan panjang Papanya tentang sekolah itu langsung bergedik ngeri. Tasya sama sekali tidak berpikir akan satu sekolah ataupun sekelas dengan orang cerdas level 1 menurutnya itu.

Untukku ini terlalu jauh bila dibanding mereka. Jadi, aku sepertinya akan mundur saja untuk mendaftar disekolah itu kalimat itu terniang dalam pikiran Tasya. Namun, buru-buru papanya lanjut berkata karena melihat ekspresi Ketakutan Tasya

"Jangan Batalin Sya, kan kamu tahu sendiri papa suka banget sama sekolah yang sudah keren tingkat Internasional gitu. Jadi, biar kamu gak minder Papa udah panggil guru les privat buat kamu."

Tasya hanya bisa diam dan menegak salivanya yang terasa sangat berat.

Betapa tidak, sungguh Tasya tidak siap bila harus menjadi loser di sekolahnya nanti, dan bagaimana bisa papanya mengetahui keinginannya sebelum ia sempat mengatakannya?

Namun, karena papanya sudah merencanakannya ia menjawab "Baik, Pa," sambil mengangguk kecil.

Papanya yang melihat respons baik dari Tasya, langsung sumringah dan mengusap kepala Putri tunggalnya itu.

Baiklah, harus berusaha dan memaksimalkan mungkin usahaku untuk bisa menyaingi mereka atau paling tidak setara dengan mereka saja dulu.

***
Sekarang Tasya dan Mamanya sudah berada di Sekolah Mother Theresa. Saat mereka hendak mendaftar, Tasya melihat anak-anak di sekeliling sekolah ini, memang sangat mengagetkan pasalnya sekarang masih belum masuk ajaran baru tapi, nyatanya mereka sudah ramai memenuhi ruangan perpustakaan yang baru saja akan dibuka petugas.

Saat melalukan pendaftaran ternyata sekolah ini cukup rumit. Bahkan, masuk saja lebih sulit dari masuk negeri yang hanya mengadalkan nem. Di sekolah ini jika kita ingin mendaftar kita terlebih dahulu memenuhi pemenuhan berkas lalu setelah itu kita akan melihat jadwal tes lagi yang menentukan apakah kita bisa masuk atau tidak.

Tidak menunggu waktu lama ternyata besok sudah tes kemampuan, karena hari ini pendaftaran terakhir.

***
Tasya sempat berdoa sebelum mengerjakan soal-soal yang ada, ia juga sudah belajar dengan berlatih mengenai materi yang kemungkinan akan masuk. Dengan bantuan doa dari kedua orangtua, usaha dan restu dari Tuhan, alhasil Tasya lolos masuk sekolah itu. Tasya sangat senang akhirnya ia bisa mengabulkan permintaan papanya yang menyuruhnya masuk ke sekolah ini.

***
Hari ini adalah hari pertama Tasya masuk sekolah. Di Sekolah ini masa orientasinya sangatlah unik di sini Mereka hanya disuruh berkeliling sekolah dengan ada beberapa orang sebagai juru bicara.

Di sana juga ada dipanggil beberapa siswa atau pun alumni berprestasi yang dipanggil untuk diperkenalkan.

Sekarang Tasya sudah berada di kelasnya di kelas X IPS 7. Sesuai dengan hasil ujian Tempo hari Tasya berhasil masuk kelas ini.

Aku engga nyesel kok soalnya aku ga suka pelajaran IPA. begitulah pikir Tasya dalam hati sambil senyum-senyum hehehehe😁

Oh iya pasti kalian bingung kan kenapa udah pembagian jurusan padahal masih kelas X. Jadi sekolah Tasya ini pakai kurikulum 2013.

Selain itu, mengenai seluk beluknya, sekolah ini punya 10 Rombel (ruang belajar) IPS dan 10 Rombel IPA, begitu seterusnya untuk yang kelas XI dan XII. Jadi, bisa kalian bayanginkan gimana luasnya sekolah baru Tasya ini.

Ada 60 Rombel, itu juga belum dihitung ruangan lainnya seperti ruangan BK, keterampilan, lab komputer, lab IPA, lab Bahasa, Perpustakaan dan lain lain. Lapangannya juga luas, ada untuk anak-anak bermain sepak Bola, futsal, bulu tangkis, kasti, lempar cakram dan lain-lain.

Di dalam satu kelas ada 40 orang. Tapi, anehnya di sekolah ini justru terbalik kalau di sekolah lain kan biasanya anak IPS itu dominan laki-laki, nah di sini malah beda banyakan anak perempuan.

Mereka juga banyak yang dari Perantauan, katanya masuk sekolah ini biar mudah ikut lomba, gila banget kan udah tahu aja ya seluk beluk sekolah ini sebelum jadi siswa di sini.

Sekarang pelajaran sudah dimulai mereka memperkenalkan diri terlebih dahulu, selesai itu barulah mereka memulai pelajaran dengan materi yang ringan.

Untuk diawal begini sih aku udah mulai kewalahan, masalahnya pelajarannya itu gak ada di SMP kaya mata pelajaran Sosiologi misalnya aku masih rada-rada bingung sih tapi, untung aja besoknya papa udah bawa guru les privat seperti yang dijanjikan papa. Gumam Tasya dalam Hati

***
Tasya senang sekali karena semakin memahami materinya, karena tempo lalu kak Septi sudah mulai mengajarnya. Yah, meski Tasya tahu itu masih yang dasar tak apalah, yang penting ia harus selalu berlatih dan berusaha.

Ini semua berkat ajaran kak Septi guru les pribadi baru Tasya. Kak Septi banyak cerita soal sekolah Mother Theresa itu, soalnya dulu kak Septi itu alumni SMP Mother Theresa dan SMA nya kebetulan harus pindah ke Bandung dan sekarang malah sudah menetap di Yogyakarta karena sudah menjadi Pekerja tetap di salah satu BUMS di kota Yogyakarta.

"Kak Septi Kenapa mau mengajarku secara privat? Kan Kakak sudah ada pekerjaan tetap," Tasya bertanya untu menghilangkan rasa penasarannya.

"Jadi, sebenernya kak Septi dulu pengen banget jadi guru tapi, yah karena emang gak rejeki kakak. Sekarang malah jadi pegawai dan untuk mengobati keinginan kakak, kakak mau terima tawaran Les Privat ini Sya," alasan Septi mengajar Privat seperti ini, unik bukan?

Bukan Salah Jodoh [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang